4 Hal dari Pendidikan Tinggi Ethiophia Ini Patut Dipelajari
Sabtu, 20 Februari 2021 - 23:55 WIB
JAKARTA - Ethiophia sangat concern pada sektor pendidikan . Para mahasiswa di negara Benua Afrika ini terbiasa berbicara dengan bahasaInggris dan beberapa bahasa asing lain.
Duta Besar Indonesia untuk Ethiophia Al Busyra Basnur mengungkapkan, setelah Perang Dunia II pendidikan di Ethiophia banyak dipengaruhi sistem Inggris dan Amerika Serikat. ”Bahasa Inggris kemudian menjadi pengantar mulai dari sekolah menengah,” ujar Busyra dalam video di saluran youtube B Sibling, dikutip Sabtu (20/2/2021).
(Baca:Dubes Al Busyra Basnur Sampaikan Renungan Hari Ibu yang Menggetarkan)
Menurut pejabat kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, 1960 ini, Ethiophia baru memiliki perguruan tinggi pertamanya pada 1961. Hingga tahun 1985, Ethiophia hanya memiliki 3 perguruan tinggi negeri, 16 college, dan 6 institut riset.
Tapi saat ini, Ethiophia telah memiliki 36 perguruan tinggi negeri dan 98 perguruan tinggi swasta. Dari fakta-fakta itulah, Busyra mencatat setidaknya ada empat hal yang penting dicatat sebagai masukan untuk Indonesia.
Pertama, banyak pimpinan dan dosen perguruan tinggi Ethiophia meraih gelar akademis dari perguruan tinggi terkemuka di dunia, terutama Eropa dan AS.
”Kedua, karena mahasiswa Ethiophia berbahasa Inggris dengan sangat baik, banyak dari mereka yang lolos seleksi dan belajar di luar negeri, terutama melalui program beasiswa internasional,” ungkap dia.
(Baca: Ini 3 Perguruan Tinggi Swasta Terbaik di Indonesia versi Webometrics)
Ketiga, lulusan SMA yang nilainya tinggi dan melanjutkan belajar di perguruan tinggi negeri tidak perlu membayar uang kuliah selama menjalani pendidikan. Mahasiswa tersebut dapat fasilitas tempat tinggal dan makan gratis di asrama kampus.
”Uang kuliah dapat dibayar setelah lulus dan bekerja. Atau, bekerja di kampus di mana mereka kuliah,” ungkap Busyra.
Dan keempat, menurut Busyra mahasiswa Ethiophia memiliki networking yang sangat luas, baik dalam skala regional maupun internasional. Hubungan itu terutama sekali dalam hal studi dan kegiatan akademis, organisasi kepemudaan, juga kegiatan lain di luar kampus.
”Mereka mudah menjalin komunikasi. Karena apa? Mereka berbahasa Inggris dengan bagus,” ujar mantan wartawan ini.
Duta Besar Indonesia untuk Ethiophia Al Busyra Basnur mengungkapkan, setelah Perang Dunia II pendidikan di Ethiophia banyak dipengaruhi sistem Inggris dan Amerika Serikat. ”Bahasa Inggris kemudian menjadi pengantar mulai dari sekolah menengah,” ujar Busyra dalam video di saluran youtube B Sibling, dikutip Sabtu (20/2/2021).
(Baca:Dubes Al Busyra Basnur Sampaikan Renungan Hari Ibu yang Menggetarkan)
Menurut pejabat kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, 1960 ini, Ethiophia baru memiliki perguruan tinggi pertamanya pada 1961. Hingga tahun 1985, Ethiophia hanya memiliki 3 perguruan tinggi negeri, 16 college, dan 6 institut riset.
Tapi saat ini, Ethiophia telah memiliki 36 perguruan tinggi negeri dan 98 perguruan tinggi swasta. Dari fakta-fakta itulah, Busyra mencatat setidaknya ada empat hal yang penting dicatat sebagai masukan untuk Indonesia.
Pertama, banyak pimpinan dan dosen perguruan tinggi Ethiophia meraih gelar akademis dari perguruan tinggi terkemuka di dunia, terutama Eropa dan AS.
”Kedua, karena mahasiswa Ethiophia berbahasa Inggris dengan sangat baik, banyak dari mereka yang lolos seleksi dan belajar di luar negeri, terutama melalui program beasiswa internasional,” ungkap dia.
(Baca: Ini 3 Perguruan Tinggi Swasta Terbaik di Indonesia versi Webometrics)
Ketiga, lulusan SMA yang nilainya tinggi dan melanjutkan belajar di perguruan tinggi negeri tidak perlu membayar uang kuliah selama menjalani pendidikan. Mahasiswa tersebut dapat fasilitas tempat tinggal dan makan gratis di asrama kampus.
”Uang kuliah dapat dibayar setelah lulus dan bekerja. Atau, bekerja di kampus di mana mereka kuliah,” ungkap Busyra.
Dan keempat, menurut Busyra mahasiswa Ethiophia memiliki networking yang sangat luas, baik dalam skala regional maupun internasional. Hubungan itu terutama sekali dalam hal studi dan kegiatan akademis, organisasi kepemudaan, juga kegiatan lain di luar kampus.
”Mereka mudah menjalin komunikasi. Karena apa? Mereka berbahasa Inggris dengan bagus,” ujar mantan wartawan ini.
(poe)
tulis komentar anda