Ini Filosofi Gunungan dalam Logo Presidensi G20 Indonesia
Kamis, 10 Februari 2022 - 08:27 WIB
JAKARTA - Pembukaan G20 Bidang Pendidikan dan Kebudayaan atau ‘Kick Off G20 on Education and Culture’ diresmikan dengan dicabutnya simbolis Gunungan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Mendikbudristek ), Nadiem Anwar Makarim.
Hal itu dilakukan Nadiem pada seremoni yang berlangsung di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta Rabu (9/2/2022). Dalam ‘Kick Off G20 on Education and Culture’ ini, melalui siaran pers, dikutip Kamis (10/2/2022), Mendikbudristek mencabut Gunungan yang posisinya berada di tengah, kemudian menancapkannya kembali pada sisi sebelah kanan.
Prosesi mencabut dan menancapkan kembali Gunungan di posisi yang berbeda itu memiliki makna khusus. Mencabut atau menarik Gunungan mempunyai makna penjelmaan zat pertama manusia yang memiliki cipta, rasa, dan karsa.
Kemudian alasan mengapa Gunungan tidak lagi berada di tengah adalah Gunungan menjadi simbol harapan dimulainya sebuah kehidupan atau babak baru seorang manusia.
Baca: Nadiem Umumkan Agenda Prioritas Bidang Pendidikan dan Kebudayaan pada Presidensi G20
Gunungan dalam logo Presidensi G20 Indonesia merepresentasi semangat dan optimisme masyarakat Indonesia, khususnya untuk pulih dari pandemi dan segera memasuki babak baru kehidupan.
Hal ini juga terkait dengan tema yang diangkat Indonesia dalam Presidensi G20, yaitu “Recover Together, Recover Stronger” atau Pulih Bersama. Presidensi G20 Indonesia diharapkan bisa menjadi permulaan bagi dunia untuk pulih bersama dan bangkit kembali pascapandemi Covid-19.
Filosofi Gunungan menggambarkan simbol kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan waktu menuju babak baru. Bentuk gunungan yang seperti segitiga adalah simbol dari purwa, madya, dan wasana, yakni siklus kehidupan dari awal sampai akhir.
Gunungan juga merupakan lambang pergantian lakon atau cerita tentang bagaimana manusia berjuang dan berusaha untuk mengubah jalan hidupnya. Bentuk Gunungan yang mengerucut ke atas bermakna bahwa segala daya dan upaya manusia diserahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Hal itu dilakukan Nadiem pada seremoni yang berlangsung di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta Rabu (9/2/2022). Dalam ‘Kick Off G20 on Education and Culture’ ini, melalui siaran pers, dikutip Kamis (10/2/2022), Mendikbudristek mencabut Gunungan yang posisinya berada di tengah, kemudian menancapkannya kembali pada sisi sebelah kanan.
Prosesi mencabut dan menancapkan kembali Gunungan di posisi yang berbeda itu memiliki makna khusus. Mencabut atau menarik Gunungan mempunyai makna penjelmaan zat pertama manusia yang memiliki cipta, rasa, dan karsa.
Kemudian alasan mengapa Gunungan tidak lagi berada di tengah adalah Gunungan menjadi simbol harapan dimulainya sebuah kehidupan atau babak baru seorang manusia.
Baca: Nadiem Umumkan Agenda Prioritas Bidang Pendidikan dan Kebudayaan pada Presidensi G20
Gunungan dalam logo Presidensi G20 Indonesia merepresentasi semangat dan optimisme masyarakat Indonesia, khususnya untuk pulih dari pandemi dan segera memasuki babak baru kehidupan.
Hal ini juga terkait dengan tema yang diangkat Indonesia dalam Presidensi G20, yaitu “Recover Together, Recover Stronger” atau Pulih Bersama. Presidensi G20 Indonesia diharapkan bisa menjadi permulaan bagi dunia untuk pulih bersama dan bangkit kembali pascapandemi Covid-19.
Filosofi Gunungan menggambarkan simbol kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan waktu menuju babak baru. Bentuk gunungan yang seperti segitiga adalah simbol dari purwa, madya, dan wasana, yakni siklus kehidupan dari awal sampai akhir.
Gunungan juga merupakan lambang pergantian lakon atau cerita tentang bagaimana manusia berjuang dan berusaha untuk mengubah jalan hidupnya. Bentuk Gunungan yang mengerucut ke atas bermakna bahwa segala daya dan upaya manusia diserahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda