Cerita Asyik Mahasiswa UMM Studi dan Bertemu Artis K-Pop di Korea
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meskipun singkat, proses pertukaran pelajar atau mahasiswa ke luar negeri akan mengubah hidup dan pemikiran mahasiswa selamanya. Sebab, mereka akan ditempa dengan budaya baru yang lebih cepat dan produktif.
Hal itu dikatakan oleh Elrosa Nadia Sukmaningtyas, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mengikuti program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) ke Hanyang University (HYU).
Program yang dicetuskan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) ini berlangsung selama lima bulan.
Elrosa, sapaannya mengatakan bahwa awalnya ia merasa khawatir akan budaya belajar yang ada di Korea. Berbagai drama dan variety show korea yang ia lihat memperlihatkan pendidikan di negeri ginseng tersebut sangat sulit.
Para pelajarnya juga sangat ambisius dalam hal belajar. Namun ternyata hal tersebut tidak terlihat ketika ia menjalani kelas. Bahkan mahasiswa kelahiran 2001 ini sangat terpukau dengan cara dosen mengajar.
Ia mengatakan hampir semua sivitas akademika yang ada di Hanyang University sangat terbuka pada para mahasiswa lokal maupun asing. Bahkan di dalam proses pembelajaran, dosen akan menanyai satu persatu mahasiswanya tentang kesulitan yang dialami dan membantunya. Sistem perkuliahannya sendiri juga unik.
“Jadi ketika awal semester, setelah memilih kelas akan ada sistem kelas percobaan selama satu minggu. Jadi jika dalam satu minggu tersebut mahasiswa tidak menyukai proses belajarnya, maka ia bisa mengajukan perpindahan kelas,” ujar mahasiswa jurusan manajemen itu.
Terkait lingkungan belajar, Elrosa kembali menjelaskan bahwa para mahasiswa di korea tidak terlihat ambisius di dalam kelas. tapi berbeda cerita jika di luar jam kuliah. Perpustakan dan ruang belajar selalu penuh dengan mahasiswa.
Hal itu dikatakan oleh Elrosa Nadia Sukmaningtyas, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mengikuti program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) ke Hanyang University (HYU).
Program yang dicetuskan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) ini berlangsung selama lima bulan.
Elrosa, sapaannya mengatakan bahwa awalnya ia merasa khawatir akan budaya belajar yang ada di Korea. Berbagai drama dan variety show korea yang ia lihat memperlihatkan pendidikan di negeri ginseng tersebut sangat sulit.
Para pelajarnya juga sangat ambisius dalam hal belajar. Namun ternyata hal tersebut tidak terlihat ketika ia menjalani kelas. Bahkan mahasiswa kelahiran 2001 ini sangat terpukau dengan cara dosen mengajar.
Ia mengatakan hampir semua sivitas akademika yang ada di Hanyang University sangat terbuka pada para mahasiswa lokal maupun asing. Bahkan di dalam proses pembelajaran, dosen akan menanyai satu persatu mahasiswanya tentang kesulitan yang dialami dan membantunya. Sistem perkuliahannya sendiri juga unik.
“Jadi ketika awal semester, setelah memilih kelas akan ada sistem kelas percobaan selama satu minggu. Jadi jika dalam satu minggu tersebut mahasiswa tidak menyukai proses belajarnya, maka ia bisa mengajukan perpindahan kelas,” ujar mahasiswa jurusan manajemen itu.
Terkait lingkungan belajar, Elrosa kembali menjelaskan bahwa para mahasiswa di korea tidak terlihat ambisius di dalam kelas. tapi berbeda cerita jika di luar jam kuliah. Perpustakan dan ruang belajar selalu penuh dengan mahasiswa.