Kemenparekraf dan Kemendikbudristek Dapat Penghargaan dari UI
Kamis, 12 Januari 2023 - 09:51 WIB
Baca juga: IPB Berhasil Fasilitasi 115 Startup, Tertinggi di Antara Kampus Lain
“Kita telah memberikan pelatihan CHSE (cleanliness, health, safety, and environment) dan saat gempa kemarin, saya mendapat kabar dari Pak Kades, bahwa hanya terjadi kerusakan kecil di gerbang wisata dan tidak ada korban jiwa. Kesiapsiagaan ini tentunya harus kita kolaborasikan dengan Universitas Indonesia (UI) yang memiliki segudang mahasiswa dan peneliti terbaik untuk meningkatkan ketahanan destinasi wisata di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam mengatakan, transformasi pendidikan tinggi yang dilakukan Kemendikbudristek sering disalahmaknai sebagai vokasionalisasi Perguruan Tinggi yang berorientasi jangka pendek terhadap fungsi pendidikan. Padahal, menurutnya, transformasi ini justru untuk mengawinkan antara kampus pendidikan dengan kampus kehidupan. “Kampus harus memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui hilirisasi dan huluisasi,” katanya.
“Hilirisasi berarti merancang sejak awal riset dan inovasi yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sementara huluisasi adalah kerja secara langsung untuk membantu masyarakat, misalnya di bidang kesehatan, pemberdayaan, dan pengelolaan lingkungan. Dosen dan mahasiswa harus mampu menjahit program-program tersebut agar terjadi akselerasi terciptanya konorsium di bidang electric vehicle, kelautan, pertanian, pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Oleh karena itu, sinergi kita bersama diperlukan untuk membuat masyarakat dan bangsa ini semakin maju,” ujar Prof. Nizam.
“Kita telah memberikan pelatihan CHSE (cleanliness, health, safety, and environment) dan saat gempa kemarin, saya mendapat kabar dari Pak Kades, bahwa hanya terjadi kerusakan kecil di gerbang wisata dan tidak ada korban jiwa. Kesiapsiagaan ini tentunya harus kita kolaborasikan dengan Universitas Indonesia (UI) yang memiliki segudang mahasiswa dan peneliti terbaik untuk meningkatkan ketahanan destinasi wisata di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam mengatakan, transformasi pendidikan tinggi yang dilakukan Kemendikbudristek sering disalahmaknai sebagai vokasionalisasi Perguruan Tinggi yang berorientasi jangka pendek terhadap fungsi pendidikan. Padahal, menurutnya, transformasi ini justru untuk mengawinkan antara kampus pendidikan dengan kampus kehidupan. “Kampus harus memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui hilirisasi dan huluisasi,” katanya.
“Hilirisasi berarti merancang sejak awal riset dan inovasi yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sementara huluisasi adalah kerja secara langsung untuk membantu masyarakat, misalnya di bidang kesehatan, pemberdayaan, dan pengelolaan lingkungan. Dosen dan mahasiswa harus mampu menjahit program-program tersebut agar terjadi akselerasi terciptanya konorsium di bidang electric vehicle, kelautan, pertanian, pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Oleh karena itu, sinergi kita bersama diperlukan untuk membuat masyarakat dan bangsa ini semakin maju,” ujar Prof. Nizam.
(nnz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda