Rancang Hunian Alternatif untuk Tunawisma, Mahasiswa FTUI Raih Penghargaan dari Las Vegas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tiga mahasiswa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DA FTUI), memanfaatkan terowongan yang tidak terpakai sebagai alternatif hunian tunawisma. Mereka pun diganjar penghargaan di kompetisi internasional Las Vegas.
Rancangan mereka yang diberi nama “Living in Tunnel” berhasil meraih Honourable Mention Winners dalam ajang kompetisi internasional Las Vegas Affordable Housing Challenge. Ajang ini diselenggarakan Buildner (Bee Breeders) yang diumumkan pada 15 Februari 2023 lalu.
Ketiga mahasiswa angkatan 2019 ini adalah, Dhiya Luthfiyyah, Lulu Safitri Wijaya Jonni, dan Nadia Putri Humaira. Dalam merancang “Living in Tunnel” para mahasiswa dibimbing oleh Guru Besar DA FTUI Prof. Ir. Evawani Ellisa, Arsitek Professional Baiq Lisa Wahyulina, serta Asisten Dosen, Aulia Urrorhmah.
Baca juga: Gadis Asal Papua Ini Berhasil Jadi Dokter dengan Beasiswa ADik, Apa Kunci Suksesnya?
Sayembara ini mengangkat isu tunawiswa sebagai salah satu masalah terbesar di Las Vegas. Meskipun Las Vegas dikenal sebagai "Kota Hiburan", data menyebutkan pada 2022 kota ini memiliki 5.645 tunawisma.
Di bawah gemerlapnya kota, terdapat infrastruktur dalam bentuk terowongan, yang dibangun sebagai antisipasi bila terjadi banjir. Dalam kenyataannya, banjir tidak pernah melanda kota ini dan menjadikan terowongan sebagai ruang-ruang sisa.
Di ruang-ruang terowongan yang kosong ini tersembunyi orang-orang yang hidup tanpa rumah alias tunawisma. Dengan memanfaatkan terowongan banjir sebagai tempat berlindung, para tunawisma di Las Vegas berupaya menciptakan ruang hidup mereka sendiri.
Mereka tinggal dan bertahan hidup tanpa didukung oleh fasilitas bertinggal yang memadai seperti air bersih, sarana sanitasi, maupun penerangan.
“Setelah mencoba memahami situasi kota Las Vegas melalui kajian dari data-data sekunder, kami melihat terowongan sebagai peluang. Desain "Living in Tunnel" bertujuan untuk mengatasi tidak hanya krisis tunawisma di Las Vegas tetapi juga menjawab tantangan isu sosial melalui ide hunian di terowongan,” ujar Prof. Evawani Ellisa, melalui siaran pers, Jumat (3/3/2023).
“Tinggal di terowongan merupakan bagian dari insting warga untuk bertahan hidup dan berpotensi untuk menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan ketiadaan lahan dengan harga terjangkau," ungkapnya.
Ia menambahkan, terowongan yang tidak digunakan bisa dimanfaatkan sebagai struktur utama. Hal yang perlu dilakukan hanya membangun unit-unit konstruksi di dalamnya, sehingga bisa menjawab syarat utama sayembara ini, yaitu hunian terjangkau di Las Vegas.
"Secara umum ide kami untuk menekan biaya pembangunan adalah desain dengan konsep modular di dalam tunnel. Konsep modular dan self-construction sifatnya fleksibel menyesuaikan kebutuhan pengguna atau calon penghuni,” ujar Nadia Putri.
“Kami mengusulkan modul-modul kecil berukuran 1x1 m yang dapat disusun dan dikonstruksi sendiri oleh calon penghuni berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka," lanjutnya.
Nadia menjelaskan, selain adaptif dan terjangkau, modul-modul ini bisa diaplikasikan pada terowongan lain yang tersebar di Las Vegas. Mereka mengusulkan fasilitas sanitasi komunal di di mulut terowongan.
Baca juga: 11 Ciri-ciri Anak Memiliki IQ Tinggi yang Kurang Disadari Orang Tua
“Posisinya kami atur sedemikian rupa sehingga tersembunyi dari pandangan publik oleh ruang transisi yang terletak di antara jalan dan terowongan. Ruang transisi tersebut kami usulkan untuk dimanfaatkan sebagai taman komunal yang dilengkapi dengan mural,” tuturnya.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah menyampaikan apresiasinya terhadap raihan prestasi itu. Solusi yang diberikan oleh tim Arsitektur FTUI dalam merespons krisis perumahan di Las Vegas dengan penggunaan konsep modular di dalam tunnel, katanya, membuktikan bahwa mahasiswa FTUI adalah mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis dan solutif dalam merespons berbagai fenomena yang terjadi.
Kompetisi Las Vegas Affordable Housing Challenge adalah kompetisi yang menantang para peserta untuk mengajukan solusi desain terbaik untuk mengatasi krisis perumahan kota.
Mereka didorong untuk mengajukan solusi dinamis dalam mengakomodasi hunian murah untuk berbagai tipe ukuran unit seperti unit keluarga, profesional lajang, dan pasangan.
Dalam kompetisi ini, juri mencari ide segar yang dapat menjawab tantangan desain tipikal baru perumahan untuk komunitas. Desain tersebut juga diharapkan dapat mengedepankan sisi kepraktisan sekaligus berpotensi untuk diwujudkan.
Rancangan mereka yang diberi nama “Living in Tunnel” berhasil meraih Honourable Mention Winners dalam ajang kompetisi internasional Las Vegas Affordable Housing Challenge. Ajang ini diselenggarakan Buildner (Bee Breeders) yang diumumkan pada 15 Februari 2023 lalu.
Ketiga mahasiswa angkatan 2019 ini adalah, Dhiya Luthfiyyah, Lulu Safitri Wijaya Jonni, dan Nadia Putri Humaira. Dalam merancang “Living in Tunnel” para mahasiswa dibimbing oleh Guru Besar DA FTUI Prof. Ir. Evawani Ellisa, Arsitek Professional Baiq Lisa Wahyulina, serta Asisten Dosen, Aulia Urrorhmah.
Baca juga: Gadis Asal Papua Ini Berhasil Jadi Dokter dengan Beasiswa ADik, Apa Kunci Suksesnya?
Sayembara ini mengangkat isu tunawiswa sebagai salah satu masalah terbesar di Las Vegas. Meskipun Las Vegas dikenal sebagai "Kota Hiburan", data menyebutkan pada 2022 kota ini memiliki 5.645 tunawisma.
Di bawah gemerlapnya kota, terdapat infrastruktur dalam bentuk terowongan, yang dibangun sebagai antisipasi bila terjadi banjir. Dalam kenyataannya, banjir tidak pernah melanda kota ini dan menjadikan terowongan sebagai ruang-ruang sisa.
Di ruang-ruang terowongan yang kosong ini tersembunyi orang-orang yang hidup tanpa rumah alias tunawisma. Dengan memanfaatkan terowongan banjir sebagai tempat berlindung, para tunawisma di Las Vegas berupaya menciptakan ruang hidup mereka sendiri.
Mereka tinggal dan bertahan hidup tanpa didukung oleh fasilitas bertinggal yang memadai seperti air bersih, sarana sanitasi, maupun penerangan.
“Setelah mencoba memahami situasi kota Las Vegas melalui kajian dari data-data sekunder, kami melihat terowongan sebagai peluang. Desain "Living in Tunnel" bertujuan untuk mengatasi tidak hanya krisis tunawisma di Las Vegas tetapi juga menjawab tantangan isu sosial melalui ide hunian di terowongan,” ujar Prof. Evawani Ellisa, melalui siaran pers, Jumat (3/3/2023).
“Tinggal di terowongan merupakan bagian dari insting warga untuk bertahan hidup dan berpotensi untuk menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan ketiadaan lahan dengan harga terjangkau," ungkapnya.
Ia menambahkan, terowongan yang tidak digunakan bisa dimanfaatkan sebagai struktur utama. Hal yang perlu dilakukan hanya membangun unit-unit konstruksi di dalamnya, sehingga bisa menjawab syarat utama sayembara ini, yaitu hunian terjangkau di Las Vegas.
"Secara umum ide kami untuk menekan biaya pembangunan adalah desain dengan konsep modular di dalam tunnel. Konsep modular dan self-construction sifatnya fleksibel menyesuaikan kebutuhan pengguna atau calon penghuni,” ujar Nadia Putri.
“Kami mengusulkan modul-modul kecil berukuran 1x1 m yang dapat disusun dan dikonstruksi sendiri oleh calon penghuni berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka," lanjutnya.
Nadia menjelaskan, selain adaptif dan terjangkau, modul-modul ini bisa diaplikasikan pada terowongan lain yang tersebar di Las Vegas. Mereka mengusulkan fasilitas sanitasi komunal di di mulut terowongan.
Baca juga: 11 Ciri-ciri Anak Memiliki IQ Tinggi yang Kurang Disadari Orang Tua
“Posisinya kami atur sedemikian rupa sehingga tersembunyi dari pandangan publik oleh ruang transisi yang terletak di antara jalan dan terowongan. Ruang transisi tersebut kami usulkan untuk dimanfaatkan sebagai taman komunal yang dilengkapi dengan mural,” tuturnya.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah menyampaikan apresiasinya terhadap raihan prestasi itu. Solusi yang diberikan oleh tim Arsitektur FTUI dalam merespons krisis perumahan di Las Vegas dengan penggunaan konsep modular di dalam tunnel, katanya, membuktikan bahwa mahasiswa FTUI adalah mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis dan solutif dalam merespons berbagai fenomena yang terjadi.
Kompetisi Las Vegas Affordable Housing Challenge adalah kompetisi yang menantang para peserta untuk mengajukan solusi desain terbaik untuk mengatasi krisis perumahan kota.
Mereka didorong untuk mengajukan solusi dinamis dalam mengakomodasi hunian murah untuk berbagai tipe ukuran unit seperti unit keluarga, profesional lajang, dan pasangan.
Dalam kompetisi ini, juri mencari ide segar yang dapat menjawab tantangan desain tipikal baru perumahan untuk komunitas. Desain tersebut juga diharapkan dapat mengedepankan sisi kepraktisan sekaligus berpotensi untuk diwujudkan.
(nnz)