Tukang Ojek Online Ini Lulus Cumlaude S2 Unair Berbekal Keinginan ke Paris
Senin, 28 Juni 2021 - 08:14 WIB
SURABAYA - Jalan hidup Mukhammad Handy Dwi Wijaya begitu penuh gejolak. Ia berhasil lulus sebagai wisudawan terbaik dari S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) dengan predikat Cumlaude.
Ia menyandang gelar wisudawan terbaik sembari membiyai kuliahnya secara mandiri dengan menjadi pengendara ojek online (ojol). Hal tersebut ia lakukan karena tidak ingin lebih membebani orang tuanya untuk menanggung mahalnya pendidikan di jenjang S-2.
“Karena kuliah saya biasanya sore hari, pagi hari mulai jam 06:00 sampai jam 15:00 saya gunakan untuk nge-Grab, kadang juga saya lanjut selepas kuliah hingga target perolehan harian saya tercapai,” katanya, Minggu (27/6/2021).
Mahasiswa kelahiran Mojokerto, 11 Maret 1996 tersebut juga berkeinginan untuk lanjut studi S3 di Universitas Paris. Motivasinya yang tak pernah padam ketika menjalani profesi sebagai tukang ojek.
“Itu cita-cita saya, karena saya sangat mengidolakan Jean Baudrillard melalui teori Hyperreality-nya, semoga saya bisa mendapat beasiswa ke sana,” jelasnya.
Memang tak mudah bagi Handy untuk menempuh pendidikanya, lelah dan rasa malas serta kesulitan membagi waktu antara “narik” dan kuliah adalah problem yang sering ia jumpai semasa kuliah. Namun, ia tetap bisa untuk maksimalkan perkuliahanya dengan aktif dalam kelas alih-alih menonaktifkan kameranya dengan dalih sinyal.
“Sesibuk dan semalas apapun, saya tetap mencoba untuk aktif berdiskusi, bertanya, menjawab dalam kelas baik sebelum dan setelah adanya COVID-19 ini, karena dalam diskusi itulah kita bisa mencetak diri kita baik secara intelektual dan emosional,” imbuhnya.
Di tengah padatnya kesibukan Handy untuk “narik” dan kuliah, ia juga tetap aktif mengikuti organisasi baik internal dan eksternal kampus. Lulusan Terbaik S1 Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut mengungkapkan, semasa studi, ia aktif dalam Lembaga Ilmu Sosial Humaniora dan Bisnis Unair (LISHB), beberapa penelitian dosen serta menjadi pendamping Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).
Ia menyandang gelar wisudawan terbaik sembari membiyai kuliahnya secara mandiri dengan menjadi pengendara ojek online (ojol). Hal tersebut ia lakukan karena tidak ingin lebih membebani orang tuanya untuk menanggung mahalnya pendidikan di jenjang S-2.
“Karena kuliah saya biasanya sore hari, pagi hari mulai jam 06:00 sampai jam 15:00 saya gunakan untuk nge-Grab, kadang juga saya lanjut selepas kuliah hingga target perolehan harian saya tercapai,” katanya, Minggu (27/6/2021).
Mahasiswa kelahiran Mojokerto, 11 Maret 1996 tersebut juga berkeinginan untuk lanjut studi S3 di Universitas Paris. Motivasinya yang tak pernah padam ketika menjalani profesi sebagai tukang ojek.
“Itu cita-cita saya, karena saya sangat mengidolakan Jean Baudrillard melalui teori Hyperreality-nya, semoga saya bisa mendapat beasiswa ke sana,” jelasnya.
Baca Juga
Memang tak mudah bagi Handy untuk menempuh pendidikanya, lelah dan rasa malas serta kesulitan membagi waktu antara “narik” dan kuliah adalah problem yang sering ia jumpai semasa kuliah. Namun, ia tetap bisa untuk maksimalkan perkuliahanya dengan aktif dalam kelas alih-alih menonaktifkan kameranya dengan dalih sinyal.
“Sesibuk dan semalas apapun, saya tetap mencoba untuk aktif berdiskusi, bertanya, menjawab dalam kelas baik sebelum dan setelah adanya COVID-19 ini, karena dalam diskusi itulah kita bisa mencetak diri kita baik secara intelektual dan emosional,” imbuhnya.
Di tengah padatnya kesibukan Handy untuk “narik” dan kuliah, ia juga tetap aktif mengikuti organisasi baik internal dan eksternal kampus. Lulusan Terbaik S1 Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut mengungkapkan, semasa studi, ia aktif dalam Lembaga Ilmu Sosial Humaniora dan Bisnis Unair (LISHB), beberapa penelitian dosen serta menjadi pendamping Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda