Manfaat Maggot dalam Pengolahan Sampah Dibahas dalam Webinar SMA Pradita Dirgantara
Selasa, 16 Maret 2021 - 14:32 WIB
BOYOLALI - SMA Pradita Dirgantara menggelar acara Webinar bertajuk Pemanfaatan Maggot (Hermetia Illucens) sebagai Inovasi Sistem Edukasi Pengelolaan "Multy Ekosystem Farming and Zero Waste". Acara ini diikuti oleh siswa kelas X, XI, dan XII serta para guru, staff, pengurus Yasarini, badan pengelola bidang pendidikan SMA Pradita, serta manajemen SMA Pradita Dirgantara.
Webinar ini membahas penelitian tentang pemanfaatan maggot dengan pembicara Melta Rini Fahmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) . Melta Rini membahas empat poin dalam webinar kali ini, yaitu tentang apa itu Larva BSF (maggot), mengapa dan bagaimana cara kita memproduksinya, serta bagaimana aplikasi dan prospek bisnis maggot.
Maggot merupakan salah satu dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memiliki banyak manfaat. Maggot (Larva Black Soldier Fly) atau yang dikenal sebagai lalat tentara ini, memiliki ukuran lebih panjang dan besar.
Meskipun dari keluarga lalat, maggot tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia. Maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. “Satu hal yang menarik maggot dapat mengolah sampah organik , hanya dalam 9-12 hari sampah tereduksi hingga 10% menjadi pupuk,” kata Melta Rini, Senin (15/3/2021).
Pemanfaatan Maggot menjadi penting mengingat bahwa Indonesia darurat sampah. Indonesia dapat menghasilkan kurang lebih 175.000 ton sampah perhari, dan 63% nya adalah sampah organik .
Oleh karena banyaknya persentase sampah organik, maka kita perlu melakukan kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah organik . Kegiatan yang bisa dilakukan seperti melakukan kampanye terkait sampah organik terutama limbah makanan, pilah di tingkat paling bawah seperti resort, hotel, rumah sakit, serta mengelola Biokonversi.
Produksi Maggot terbagi dalam 2 cara. Pertama, memproduksi maggot langsung dari alam atau yang dikenal dengan open system, di mana produksinya langsung terintegrasi dengan perkebunan.
Kedua, close system dengan memelihara maggot ditempat yang terkontrol atau yang disebut dengan insektarium. Pemanfaatan maggot dalam mendukung industri perikanan dan peternakan menjadi sektor ekonomi baru yang berbasis lingkungan (economic environmental friendly).
Di akhir paparan, Melta menyebutkan pengaplikasian maggot dalam mengolah limbah makanan (food waste) butuh kerjasama dari berbagai sector. Mulai dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian, Dinas Perikanan, Pertanian dan Peternakan, serta pihak swasta.
Ketua Umum Yasarini, Nanny Hadi Tjahjanto berharap dengan webinar kali ini maggot dapat menjadi agen alternatif yang menjanjikan yang mampu menekan volume sampah organik dan mempunyai nilai ekonomis. Juga dapat dimanfaatkan oleh SMA Pradita Dirgantara dalam program kolam terpadu dan Poultry Centre yang telah dibangun di sekolah ini untuk menunjang pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan.
Direktur Direktorat Pengembangan Sekolah Pradita Dirgantara, Dwi A Yuliantoro dalam closing statement-nya berharap webinar kali ini akan tercipta Duta Sampah Organik yang berasal dari siswa-siswi SMA Pradita Dirgantara. “Karena ketika kita membicarakan sesuatu hal yang organik maka itu berhubungan dengan sesuatu hal yang memiliki nilai jual yang tinggi dan tentunya akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga masyarakat,” terangnya.
Webinar ini membahas penelitian tentang pemanfaatan maggot dengan pembicara Melta Rini Fahmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) . Melta Rini membahas empat poin dalam webinar kali ini, yaitu tentang apa itu Larva BSF (maggot), mengapa dan bagaimana cara kita memproduksinya, serta bagaimana aplikasi dan prospek bisnis maggot.
Maggot merupakan salah satu dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memiliki banyak manfaat. Maggot (Larva Black Soldier Fly) atau yang dikenal sebagai lalat tentara ini, memiliki ukuran lebih panjang dan besar.
Baca Juga
Meskipun dari keluarga lalat, maggot tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia. Maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. “Satu hal yang menarik maggot dapat mengolah sampah organik , hanya dalam 9-12 hari sampah tereduksi hingga 10% menjadi pupuk,” kata Melta Rini, Senin (15/3/2021).
Pemanfaatan Maggot menjadi penting mengingat bahwa Indonesia darurat sampah. Indonesia dapat menghasilkan kurang lebih 175.000 ton sampah perhari, dan 63% nya adalah sampah organik .
Oleh karena banyaknya persentase sampah organik, maka kita perlu melakukan kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah organik . Kegiatan yang bisa dilakukan seperti melakukan kampanye terkait sampah organik terutama limbah makanan, pilah di tingkat paling bawah seperti resort, hotel, rumah sakit, serta mengelola Biokonversi.
Produksi Maggot terbagi dalam 2 cara. Pertama, memproduksi maggot langsung dari alam atau yang dikenal dengan open system, di mana produksinya langsung terintegrasi dengan perkebunan.
Kedua, close system dengan memelihara maggot ditempat yang terkontrol atau yang disebut dengan insektarium. Pemanfaatan maggot dalam mendukung industri perikanan dan peternakan menjadi sektor ekonomi baru yang berbasis lingkungan (economic environmental friendly).
Di akhir paparan, Melta menyebutkan pengaplikasian maggot dalam mengolah limbah makanan (food waste) butuh kerjasama dari berbagai sector. Mulai dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian, Dinas Perikanan, Pertanian dan Peternakan, serta pihak swasta.
Ketua Umum Yasarini, Nanny Hadi Tjahjanto berharap dengan webinar kali ini maggot dapat menjadi agen alternatif yang menjanjikan yang mampu menekan volume sampah organik dan mempunyai nilai ekonomis. Juga dapat dimanfaatkan oleh SMA Pradita Dirgantara dalam program kolam terpadu dan Poultry Centre yang telah dibangun di sekolah ini untuk menunjang pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan.
Direktur Direktorat Pengembangan Sekolah Pradita Dirgantara, Dwi A Yuliantoro dalam closing statement-nya berharap webinar kali ini akan tercipta Duta Sampah Organik yang berasal dari siswa-siswi SMA Pradita Dirgantara. “Karena ketika kita membicarakan sesuatu hal yang organik maka itu berhubungan dengan sesuatu hal yang memiliki nilai jual yang tinggi dan tentunya akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga masyarakat,” terangnya.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda