Belajar Online Tetap Jadi Alternatif Pendidikan Masa Depan
Minggu, 06 Juni 2021 - 16:15 WIB
BANDUNG - Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat teknologi digital akan menjadi ciri khas pembelajaran masa depan. Oleh karenanya, belajar online akan tetap jadi alternatif pendidikan di masa depan.
Hal itu dikatakan Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti. Menurut dia, di masa pandemi COVID-19 saat ini, banyak lembaga pendidikan yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar, namun tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik.
"Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, kami sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung. Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung," tutur Laksmi, Sabtu (5/6/2021).
Menurut Laksmi, belajar online bisa sangat engaging, menyenangkan, dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar. Semua pengajar SMM pun, kata Laksmi, dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya.
"SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik, kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak," jelasnya.
Dia mengatakan, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas dan biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya. Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak atau berpihak pada anak.
"SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja karena pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM tersebar dari Aceh hingga Papua," ujarnya.
Hal itu dikatakan Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti. Menurut dia, di masa pandemi COVID-19 saat ini, banyak lembaga pendidikan yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar, namun tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik.
"Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, kami sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung. Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung," tutur Laksmi, Sabtu (5/6/2021).
Menurut Laksmi, belajar online bisa sangat engaging, menyenangkan, dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar. Semua pengajar SMM pun, kata Laksmi, dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya.
"SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik, kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak," jelasnya.
Dia mengatakan, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas dan biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya. Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak atau berpihak pada anak.
"SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja karena pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM tersebar dari Aceh hingga Papua," ujarnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda