Ratna Octavian Paparkan Pentingnya Preventive Dentistry di Universitas Katolik Maranatha
Jum'at, 02 September 2022 - 08:03 WIB
JAKARTA - Dosen ahli Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti Dr. Drg. S. Ratna Laksmiastuti Octavian, Sp.KGA memaparkan pentingnya preventive dentistry.
Hal itu disampaikan Ratna Laksmiastuti Octavian saat menjadi narasumber dalam kuliah pakar yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Katolik Maranatha pada 1 September 2022.
Kuliah Pakar FKG Maranatha merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam Program Pendidikan Dokter Gigi. Kuliah Pakar kali ini mengusung tema "Preventive Dentistry" yang merupakan bukti materi dan capaian pembelajaran kurikulum turunan dari visi dan misi FKG Universitas Katolik Maranatha.
Kegiatan akademik ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan informasi yang edukatif dan aplikatif untuk dipraktekkan ke jenjang studi program profesi. Materi kuliah pakar dinilai penting dan dapat dijadikan salah satu bahan acuan dalam penelitian selanjutnya di Indonesia.
Hadir dalam kegiatan tersebut adalah Kaprodi S-1 Drg. Anie Apriani, Sp.KGA., M.K.G; Wadir RSGM Bidang Pelayanan Medis Drg. Linda Sari Sembiring, Sp.KGA., M.K.G. Termasuk para dosen dan seluruh mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi FKG Universitas Katolik Maranatha. Para mahasiswa FKG Universitas Katolik Maranatha yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias dalam sesi tanya jawab.
”Preventive dentistry atau Kedokteran Gigi Pencegahan membahas semua aspek yang dilakukan dalam bidang Kedokteran Gigi baik oleh dental professional, individu, maupun komunitas guna menjaga kesehatan rongga mulut,” ujarnya, Jumat (2/9/2022).
Dia menjabarkan, prinsip preventive dentistry meliputi control of disease, patient education and motivation, developmant of host resistance, restoration of function, dan maintenance of oral health.
Adapun 3 tingkat utama dalam preventive dentistry adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan sebelum terjadi onset penyakit. Pencegahan sekunder dilakukan untuk membatasi efek penyakit sedini mungkin, sesudah terjadi onset penyakit. ”Pencegahan tersier membatasi tingkat kecacatan setelah penyakit menyebabkan keterbatasan fungsional,” ucapnya.
Hal itu disampaikan Ratna Laksmiastuti Octavian saat menjadi narasumber dalam kuliah pakar yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Katolik Maranatha pada 1 September 2022.
Kuliah Pakar FKG Maranatha merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam Program Pendidikan Dokter Gigi. Kuliah Pakar kali ini mengusung tema "Preventive Dentistry" yang merupakan bukti materi dan capaian pembelajaran kurikulum turunan dari visi dan misi FKG Universitas Katolik Maranatha.
Baca Juga
Kegiatan akademik ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan informasi yang edukatif dan aplikatif untuk dipraktekkan ke jenjang studi program profesi. Materi kuliah pakar dinilai penting dan dapat dijadikan salah satu bahan acuan dalam penelitian selanjutnya di Indonesia.
Hadir dalam kegiatan tersebut adalah Kaprodi S-1 Drg. Anie Apriani, Sp.KGA., M.K.G; Wadir RSGM Bidang Pelayanan Medis Drg. Linda Sari Sembiring, Sp.KGA., M.K.G. Termasuk para dosen dan seluruh mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi FKG Universitas Katolik Maranatha. Para mahasiswa FKG Universitas Katolik Maranatha yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias dalam sesi tanya jawab.
”Preventive dentistry atau Kedokteran Gigi Pencegahan membahas semua aspek yang dilakukan dalam bidang Kedokteran Gigi baik oleh dental professional, individu, maupun komunitas guna menjaga kesehatan rongga mulut,” ujarnya, Jumat (2/9/2022).
Dia menjabarkan, prinsip preventive dentistry meliputi control of disease, patient education and motivation, developmant of host resistance, restoration of function, dan maintenance of oral health.
Adapun 3 tingkat utama dalam preventive dentistry adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan sebelum terjadi onset penyakit. Pencegahan sekunder dilakukan untuk membatasi efek penyakit sedini mungkin, sesudah terjadi onset penyakit. ”Pencegahan tersier membatasi tingkat kecacatan setelah penyakit menyebabkan keterbatasan fungsional,” ucapnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda