Dosen Unpad Gunakan VR untuk Terapi Rasa Takut dan Fobia
Rabu, 02 November 2022 - 14:51 WIB
JAKARTA - Dosen Unpad Aulia Iskandarsyah mengembangkan perangkat Virtual Reality (VR) berbasis Virtual Reality Exposure Therapy untuk terapi rasa takut dan fobia. Teknologi VR memiliki keunggulan potensial dalam melakukan terapi untuk mengatasi rasa takut dan fobia.
“Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu/lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” ungkap dosen Departemen Psikologi Klinis Fakutas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad), dikutip dari laman Unpad, Rabu (2/11/2022).
Aulia mencontohkan, seseorang yang takut terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah ia sedang berada di bandara atau pesawat terbang. Hal ini menjadi esensi dari penggunaan teknologi VR sebenarnya, yaitu menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.
Baca juga: Guru Besar UNS Patenkan Motif Batik Khas Sragen, Raih Pendanaan Rp1 Miliar
Keunggulannya lainnya adalah efektivitas biaya karena prosedur intervensi oleh psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus. Selain itu, perangkat ini mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien/klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya. “Handling-nya ada dalam diri dia (pasien),” imbuhnya.
Lebih lanjut Aulia mengatakan, rasa takut dan fobia dalam seseorang salah satunya disebabkan dari proses belajar manusia. Karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempelajari ulang (re-learning) sehingga seseorang lebih bisa menjadi “rasional” dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.
Pengembangan VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini telah dilakukan Aulia sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad. Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, teknologi VR menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas.
Baca juga: 1.670 Mahasiswa Universitas Brawijaya Terima KIP Kuliah
Studi awal yang dilakukan berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang telah mencoba mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap. “Bukan jadi sama sekali tidak takut, tapi intensitasnya berkurang,” imbuhnya.
“Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu/lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” ungkap dosen Departemen Psikologi Klinis Fakutas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad), dikutip dari laman Unpad, Rabu (2/11/2022).
Aulia mencontohkan, seseorang yang takut terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah ia sedang berada di bandara atau pesawat terbang. Hal ini menjadi esensi dari penggunaan teknologi VR sebenarnya, yaitu menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.
Baca juga: Guru Besar UNS Patenkan Motif Batik Khas Sragen, Raih Pendanaan Rp1 Miliar
Keunggulannya lainnya adalah efektivitas biaya karena prosedur intervensi oleh psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus. Selain itu, perangkat ini mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien/klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya. “Handling-nya ada dalam diri dia (pasien),” imbuhnya.
Lebih lanjut Aulia mengatakan, rasa takut dan fobia dalam seseorang salah satunya disebabkan dari proses belajar manusia. Karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempelajari ulang (re-learning) sehingga seseorang lebih bisa menjadi “rasional” dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.
Pengembangan VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini telah dilakukan Aulia sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad. Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, teknologi VR menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas.
Baca juga: 1.670 Mahasiswa Universitas Brawijaya Terima KIP Kuliah
Studi awal yang dilakukan berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang telah mencoba mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap. “Bukan jadi sama sekali tidak takut, tapi intensitasnya berkurang,” imbuhnya.
tulis komentar anda