Perkuat Wawasan Kebangsaan, RMB UIN KHAS Jember Gelar Workshop Moderasi Beragama
Selasa, 12 Oktober 2021 - 16:53 WIB
JAKARTA - Rumah Moderasi Beragama (RMB) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq ( UIN KHAS ) Jember telah merumuskan peta jalan penguatan moderasi beragama. Sebagai wujud implementasi dari salah satu rumusan itu, RMB menggelar Workshop Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama bagi civitas akademika internal.
Rektor UIN KHAS Jember, Babun Suharto mengungkapkan, civitas akademika UIN KHAS Jember harus menjadi agen yang menyuarakan komitmen moderasi beragama dengan kajian, riset, publikasi, serta pengabdian kepada masyarakat. “Penguatan kerukunan dan toleransi itu perlu terus-menerus dilakukan, terutama melalui sosialisasi pemahaman keagamaan yang moderat dan menekankan pentingnya kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk,” ungkap Babun saat membuka Workshop, di Jember, Sabtu (9/10/2021).
Dikatakan Babun, melalui nama Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) yang melekat pada nama kampus, menjadi cerminan bahwa kampus UIN KHAS terus didorong menjadi kampus harmoni dan moderasi beragama. Babun meminta civitas akademika bersama masyarakat harus selalu menjaga mesranya hubungan keislaman dan keindonesiaan yang moderat sebagaimana pemikiran Kiai Haji Achmad Siddiq.
“Moderasi beragama menjadi wajah etalase kelembagaan UIN KHAS Jember. Hal itu kita wujudkan dengan bangunan integrasi keilmuan dalam bingkai filosofis kedalaman ilmu berbasis kearifan lokal yang ditopang melalui penguatan nilai-nilai moderasi beragama dalam satu tarikan nafas keilmuan, keberagamaan, kemanusiaan, dan keindonesiaan,” ungkap Babun yang juga Ketua Forum pimpinan PTKN.
Sementara, Wakil Bupati Jember yang hadir sebagai narasumber menilai moderasi beragama merupakan hal yang sangat perlu untuk dikuatkan. Menurutnya, perkembangan kebudayaan yang terus dinamis, hendaknya diiringi oleh muatan-muatan keagamaan, sehingga dapat tetap terkontrol.
“Menurut saya, moderasi beragama itu sangat penting sekali. Perkembangan kebudayaan manusia ini terus dinamis, sehingga harus diiringi dengan muatan-muatan keagamaan yang moderat agar tidak liar,” ungkap Gus Firjaun.
Untuk itu, Gus Firjaun meminta agar UIN KHAS Jember dapat menjadi pionir dalam mencetak civitas akademika yang memiliki wawasan luas baik intelektual maupun spiritual. “UIN KHAS Jember harus mampu menjadi salah satu pionir untuk mencetak ahli-ahli yang tidak hanya memiliki wawasan intelektual, namun juga kemantapan dalam spiritual yang bisa mengayomi seluruh bangsa Indonesia yang beragam,” ungkapnya.
Direktur Rumah Moderasi Beragama UIN KHAS Jember Wildani Hefni, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari peta jalan dan strategi penguatan moderasi beragama yang telah disusun oleh Rumah Moderasi Beragama UIN KHAS Jember.
“Kami telah merumuskan peta jalan penguatan moderasi beragama di lingkungan UIN KHAS Jember. Tentu harapannya sangat tinggi, agar seluruh civitas akademika UIN KHAS Jember menjadi bagian yang senantiasa melantunkan dan mengajarkan Islam moderat di tengah-tengah kehidupan yang multikultural ini. Hal itu bisa dikuatkan dalam penegasan kontribusi akademik/keilmuan civitas akademika UIN KHAS Jember dengan aksentuasi pada paradigma keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan,” terang Wildan.
Rektor UIN KHAS Jember, Babun Suharto mengungkapkan, civitas akademika UIN KHAS Jember harus menjadi agen yang menyuarakan komitmen moderasi beragama dengan kajian, riset, publikasi, serta pengabdian kepada masyarakat. “Penguatan kerukunan dan toleransi itu perlu terus-menerus dilakukan, terutama melalui sosialisasi pemahaman keagamaan yang moderat dan menekankan pentingnya kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk,” ungkap Babun saat membuka Workshop, di Jember, Sabtu (9/10/2021).
Baca Juga
Dikatakan Babun, melalui nama Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) yang melekat pada nama kampus, menjadi cerminan bahwa kampus UIN KHAS terus didorong menjadi kampus harmoni dan moderasi beragama. Babun meminta civitas akademika bersama masyarakat harus selalu menjaga mesranya hubungan keislaman dan keindonesiaan yang moderat sebagaimana pemikiran Kiai Haji Achmad Siddiq.
“Moderasi beragama menjadi wajah etalase kelembagaan UIN KHAS Jember. Hal itu kita wujudkan dengan bangunan integrasi keilmuan dalam bingkai filosofis kedalaman ilmu berbasis kearifan lokal yang ditopang melalui penguatan nilai-nilai moderasi beragama dalam satu tarikan nafas keilmuan, keberagamaan, kemanusiaan, dan keindonesiaan,” ungkap Babun yang juga Ketua Forum pimpinan PTKN.
Sementara, Wakil Bupati Jember yang hadir sebagai narasumber menilai moderasi beragama merupakan hal yang sangat perlu untuk dikuatkan. Menurutnya, perkembangan kebudayaan yang terus dinamis, hendaknya diiringi oleh muatan-muatan keagamaan, sehingga dapat tetap terkontrol.
Baca Juga
“Menurut saya, moderasi beragama itu sangat penting sekali. Perkembangan kebudayaan manusia ini terus dinamis, sehingga harus diiringi dengan muatan-muatan keagamaan yang moderat agar tidak liar,” ungkap Gus Firjaun.
Untuk itu, Gus Firjaun meminta agar UIN KHAS Jember dapat menjadi pionir dalam mencetak civitas akademika yang memiliki wawasan luas baik intelektual maupun spiritual. “UIN KHAS Jember harus mampu menjadi salah satu pionir untuk mencetak ahli-ahli yang tidak hanya memiliki wawasan intelektual, namun juga kemantapan dalam spiritual yang bisa mengayomi seluruh bangsa Indonesia yang beragam,” ungkapnya.
Direktur Rumah Moderasi Beragama UIN KHAS Jember Wildani Hefni, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari peta jalan dan strategi penguatan moderasi beragama yang telah disusun oleh Rumah Moderasi Beragama UIN KHAS Jember.
“Kami telah merumuskan peta jalan penguatan moderasi beragama di lingkungan UIN KHAS Jember. Tentu harapannya sangat tinggi, agar seluruh civitas akademika UIN KHAS Jember menjadi bagian yang senantiasa melantunkan dan mengajarkan Islam moderat di tengah-tengah kehidupan yang multikultural ini. Hal itu bisa dikuatkan dalam penegasan kontribusi akademik/keilmuan civitas akademika UIN KHAS Jember dengan aksentuasi pada paradigma keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan,” terang Wildan.
(mpw)
tulis komentar anda