Mila Rosanti Program Magang Vokasi Mengantar Kartini Cikawung Menembus Komatsu
Rabu, 02 November 2022 - 20:22 WIB
JAKARTA - Mendapat kesempatan magang kala SMK kian membuat Mila Rosanti percaya diri mengembangkan passion-nya di industri alat berat.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri maupun kerja. Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya, saat pandemi Covid-19 lalu pemerintah tetap memberi perhatian khusus pentingnya praktik kerja lapangan (PKL) atau magang melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini mengatur tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik yang dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan monitoring, serta evaluasi.
Bahkan, dalam Kurikulum Merdeka, siswa SMK diwajibkan magang hingga 6 bulan dari yang sebelumnya berkisar 2-3 bulan. Bukannya mengapa, selain memperoleh ilmu langsung dari industri, magang juga turut membawa penyesuaian budaya industri ke dalam lingkungan sekolah.
Salah satu dampak signifikan magang di industri tercermin melalui Mila Rosanti, sosok perempuan alumni SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, yang begitu merasakan “kenyamanan” kala magang di PT Komatsu Indonesia.
Tangis Pilu di Saat Lulus
Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, 15 Mei 2021. Mila Rosanti tidak dapat lagi menahan tangisnya. Padahal, dirinya baru saja dinyatakan lulus dari SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, pada bulan yang sama.
Bukan tanpa sebab, dirinya yakin benar akan langsung bekerja usai lulus sekolah di tempat magangnya terdahulu, PT Komatsu Indonesia. “Karena sebelum saya dinyatakan lulus, sudah ada panggilan dari PT Komatsu untuk bekerja di sana. Ketika saya sampaikan kepada orang tua, mereka amat begitu bahagia mendengar kabar tersebut,” ujar Mila memulai kisahnya.
Namun, hari itu, saat teman-temannya mendapat kabar via telepon genggam dari Komatsu, Mila dan dua orang temannya hanya bisa tertunduk lesu. “Saya kecewa pada diri saya, orang tua juga sedih. Dari situ saya berdiam diri di kamar beberapa hari karena harapan yang tinggi, namun tidak bisa tercapai,” ujarnya.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri maupun kerja. Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya, saat pandemi Covid-19 lalu pemerintah tetap memberi perhatian khusus pentingnya praktik kerja lapangan (PKL) atau magang melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini mengatur tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik yang dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan monitoring, serta evaluasi.
Bahkan, dalam Kurikulum Merdeka, siswa SMK diwajibkan magang hingga 6 bulan dari yang sebelumnya berkisar 2-3 bulan. Bukannya mengapa, selain memperoleh ilmu langsung dari industri, magang juga turut membawa penyesuaian budaya industri ke dalam lingkungan sekolah.
Salah satu dampak signifikan magang di industri tercermin melalui Mila Rosanti, sosok perempuan alumni SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, yang begitu merasakan “kenyamanan” kala magang di PT Komatsu Indonesia.
Tangis Pilu di Saat Lulus
Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, 15 Mei 2021. Mila Rosanti tidak dapat lagi menahan tangisnya. Padahal, dirinya baru saja dinyatakan lulus dari SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, pada bulan yang sama.
Bukan tanpa sebab, dirinya yakin benar akan langsung bekerja usai lulus sekolah di tempat magangnya terdahulu, PT Komatsu Indonesia. “Karena sebelum saya dinyatakan lulus, sudah ada panggilan dari PT Komatsu untuk bekerja di sana. Ketika saya sampaikan kepada orang tua, mereka amat begitu bahagia mendengar kabar tersebut,” ujar Mila memulai kisahnya.
Namun, hari itu, saat teman-temannya mendapat kabar via telepon genggam dari Komatsu, Mila dan dua orang temannya hanya bisa tertunduk lesu. “Saya kecewa pada diri saya, orang tua juga sedih. Dari situ saya berdiam diri di kamar beberapa hari karena harapan yang tinggi, namun tidak bisa tercapai,” ujarnya.
tulis komentar anda