Mukti Ali Ditetapkan sebagai Guru Besar Komunikasi Antarbudaya di UIN Salatiga
loading...
A
A
A
Terkait bidang ilmu yang menjadi kepakarannya, Mukti melihat Ilmu Komunikasi Antarbudaya makin signifikan untuk terus dikembangkan kajiannya di era globalisasi kini. Realitas globalisasi, jelasnya, memperpendek bahkan meniadakan ruang jarak dan waktu sehingga perlu dibangun pola komunikasi yang ideal bagi setiap individu anggota masyarakat sebagai pelaku komunikasi dari beragam latar belakang.
"Persentuhan antarindividu semakin mempertajam intensitas pertemuan, sementara individu-individu sebagai sosok liyan (the other), berasal dari ruang dan tempat -kultur- yang berbeda dengan kita. Kondisi ini yang menjadikan kajian ilmu Komunikasi Antarbudaya makin perlu dikembangkan kajiannya," paparnya.
Perguruan tinggi keagaman Islam yang cukup banyak di tanah air, sambungnya, menjadi lembaga akademik yang bisa mengambil peran lebih dalam mendorong Komunikasi Antarbudaya. Keilmuan ini bisa menjadi katalisator dalam membangun sikap dan pemahaman umat beragama dalam merespon realitas sosial keagaman yang berbeda sesuai filosofi moderasi beragama sebagai visi beragama di tengah keyakinan keagamaan yang beragam.
"Komunikasi Antarbudaya mampu menjadi katalisator untuk membangun pemahaman bahwa memang kita berbeda dalam banyak hal dan kita tidak berhak untuk menyamakannya. Dan, memaksa orang untuk sama dalam hal apa pun, berarti kita sudah mengingkari kehendak yang Ilahi itu sendiri," paparnya.
Mukti sendiri berharap penetapannya sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Antarbudaya bisa mengoptimalkan perannya dalam mengembangkan kajian komunikasi di UIN Salatiga maupun PTKIN di bawah Kementerian Agama RI. Terlebih kepakaran Komunikasi Antarbudaya di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam relatif baru.
Sebagai pengajar, Mukti tercatat mengampu sejumlah mata kuliah di jenjang sarjana maupun pascasarjana. Beberapa di antaranya Teori Komunikasi, Komunikasi Antarbudaya, Kapita Selekta Komunikasi, Sosiologi dan Antropologi, Teori Perubahan Sosial, Ilmu Komunikasi, Islam dan Budaya Lokal, Metodologi Penelitian dan lainnya.
Lulus dari Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta (2000), Mukti tercatat menamatkan pendidikan magister bidang American Studies di Universitas Gadjah Mada(2007) dan pendidikan doktoral Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung (2013).
Sejumlah shortcourse juga diikuti alumnus Pesantren Daar El-Qolam Banten ini di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti Jerman dan India.
Untuk menamatkan pendidikan doktoralnya, Mukti menulis disertasi berjudul 'Agama Ageming Aji In Intercultural Communication: An Ethnographic Study of Javanese Families Whose Members Have Islamic and Christian Religion' dengan promtor Prof. H. Deddy mulyana, Ph.D, Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih, dan Prof. dan Dr. H. Haryo S. Martodirdjo.
Pada disertasi yang dipromotori tiga pakar komunikasi itu, Mukti meneliti pemaknaan falsafah Jawa 'Agama Ageming Aji' dalam keluarga berbeda keyakinan agama di Jawa Tengah.
"Persentuhan antarindividu semakin mempertajam intensitas pertemuan, sementara individu-individu sebagai sosok liyan (the other), berasal dari ruang dan tempat -kultur- yang berbeda dengan kita. Kondisi ini yang menjadikan kajian ilmu Komunikasi Antarbudaya makin perlu dikembangkan kajiannya," paparnya.
Perguruan tinggi keagaman Islam yang cukup banyak di tanah air, sambungnya, menjadi lembaga akademik yang bisa mengambil peran lebih dalam mendorong Komunikasi Antarbudaya. Keilmuan ini bisa menjadi katalisator dalam membangun sikap dan pemahaman umat beragama dalam merespon realitas sosial keagaman yang berbeda sesuai filosofi moderasi beragama sebagai visi beragama di tengah keyakinan keagamaan yang beragam.
"Komunikasi Antarbudaya mampu menjadi katalisator untuk membangun pemahaman bahwa memang kita berbeda dalam banyak hal dan kita tidak berhak untuk menyamakannya. Dan, memaksa orang untuk sama dalam hal apa pun, berarti kita sudah mengingkari kehendak yang Ilahi itu sendiri," paparnya.
Mukti sendiri berharap penetapannya sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Antarbudaya bisa mengoptimalkan perannya dalam mengembangkan kajian komunikasi di UIN Salatiga maupun PTKIN di bawah Kementerian Agama RI. Terlebih kepakaran Komunikasi Antarbudaya di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam relatif baru.
Sebagai pengajar, Mukti tercatat mengampu sejumlah mata kuliah di jenjang sarjana maupun pascasarjana. Beberapa di antaranya Teori Komunikasi, Komunikasi Antarbudaya, Kapita Selekta Komunikasi, Sosiologi dan Antropologi, Teori Perubahan Sosial, Ilmu Komunikasi, Islam dan Budaya Lokal, Metodologi Penelitian dan lainnya.
Lulus dari Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta (2000), Mukti tercatat menamatkan pendidikan magister bidang American Studies di Universitas Gadjah Mada(2007) dan pendidikan doktoral Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung (2013).
Sejumlah shortcourse juga diikuti alumnus Pesantren Daar El-Qolam Banten ini di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti Jerman dan India.
Untuk menamatkan pendidikan doktoralnya, Mukti menulis disertasi berjudul 'Agama Ageming Aji In Intercultural Communication: An Ethnographic Study of Javanese Families Whose Members Have Islamic and Christian Religion' dengan promtor Prof. H. Deddy mulyana, Ph.D, Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih, dan Prof. dan Dr. H. Haryo S. Martodirdjo.
Pada disertasi yang dipromotori tiga pakar komunikasi itu, Mukti meneliti pemaknaan falsafah Jawa 'Agama Ageming Aji' dalam keluarga berbeda keyakinan agama di Jawa Tengah.