Ini Strategi ITB Menjaring Bibit-bibit Unggul Agar Bisa Bersaing di Kancah Dunia
Rabu, 19 Mei 2021 - 07:14 WIB
JAKARTA - Ketua Tim Transformasi ITB 2021-2025 Prof. Dr. Delik Hudalah menjelaskan, pada periode 2023-2024, ITB akan mulai mengambil manfaat dari sistem multikampus yang tengah kembangkan sampai saat ini. Adanya multikampus ini bertujuan untuk mengekspansi daya tampung ITB dalam memperoleh bibit-bibit unggul .
Pengadaan multikampus, menurutnya, diharapkan mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang baik di masyarakat sekitar sehingga secara eksplisit keberadaannya bisa menyejahterakan sisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara ITB Talks ke-6 pada Kamis (6/5).
Dalam rencana dekat ini, ujar Prof. Delik, di kampus Jatinangor akan membuka program studi paralel baru yakni Teknik Informatika, Sistem dan Teknologi Informasi, Desain Komunikasi Visual, dan Kewirausahaan. Tentunya dengan pelaksanaan kurikulum yang fleksibel, kampus-kampus multikampus kualitasnya tidak akan tertinggal dari kampus utama.
“Kemudian yang terakhir pada periode 2024-2025 tercapainya center of excellence pada kegiatan entrepreneurial. Dengan dilakukannya kemitraan strategis lokal-global dan komersialisasi penelitian untuk penguatan industri nasional,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Selasa (18/5)
Secara kualitatif, dijelaskan Prof. Delik, indikator keberhasilan dari program ini yakni terciptanya atmosfer akademik yang kondusif dan peningkatan kualitas sumber daya yang ITB miliki. Dua aspek tersebut menjadi penilaian terpenting untuk mencapai reputasi nasional dan dunia.
Sedangkan secara kuantitatif, ITB mampu melejit di jajaran urutan atas universitas dunia utamanya berdasarkan QS WURs. Untuk itu, sebagian besar indikator kemajuan ITB dalam Renstra diambil dari penilaian QS WURs sebagai institusi penilai universitas dunia ternama, namun tetap banyak indikator kemajuan lain yang ditambahkan supaya mampu bersaing di berbagai ranah keunggulan.
Pengadaan multikampus, menurutnya, diharapkan mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang baik di masyarakat sekitar sehingga secara eksplisit keberadaannya bisa menyejahterakan sisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara ITB Talks ke-6 pada Kamis (6/5).
Dalam rencana dekat ini, ujar Prof. Delik, di kampus Jatinangor akan membuka program studi paralel baru yakni Teknik Informatika, Sistem dan Teknologi Informasi, Desain Komunikasi Visual, dan Kewirausahaan. Tentunya dengan pelaksanaan kurikulum yang fleksibel, kampus-kampus multikampus kualitasnya tidak akan tertinggal dari kampus utama.
“Kemudian yang terakhir pada periode 2024-2025 tercapainya center of excellence pada kegiatan entrepreneurial. Dengan dilakukannya kemitraan strategis lokal-global dan komersialisasi penelitian untuk penguatan industri nasional,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Selasa (18/5)
Secara kualitatif, dijelaskan Prof. Delik, indikator keberhasilan dari program ini yakni terciptanya atmosfer akademik yang kondusif dan peningkatan kualitas sumber daya yang ITB miliki. Dua aspek tersebut menjadi penilaian terpenting untuk mencapai reputasi nasional dan dunia.
Sedangkan secara kuantitatif, ITB mampu melejit di jajaran urutan atas universitas dunia utamanya berdasarkan QS WURs. Untuk itu, sebagian besar indikator kemajuan ITB dalam Renstra diambil dari penilaian QS WURs sebagai institusi penilai universitas dunia ternama, namun tetap banyak indikator kemajuan lain yang ditambahkan supaya mampu bersaing di berbagai ranah keunggulan.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda