Cegah Pernikahan Anak, Pakar IPB Berbagi Pengetahuan Kesiapan Menikah bagi Remaja
Sabtu, 11 Desember 2021 - 17:58 WIB
JAKARTA - Demi mewujudkan generasi berkualitas dan terbebas dari kekerasan seksual dan stunting , diperlukan upaya sejak dini. Oleh karena itu, remaja dan calon pengantin perlu dibekali pemahaman kesiapan menikah dan kehidupan berkeluarga. Setidaknya pemahaman mengenali kesehatan reproduksi dan memahami pentingnya nutrisi untuk mencegah stunting.
Dosen IPB University dari Fakultas Ekologi Manusia Dr Tin Herawati turut menjelaskan tentang pentingnya pencegahan stunting dan pernikahan dini. Ia menyebut, jumlah penduduk Indonesia paling banyak saat ini merupakan Generasi Z.
“Satu dari empat penduduk Indonesia adalah remaja, sehingga perlu persiapan pernikahan dengan baik. Hal ini menjadi kunci agar terhindar dari pernikahan anak,” kata Dr Tin Herawati, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University katanya melalui siaran pers, Sabtu (11/12/2021).
Dosen IPB University itu menyebut, isu dan kasus pernikahan anak semakin meningkat di masa pandemi. Bahkan, banyak anak muda yang mengajukan pernikahan anak dan meminta keringanan prasyarat.“Usia pernikahan anak didominasi oleh usia sekolah menengah pertama dan menengah atas,” terangnya.
Dampak pernikahan anak, kata Dr Tin, akan sangat mengkhawatirkan. Ia mengaku, pasangan pernikahan muda lebih rentan menjadi korban kekerasan dan melahirkan anak yang stunting. Tidak hanya itu, emosi anak muda yang belum stabil dapat menyebabkan kekerasan baik fisik maupun verbal.
Dr Tin menjelaskan, pernikahan anak disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya kehamilan di luar nikah. Sehingga remaja harus diberi pengetahuan untuk melindungi alat reproduksinya. Kejadian ini juga terkait dengan pola pengasuhan oleh orang tua yang bersifat terlalu permisif.
“Dibutuhkan kesiapan menikah agar mencegah kehidupan pasca menikah yang berkekurangan dan menyulitkan orang tua,” tambah Dr Tin.
Dosen IPB University dari Fakultas Ekologi Manusia Dr Tin Herawati turut menjelaskan tentang pentingnya pencegahan stunting dan pernikahan dini. Ia menyebut, jumlah penduduk Indonesia paling banyak saat ini merupakan Generasi Z.
“Satu dari empat penduduk Indonesia adalah remaja, sehingga perlu persiapan pernikahan dengan baik. Hal ini menjadi kunci agar terhindar dari pernikahan anak,” kata Dr Tin Herawati, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University katanya melalui siaran pers, Sabtu (11/12/2021).
Dosen IPB University itu menyebut, isu dan kasus pernikahan anak semakin meningkat di masa pandemi. Bahkan, banyak anak muda yang mengajukan pernikahan anak dan meminta keringanan prasyarat.“Usia pernikahan anak didominasi oleh usia sekolah menengah pertama dan menengah atas,” terangnya.
Dampak pernikahan anak, kata Dr Tin, akan sangat mengkhawatirkan. Ia mengaku, pasangan pernikahan muda lebih rentan menjadi korban kekerasan dan melahirkan anak yang stunting. Tidak hanya itu, emosi anak muda yang belum stabil dapat menyebabkan kekerasan baik fisik maupun verbal.
Dr Tin menjelaskan, pernikahan anak disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya kehamilan di luar nikah. Sehingga remaja harus diberi pengetahuan untuk melindungi alat reproduksinya. Kejadian ini juga terkait dengan pola pengasuhan oleh orang tua yang bersifat terlalu permisif.
“Dibutuhkan kesiapan menikah agar mencegah kehidupan pasca menikah yang berkekurangan dan menyulitkan orang tua,” tambah Dr Tin.
tulis komentar anda