Mahasiswa ITS Gagas Trem Tanpa Pengemudi untuk Moda Transportasi Masa Depan
Sabtu, 16 Juli 2022 - 15:36 WIB
JAKARTA - Berangkat dari keprihatinan terhadap buruknya kualitas udara di Surabaya, mahasiswa ITS menggagas inovasi Autonomous Electric Tram (AUTRAM) alias trem tanpa pengemudi bertenaga baterai sebagai moda transportasi masa depan. Trem tersebut diklaim mampu mengurangi emisi karbondioksida di Surabaya sebesar 31 ton per tahun.
Ketua Tim Peneliti Muhammad Ainul Yaqin mengatakan, gagasan AUTRAM sebagai kendaraan yang menggunakan tenaga baterai ini terbilang masih baru. Ditambah lagi dengan kelebihan baterai yang dapat diisi menggunakan pembangkit tenaga surya. “Ide ini dapat terbilang baru, pemanfaatan energi terbarukannya juga cocok diterapkan di Surabaya,” ujarnya, dikutip dari laman Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (16/7/2022).
Baca: Unair Masih Buka Penerimaan Jalur Mandiri, Peserta KIP Kuliah Bisa Daftar
Mahasiswa yang kerap disapa Inung tersebut melanjutkan, untuk menjalankan trem ini dibutuhkan beberapa sensor. Mulai dari Global Navigation Satellite System (GNSS), Light Detection and Ranging (LIDAR), Radar, hingga kamera dengan fungsinya masing-masing yang saling melengkapi. Seperti pada sensor GNSS, sensor tersebut berfungsi untuk menentukan posisi trem menggunakan sistem navigasi satelit.
Spesifikasi AUTRAM yang terdiri dari sensor, baterai sebagai sumber tenaga penggerak trem, serta kapasitas penumpang yang dapat diangkut. Selanjutnya, sensor LIDAR digunakan untuk mendeteksi sekaligus memetakan bentuk tiga dimensi dari lingkungan sekitar dengan akurasi yang tinggi.
Sedangkan sensor Radar akan mendeteksi dan mengukur jaraknya dengan akurat. “Sensor Radar dapat diandalkan untuk sistem pengereman darurat,” ungkap mahasiswa Departemen Teknik Fisika angkatan 2019 ini.
Selain ketiga sensor tersebut, terdapat pula fitur kamera yang dapat mendeteksi benda di sekitar trem, rambu lalu lintas, serta garis jalan. Hal ini juga didukung dengan kecerdasan buatan yang disebut Movement Authority Limit (MAL). MAL dapat menentukan batas jarak yang diperbolehkan untuk trem bergerak. “Dengan begitu, trem dapat bergerak maju, berhenti, mundur, menambah kecepatan, dan mengurangi kecepatan,” tutur Inung.
Lebih lanjut, Inung juga menerangkan bagaimana sistem penggerak pada AUTRAM dijalankan. Tidak seperti trem pada umumnya yang menggunakan tenaga listrik, AUTRAM bergerak dengan baterai bertenaga surya. “Jika daya pada baterai habis, maka akan diganti dengan baterai baru yang telah dicas di stasiun pengecasan,” tutur pemuda asal Jember ini.
Baca juga: Dear Mahasiswa Baru, Catat 10 Tips Penting untuk Tahun Pertama Kuliah
Ketua Tim Peneliti Muhammad Ainul Yaqin mengatakan, gagasan AUTRAM sebagai kendaraan yang menggunakan tenaga baterai ini terbilang masih baru. Ditambah lagi dengan kelebihan baterai yang dapat diisi menggunakan pembangkit tenaga surya. “Ide ini dapat terbilang baru, pemanfaatan energi terbarukannya juga cocok diterapkan di Surabaya,” ujarnya, dikutip dari laman Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (16/7/2022).
Baca: Unair Masih Buka Penerimaan Jalur Mandiri, Peserta KIP Kuliah Bisa Daftar
Mahasiswa yang kerap disapa Inung tersebut melanjutkan, untuk menjalankan trem ini dibutuhkan beberapa sensor. Mulai dari Global Navigation Satellite System (GNSS), Light Detection and Ranging (LIDAR), Radar, hingga kamera dengan fungsinya masing-masing yang saling melengkapi. Seperti pada sensor GNSS, sensor tersebut berfungsi untuk menentukan posisi trem menggunakan sistem navigasi satelit.
Spesifikasi AUTRAM yang terdiri dari sensor, baterai sebagai sumber tenaga penggerak trem, serta kapasitas penumpang yang dapat diangkut. Selanjutnya, sensor LIDAR digunakan untuk mendeteksi sekaligus memetakan bentuk tiga dimensi dari lingkungan sekitar dengan akurasi yang tinggi.
Sedangkan sensor Radar akan mendeteksi dan mengukur jaraknya dengan akurat. “Sensor Radar dapat diandalkan untuk sistem pengereman darurat,” ungkap mahasiswa Departemen Teknik Fisika angkatan 2019 ini.
Selain ketiga sensor tersebut, terdapat pula fitur kamera yang dapat mendeteksi benda di sekitar trem, rambu lalu lintas, serta garis jalan. Hal ini juga didukung dengan kecerdasan buatan yang disebut Movement Authority Limit (MAL). MAL dapat menentukan batas jarak yang diperbolehkan untuk trem bergerak. “Dengan begitu, trem dapat bergerak maju, berhenti, mundur, menambah kecepatan, dan mengurangi kecepatan,” tutur Inung.
Lebih lanjut, Inung juga menerangkan bagaimana sistem penggerak pada AUTRAM dijalankan. Tidak seperti trem pada umumnya yang menggunakan tenaga listrik, AUTRAM bergerak dengan baterai bertenaga surya. “Jika daya pada baterai habis, maka akan diganti dengan baterai baru yang telah dicas di stasiun pengecasan,” tutur pemuda asal Jember ini.
Baca juga: Dear Mahasiswa Baru, Catat 10 Tips Penting untuk Tahun Pertama Kuliah
tulis komentar anda