SMA Pradita Dirgantara Dirancang Hasilkan Lulusan Berkompetensi Global
Kamis, 14 Januari 2021 - 20:52 WIB

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berbicara secara virtual dalam acara talk show bertajuk SMA Pradita Dirgantara sebagai Icon Distrupsi Pendidikan Indonesia. Foto/iNews.id/Riezky Maulana
JAKARTA - SMA Pradita Dirgantara mengadakan acara talkshow dan Media Gathering bertemakan SMA Pradita Dirgantara sebagai Icon Disrupsi Pendidikan Indonesia pada Kamis (14/1/2021) melalui aplikasi zoom.
Tema tersebut merupakan respons dari disrupsi teknologi dan pendidikan yang terjadi di Indonesia dan dunia yang salah satunya sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Talkshow menghadirkan pembicara Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sekaligus Founder Rumah Perubahan Rhenald Khasali, Dirjen Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri.
Hadir juga Director and Representative UNESCO Jakarta Sahbaz Khan. Acara ini mengundang Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI dari beberapa negara, rektor beberapa universitas, pimpinan redaksi media, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, kepala sekolah,guru dan siswa sekolah Unggulan di Indonesia, Athan/Atud seluruh dunia, dan dari Unsur TNI AU.
Sambutan acara Talkshow disampaikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Rhenald Khasali sebagai pembicara pertama memaparkan materi mengenai SMA Pradita Dirgantara sebagai Icon Disrupsi Pendidikan Indonesia. Disrupsi adalah inovasi yang akan menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru.
Rhenald mengatakan, disrupsi itu bersifat inovatif. Jangan dianggap sebagai ancaman, tapi inovasi yang memudahkan.
Di bidang pendidikan, kata dia, tantangan pendidikan di era disrupsi ini pertama, yaitu digital devide, dalam artian pemerataan teknologi di daerah Indonesia tidak merata. Para pendidik harus pandai menentukan bagaimana cara untuk mengajar. Tantangan kedua, metodologi yang meliputi bagaimana metode yang digunakan. Baca juga: KSAU: SMA Pradita Dirgantara Fokus Karakter Kedirgantaraan dan Pancasila
Ketiga, memisahkan antara pengetahuan dan kecerdasan. "Di sekolah sebaiknya jangan hanya diajarkan pengetahuan namun juga membangun kecerdasan dengan memberikan tantangan. Keempat, menggabungkan antara low order thinking (menerapkan, memahami dan mengingat) dan high order thinking (menganalisa, mengevaluasi dan menciptakan), yang terakhir, yaitu obseletism yaitu menghubungkan antara materi sekolah dengan kebutuhan sehingga materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan," tuturnya.
Dalam siaran persnya, SMA Pradita Dirgantara dirancang untuk menghasilkan anak didik yang setelah lulus memiliki lgobal competences, global mindset, global leadership, international recognition dan respect terhadap budaya dan alam Indonesia. SMA Pradita Dirgantara mengembangkan kurikulum berdasarkan empat aspek, yaitu spiritual, sikap, pengetahuan dan keterampilan.
“Apa yang dipikirkan SMA Pradita Dirgantara memang sudah mencerminkan bagaimana kita menghadapi tantangan disrupsi. Tadi sudah saya sebutkan cinta Tanah Air, keseimbangan antara science dengan liberal art, tapi jangan lupa bahwa kita juga menghadapi tantangan global,” kata Rhenald.
Dirjen Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri membahas mengenai Merdeka Belajar dalam Konteks Sekolah Berasrama. Visi Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
"Merdeka belajar merupakan kebijakan baru dari Menteri Pendidikan Indonesia. Konsep pendidikan merdeka belajar berfokus pada pengembangan kemampuan kognitif siswa. Strategi dalam merdeka belajar, yaitu belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, sistem terbuka (kerja sama antarpemangku kepentingan), guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar," tuturnya. Baca juga: Panglima TNI: Hanya dengan Pendidikan, Kita Siapkan Generasi Berkualitas
Tema tersebut merupakan respons dari disrupsi teknologi dan pendidikan yang terjadi di Indonesia dan dunia yang salah satunya sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Talkshow menghadirkan pembicara Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sekaligus Founder Rumah Perubahan Rhenald Khasali, Dirjen Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri.
Hadir juga Director and Representative UNESCO Jakarta Sahbaz Khan. Acara ini mengundang Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI dari beberapa negara, rektor beberapa universitas, pimpinan redaksi media, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, kepala sekolah,guru dan siswa sekolah Unggulan di Indonesia, Athan/Atud seluruh dunia, dan dari Unsur TNI AU.
Sambutan acara Talkshow disampaikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Rhenald Khasali sebagai pembicara pertama memaparkan materi mengenai SMA Pradita Dirgantara sebagai Icon Disrupsi Pendidikan Indonesia. Disrupsi adalah inovasi yang akan menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru.
Rhenald mengatakan, disrupsi itu bersifat inovatif. Jangan dianggap sebagai ancaman, tapi inovasi yang memudahkan.
Di bidang pendidikan, kata dia, tantangan pendidikan di era disrupsi ini pertama, yaitu digital devide, dalam artian pemerataan teknologi di daerah Indonesia tidak merata. Para pendidik harus pandai menentukan bagaimana cara untuk mengajar. Tantangan kedua, metodologi yang meliputi bagaimana metode yang digunakan. Baca juga: KSAU: SMA Pradita Dirgantara Fokus Karakter Kedirgantaraan dan Pancasila
Ketiga, memisahkan antara pengetahuan dan kecerdasan. "Di sekolah sebaiknya jangan hanya diajarkan pengetahuan namun juga membangun kecerdasan dengan memberikan tantangan. Keempat, menggabungkan antara low order thinking (menerapkan, memahami dan mengingat) dan high order thinking (menganalisa, mengevaluasi dan menciptakan), yang terakhir, yaitu obseletism yaitu menghubungkan antara materi sekolah dengan kebutuhan sehingga materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan," tuturnya.
Dalam siaran persnya, SMA Pradita Dirgantara dirancang untuk menghasilkan anak didik yang setelah lulus memiliki lgobal competences, global mindset, global leadership, international recognition dan respect terhadap budaya dan alam Indonesia. SMA Pradita Dirgantara mengembangkan kurikulum berdasarkan empat aspek, yaitu spiritual, sikap, pengetahuan dan keterampilan.
“Apa yang dipikirkan SMA Pradita Dirgantara memang sudah mencerminkan bagaimana kita menghadapi tantangan disrupsi. Tadi sudah saya sebutkan cinta Tanah Air, keseimbangan antara science dengan liberal art, tapi jangan lupa bahwa kita juga menghadapi tantangan global,” kata Rhenald.
Dirjen Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri membahas mengenai Merdeka Belajar dalam Konteks Sekolah Berasrama. Visi Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
"Merdeka belajar merupakan kebijakan baru dari Menteri Pendidikan Indonesia. Konsep pendidikan merdeka belajar berfokus pada pengembangan kemampuan kognitif siswa. Strategi dalam merdeka belajar, yaitu belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, sistem terbuka (kerja sama antarpemangku kepentingan), guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar," tuturnya. Baca juga: Panglima TNI: Hanya dengan Pendidikan, Kita Siapkan Generasi Berkualitas
(dam)
Lihat Juga :