Kuliah Umum UMJ Bahas Pentingnya Transformasi Sistem Kesehatan Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Muhammadiyah Jakarta ( UMJ ) menggelar Kuliah Umum bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin. Acara yang juga dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir ini membahas tentang Transformasi Sistem Kesehatan Nasional.
Pada acara yang digagas Asosiasi Pendidikan dan Kedokteran dan Kesejahteraan Muhammadiyah (APKKM) ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menjelaskan mengenai cara pandang Muhammadiyah dalam membangun kesehatan dan pendidikan.
Menurutnya, selama ini apa yang dilakukan Muhammadiyah dapat mendukung proses pembangunan pendidikan dan kesehatan yang semakin akseleratif bagi hajat hidup orang banyak.
Baca juga: Apakah Bisa Kuliah S2-S3 di Universitas Pertahanan? Cek Infonya
Dia mengatakan, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk memajukan pendidikan dan kesehatan. Pendekatan sosial keagamaan yang intensif biasanya dilakukan oleh Muhammadiyah.
Sebagai contoh, saat memproses pembangunan rumah sakit di Jayapura dan Sorong. Muhammadiyah diterima di sana karena masyarakat merasakan manfaatnya melalui pendidikan dan kesehatan.
"Ini merupakan proses transformasi sosial budaya yang membutuhkan back up yang kuat dari berbagai pihak. Langkah ini terus kita ambil karena kita percaya bahwa Tuhan selalu membukakan jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh," katanya pada Kuliah Umum di UMJ, melalui siaran pers, Rabu (22/2/2023).
Kuliah Umum bersama Menteri Kesehatan (Menkes) jadi wadah bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (FK PTMA) untuk lebih peka terhadap isu dan permasalahan dunia pendidikan kedokteran serta mampu mengimplementasikan secara konkret.
Baca juga: 10 Jurusan Saintek dan Soshum Terketat di UNS, Panduan SNBP 2023
Budi menjabarkan enam pilar transformasi yang dilakukan Kemenkes, yaitu transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.
Selain layanan kesehatan primer, Menkes mengatakan saat ini ada sekitar 12.000 Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan di antaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.
Maka dari itu diperlukan revitalisasi Posyandu di setiap wilayah di Indonesia sebagai bentuk pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat. Bukan hanya melayani Ibu dan bayi, tapi melayani setiap siklus hidup termasuk remaja, dewasa, hingga lansia.
Pada kesempatan tersebut, Budi menjelaskan tentang transformasi layanan rujukan. Pada transformasi ini terdapat tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.
“Data yang saya miliki, dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Kalau sudah tidak bisa dipasang ring, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka. Ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi,” tutur Budi.
Target Kemenkes pada 2024 adalah seluruh rumah sakit di Indonesia bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Layanan jantung yang sesuai dengan kompetensi masih belum merata di Indonesia.
Lebih lanjut, hal yang menjadi perhatian Kemenkes lainnya adalah yang berkaitan dengan layanan kesehatan primer dan pembiayaan kesehatan. Sepanjang tahun 2022, Kemenkes terus mendorong layanan kesehatan primer berkualitas agar dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat.
Di hadapan ribuan tamu undangan dan mahasiswa FK dari 12 PTMA baik luring maupun daring, Budi menuturkan keberadaan Muhammadiyah sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan dan Menkes merasakan kehadiran Muhammadiyah dalam sektor kesehatan. "Muhammadiyah is the most influence group di luar pemerintah pada bidang kesehatan dan pendidikan," jelas Budi.
Sedangkan Rektor UMJ Dr. Ma'mun Murod menggambarkan kondisi kesehatan di Indonesia yang berada jauh di bawah negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karenanya Ma'mun mendukung Kemenkes sepenuhnya untuk melakukan transformasi kesehatan nasional.
Selain itu Ma'mun menyampaikan bahwa salah satu cara untuk melakukan transformasi adalah dengan menggandeng ormas seperti Muhammadiyah.
Ketua APKKM Prof. Dr. dr. Suryani As'as menjelaskan, APKKM bertugas untuk melakukan sinergitas dan kolaborasi seluruh potensi di pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Menurutnya, jumlah SDM di FK PTMA yang mencapai 9000 mahasiswa cukup potensial untuk memberikan kontribusi dalam perbaikan kesehatan dan keberlanjutan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
Pada acara yang digagas Asosiasi Pendidikan dan Kedokteran dan Kesejahteraan Muhammadiyah (APKKM) ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menjelaskan mengenai cara pandang Muhammadiyah dalam membangun kesehatan dan pendidikan.
Menurutnya, selama ini apa yang dilakukan Muhammadiyah dapat mendukung proses pembangunan pendidikan dan kesehatan yang semakin akseleratif bagi hajat hidup orang banyak.
Baca juga: Apakah Bisa Kuliah S2-S3 di Universitas Pertahanan? Cek Infonya
Dia mengatakan, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk memajukan pendidikan dan kesehatan. Pendekatan sosial keagamaan yang intensif biasanya dilakukan oleh Muhammadiyah.
Sebagai contoh, saat memproses pembangunan rumah sakit di Jayapura dan Sorong. Muhammadiyah diterima di sana karena masyarakat merasakan manfaatnya melalui pendidikan dan kesehatan.
"Ini merupakan proses transformasi sosial budaya yang membutuhkan back up yang kuat dari berbagai pihak. Langkah ini terus kita ambil karena kita percaya bahwa Tuhan selalu membukakan jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh," katanya pada Kuliah Umum di UMJ, melalui siaran pers, Rabu (22/2/2023).
Kuliah Umum bersama Menteri Kesehatan (Menkes) jadi wadah bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (FK PTMA) untuk lebih peka terhadap isu dan permasalahan dunia pendidikan kedokteran serta mampu mengimplementasikan secara konkret.
Baca juga: 10 Jurusan Saintek dan Soshum Terketat di UNS, Panduan SNBP 2023
Budi menjabarkan enam pilar transformasi yang dilakukan Kemenkes, yaitu transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.
Selain layanan kesehatan primer, Menkes mengatakan saat ini ada sekitar 12.000 Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan di antaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.
Maka dari itu diperlukan revitalisasi Posyandu di setiap wilayah di Indonesia sebagai bentuk pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat. Bukan hanya melayani Ibu dan bayi, tapi melayani setiap siklus hidup termasuk remaja, dewasa, hingga lansia.
Pada kesempatan tersebut, Budi menjelaskan tentang transformasi layanan rujukan. Pada transformasi ini terdapat tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.
“Data yang saya miliki, dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Kalau sudah tidak bisa dipasang ring, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka. Ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi,” tutur Budi.
Target Kemenkes pada 2024 adalah seluruh rumah sakit di Indonesia bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Layanan jantung yang sesuai dengan kompetensi masih belum merata di Indonesia.
Lebih lanjut, hal yang menjadi perhatian Kemenkes lainnya adalah yang berkaitan dengan layanan kesehatan primer dan pembiayaan kesehatan. Sepanjang tahun 2022, Kemenkes terus mendorong layanan kesehatan primer berkualitas agar dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat.
Di hadapan ribuan tamu undangan dan mahasiswa FK dari 12 PTMA baik luring maupun daring, Budi menuturkan keberadaan Muhammadiyah sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan dan Menkes merasakan kehadiran Muhammadiyah dalam sektor kesehatan. "Muhammadiyah is the most influence group di luar pemerintah pada bidang kesehatan dan pendidikan," jelas Budi.
Sedangkan Rektor UMJ Dr. Ma'mun Murod menggambarkan kondisi kesehatan di Indonesia yang berada jauh di bawah negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karenanya Ma'mun mendukung Kemenkes sepenuhnya untuk melakukan transformasi kesehatan nasional.
Selain itu Ma'mun menyampaikan bahwa salah satu cara untuk melakukan transformasi adalah dengan menggandeng ormas seperti Muhammadiyah.
Ketua APKKM Prof. Dr. dr. Suryani As'as menjelaskan, APKKM bertugas untuk melakukan sinergitas dan kolaborasi seluruh potensi di pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Menurutnya, jumlah SDM di FK PTMA yang mencapai 9000 mahasiswa cukup potensial untuk memberikan kontribusi dalam perbaikan kesehatan dan keberlanjutan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
(nnz)