Japelidi, Hadirkan Keragaman Budaya Indonesia di Ruang Digital
Selasa, 04 Mei 2021 - 15:51 WIB
JAKARTA - Indonesia sangat luar biasa keragaman budayanya, dengan 1.331 suku bangsa, 741 bahasa daerah, dan juga 6 agama resmi serta 245 kepercayaan. Bhinneka Tunggal Ika menjadi roh utamanya. Menghormati perbedaan dan keragaman, sudah menjadi konsekuensi yang harus dijalani oleh masyarakat Indonesia. Sehingga penciptaan ruang publik dengan beragam kebudayaan yang bisa diterima oleh semua pihak, haruslah bangsa Indonesia laksanakan.
Kondisi tersebut menjadikan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Fikom Universitas Pancasila, Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, serta Tradisional Games Return (TGR), menggelar kegiatan diskusi dengan tema Keberagaman Budaya Indonesia di Ruang Digital pada Senin (3/5/2021).
Pemateri utama pada kegiatan ini Dr. Lestari Nurhajati, Anggota Japelidi dan juga dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR; Dr. Fitria Angeliqa, Anggota Japelidi dan juga dosen Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila; serta moderator Aghnina Wahdini, M.Ikom, founder Traditional Games Return (TGR).
Dalam sambutan pembukaan, Novi Kurnia, Ph.D, Koordinator Nasional Japelidi mengungkapkan kegiatan dengan nama program J-Talk atau Japelidi Talks ini merupakan kegiatan rutin Japelidi. “Namun kali ini sifatnya berkaitan dengan sosialisasi atas empat modul literasi digital yang ditulis oleh teman-teman Japelidi dengan dukungan produksi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi serta Siberkerasi,” jelas Novi Kurnia yang juga dosen Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Sementara itu, salah satu penyelenggara acara tersebut, Anna Agustina,Ph.D, selaku Dekan Fikom Universitas Pancasila menyatakan bahwa kegiatan kolaborasi antara berbagai organisasi dan kampus ini menunjukkan kepedulian perguruan tinggi, terutama dalam mendukung kegiatan literasi digital, “Tidak saja ini menjadi rangkaian Hari Pendidikan Nasional, namun juga bagian dari hari ulang tahun pendirian Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila,” ungkapnya.
Memahami konteks budaya baik dari sisi praktik, produk, maupun perspektifnya, menjadi sangat penting untuk sebuah bangsa yang sangat beragam budayanya. Hal ini tidak saja untuk menjaga pelestarian budaya yang ada, juga sekaligsu mencegah terjadinya perpecahan karena hilangnya toleransi pada anggota masyarakatnya.
Kondisi tersebut menjadikan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Fikom Universitas Pancasila, Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, serta Tradisional Games Return (TGR), menggelar kegiatan diskusi dengan tema Keberagaman Budaya Indonesia di Ruang Digital pada Senin (3/5/2021).
Baca Juga
Pemateri utama pada kegiatan ini Dr. Lestari Nurhajati, Anggota Japelidi dan juga dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR; Dr. Fitria Angeliqa, Anggota Japelidi dan juga dosen Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila; serta moderator Aghnina Wahdini, M.Ikom, founder Traditional Games Return (TGR).
Dalam sambutan pembukaan, Novi Kurnia, Ph.D, Koordinator Nasional Japelidi mengungkapkan kegiatan dengan nama program J-Talk atau Japelidi Talks ini merupakan kegiatan rutin Japelidi. “Namun kali ini sifatnya berkaitan dengan sosialisasi atas empat modul literasi digital yang ditulis oleh teman-teman Japelidi dengan dukungan produksi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi serta Siberkerasi,” jelas Novi Kurnia yang juga dosen Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Sementara itu, salah satu penyelenggara acara tersebut, Anna Agustina,Ph.D, selaku Dekan Fikom Universitas Pancasila menyatakan bahwa kegiatan kolaborasi antara berbagai organisasi dan kampus ini menunjukkan kepedulian perguruan tinggi, terutama dalam mendukung kegiatan literasi digital, “Tidak saja ini menjadi rangkaian Hari Pendidikan Nasional, namun juga bagian dari hari ulang tahun pendirian Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila,” ungkapnya.
Memahami konteks budaya baik dari sisi praktik, produk, maupun perspektifnya, menjadi sangat penting untuk sebuah bangsa yang sangat beragam budayanya. Hal ini tidak saja untuk menjaga pelestarian budaya yang ada, juga sekaligsu mencegah terjadinya perpecahan karena hilangnya toleransi pada anggota masyarakatnya.
tulis komentar anda