Mahasiswa FKUI Juara 2 Ajang International East Asian Medical Students Conference 2023 di Nepal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FKUI ) berhasil meraih Juara 2 ajangInternational East Asian Medical Students’ Conference (EAMSC) 2023 di Kathmandu, Nepal.
Pada kompetisi yang berlangsung pada 27–31 Januari ini, Tim mahasiswa FKUI menjadi Juara 2 di tingkat global. Tim FKUI ini mewakili Asian Medical Students’ Association (AMSA) Indonesia.
Kemenangan tim FKUI tak terlepas dari kerja sama timnya melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis terkait manfaat lain dari Cold Water Immersion (CWI) atau cryotherapy.
Mereka merangkum dan menyintesis efektivitas CWI dalam mengatasi heat stroke, termasuk menentukan suhu yang paling efektif serta level imersi terbaik. CWI adalah praktik berendam selama 10–15 menit di air dingin dengan suhu 10–15 derajat Celsius.
Dilansir dari portal Headline, Dr. A. Brion Gardner, seorang ahli bedah ortopedi dari The Centers for Advanced Orthopaedics, mengatakan mandi es dapat membantu para atlet untuk pemulihan lebih cepat, pengurangan kerusakan otot dan jaringan, serta peningkatan fungsi tubuh.
Heat stroke merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan hipertermia berat dan disfungsi organ yang menyebabkan tingkat morbiditas signifikan jika tidak ditangani dengan baik. Hipertermia terjadi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,5 derajat Celsius yang disebabkan oleh kegagalan pada sistem pengatur pendinginan suhu tubuh.
“Hipertermia ini umum terjadi di lingkungan panas. Pada 2015, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat 175 juta jiwa. Studi lain di negara tropis juga memperkirakan tingkat kematian akibat penyakit terkait panas mencapai 19,5%,” ujar Najma Ali selaku perwakilan dari Tim Mahasiswa FKUI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Najma dan anggota lainnya, ditemukan bahwa CWI dapat dijadikan salah satu metode pertolongan pertama terbaik dalam kondisi hipertermia karena terbukti memiliki tingkat pendinginan yang lebih unggul, tingkat kelangsungan hidup yang baik, dan implementasi yang lebih mudah diakses dibandingkan ice water.
Pada kompetisi yang berlangsung pada 27–31 Januari ini, Tim mahasiswa FKUI menjadi Juara 2 di tingkat global. Tim FKUI ini mewakili Asian Medical Students’ Association (AMSA) Indonesia.
Kemenangan tim FKUI tak terlepas dari kerja sama timnya melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis terkait manfaat lain dari Cold Water Immersion (CWI) atau cryotherapy.
Mereka merangkum dan menyintesis efektivitas CWI dalam mengatasi heat stroke, termasuk menentukan suhu yang paling efektif serta level imersi terbaik. CWI adalah praktik berendam selama 10–15 menit di air dingin dengan suhu 10–15 derajat Celsius.
Dilansir dari portal Headline, Dr. A. Brion Gardner, seorang ahli bedah ortopedi dari The Centers for Advanced Orthopaedics, mengatakan mandi es dapat membantu para atlet untuk pemulihan lebih cepat, pengurangan kerusakan otot dan jaringan, serta peningkatan fungsi tubuh.
Heat stroke merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan hipertermia berat dan disfungsi organ yang menyebabkan tingkat morbiditas signifikan jika tidak ditangani dengan baik. Hipertermia terjadi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,5 derajat Celsius yang disebabkan oleh kegagalan pada sistem pengatur pendinginan suhu tubuh.
“Hipertermia ini umum terjadi di lingkungan panas. Pada 2015, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat 175 juta jiwa. Studi lain di negara tropis juga memperkirakan tingkat kematian akibat penyakit terkait panas mencapai 19,5%,” ujar Najma Ali selaku perwakilan dari Tim Mahasiswa FKUI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Najma dan anggota lainnya, ditemukan bahwa CWI dapat dijadikan salah satu metode pertolongan pertama terbaik dalam kondisi hipertermia karena terbukti memiliki tingkat pendinginan yang lebih unggul, tingkat kelangsungan hidup yang baik, dan implementasi yang lebih mudah diakses dibandingkan ice water.