Putri Guru TK Ini Bikin Bangga Orang Tuanya, Cum Laude dan Jadi Wisudawan Terbaik UNY
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ( UNY ) Latifah Rachmalia Eko Basuki berhasil lulus dari UNY dengan predikat Cum Laude dan menjadi salah satu wisudawan terbaik . Latifah merupakan anak dari seorang guru TK yang lahir di Yogyakarta 26 Mei 2001.
Putri pasangan Basuki, karyawan swasta dan Supartini Eko Siwi, guru TK tersebut menyelesaikan skripsinya dalam waktu 4 bulan 20 hari dengan tidak melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) karena telah dikonversikan dalam kegiatan Kampus Mengajar.
Latifah merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY.Dia berhasil meraih indeks prestasi tertinggi S1 dengan IPK 3,93 dalam wisuda program doktor, magister, sarjana, sarjana terapan, dan diploma UNY.
Baca juga: Ini 10 Jurusan dengan Pendaftar Terbanyak di Unesa pada SNBP 2023
Tak hanya itu, Latifah berhasil menyelesaikan kuliahnya di UNY dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude sekaligus berhasil menjadi salah satu wisudawan terbaik. Selepas sarjana, ke depannya Latifah berharap dapat melanjutkan kuliah S2.
“Saya akan mencari beasiswa terlebih dahulu. Sembari mencari beasiswa, saya mencoba mencari pengalaman mengajar di Taman Kanak-Kanak,” katanya, dikutip dari laman UNY, Jumat (3/3/2023).
Latifah merupakan alumnus SMKN 7 Yogyakarta. Pada awalnya Latifah merasa terkejut dengan perkuliahan yang berbeda jauh dengan yang dialami saat SMK. “Saya mengambil jurusan Usaha Perjalanan Wisata atau Tourism di SMK,” ujarnya, dikutip dari laman UNY, Jumat (3/3/2023).
Pada awal semester perkuliahan, Latihfah mulai meraba dunia pendidikan anak usia dini karena hanya mengetahui sedikit sekali materi mengenai dunia anak. Namun pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal 2020 sehingga membuat proses pembelajaran dilakukan secara online.
Hal ini semakin membuat Latifah mengalami culture shock karena sebelumnya belum pernah merasakan pembelajaran dari rumah. Akhirnya Latifah mulai belajar menggunakan beberapa aplikasi pembelajaran yang belum pernah digunakan.
Baca juga: MSIB Batch IV, 64 Mahasiswa Gabung di Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya
“Membutuhkan waktu beberapa bulan untuk beradaptasi dengan situasi tersebut, hingga menjadikan saya terbiasa dengan situasi tersebut,” ujarnya.
Selama pandemi Latifah tetap memikirkan target dengan mendengarkan penjelasan, masukan, dan nasihat dari para dosen dengan baik dan seksama. Selain itu tetap fokus dalam mempelajari materi yang disampaikan.
Latifah juga termasuk mahasiswa yang aktif berkegiatan organisasi. Dia aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), juga Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian. Dia juga tercatat sebagai Panitia Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas.
Menurutnya, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler menjadikan dirinya lebih semangat lagi dalam menjalani perkuliahan dan juga termotivasi untuk mencoba hal-hal baru selain mengikuti perkuliahan saja. Dia mengaku, meski harus detail membagi waktu, namun mengikuti berbagai lomba, UKM, dan kepanitiaan itu sangat menyenangkan.
“Saya belajar bagaimana tetap bisa memanagement waktu, membagi waktu antara kuliah-kepanitian-lomba-bekerja, belajar bagaimana mempertahankan/meningkatkan IPK, bagaimana cara saya mengasah softskill saya, bagaimana cara saya memperluas relasi yang lebih banyak lagi,” tuturnya.
Selain itu, warga Karangbendo Kulon Banguntapan, Bantul itu juga mengikuti salah satu program Kampus Merdeka, yaitu program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) Course SDG4. Dia lolos dan diterima di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Selama 2 bulan, dia belajar dan memahami terkait SDGs 4 bersama dosen Unpad dan UNESCO. Tidak berhenti sampai di sini, Latifah juga bergabung mengikuti Program Kampus Mengajar Angkatan 3. Dia membantu para guru di SDN Caturtunggal 4 Sleman.
Putri pasangan Basuki, karyawan swasta dan Supartini Eko Siwi, guru TK tersebut menyelesaikan skripsinya dalam waktu 4 bulan 20 hari dengan tidak melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) karena telah dikonversikan dalam kegiatan Kampus Mengajar.
Latifah merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY.Dia berhasil meraih indeks prestasi tertinggi S1 dengan IPK 3,93 dalam wisuda program doktor, magister, sarjana, sarjana terapan, dan diploma UNY.
Baca juga: Ini 10 Jurusan dengan Pendaftar Terbanyak di Unesa pada SNBP 2023
Tak hanya itu, Latifah berhasil menyelesaikan kuliahnya di UNY dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude sekaligus berhasil menjadi salah satu wisudawan terbaik. Selepas sarjana, ke depannya Latifah berharap dapat melanjutkan kuliah S2.
“Saya akan mencari beasiswa terlebih dahulu. Sembari mencari beasiswa, saya mencoba mencari pengalaman mengajar di Taman Kanak-Kanak,” katanya, dikutip dari laman UNY, Jumat (3/3/2023).
Latifah merupakan alumnus SMKN 7 Yogyakarta. Pada awalnya Latifah merasa terkejut dengan perkuliahan yang berbeda jauh dengan yang dialami saat SMK. “Saya mengambil jurusan Usaha Perjalanan Wisata atau Tourism di SMK,” ujarnya, dikutip dari laman UNY, Jumat (3/3/2023).
Pada awal semester perkuliahan, Latihfah mulai meraba dunia pendidikan anak usia dini karena hanya mengetahui sedikit sekali materi mengenai dunia anak. Namun pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal 2020 sehingga membuat proses pembelajaran dilakukan secara online.
Hal ini semakin membuat Latifah mengalami culture shock karena sebelumnya belum pernah merasakan pembelajaran dari rumah. Akhirnya Latifah mulai belajar menggunakan beberapa aplikasi pembelajaran yang belum pernah digunakan.
Baca juga: MSIB Batch IV, 64 Mahasiswa Gabung di Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya
“Membutuhkan waktu beberapa bulan untuk beradaptasi dengan situasi tersebut, hingga menjadikan saya terbiasa dengan situasi tersebut,” ujarnya.
Selama pandemi Latifah tetap memikirkan target dengan mendengarkan penjelasan, masukan, dan nasihat dari para dosen dengan baik dan seksama. Selain itu tetap fokus dalam mempelajari materi yang disampaikan.
Latifah juga termasuk mahasiswa yang aktif berkegiatan organisasi. Dia aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), juga Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian. Dia juga tercatat sebagai Panitia Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas.
Menurutnya, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler menjadikan dirinya lebih semangat lagi dalam menjalani perkuliahan dan juga termotivasi untuk mencoba hal-hal baru selain mengikuti perkuliahan saja. Dia mengaku, meski harus detail membagi waktu, namun mengikuti berbagai lomba, UKM, dan kepanitiaan itu sangat menyenangkan.
“Saya belajar bagaimana tetap bisa memanagement waktu, membagi waktu antara kuliah-kepanitian-lomba-bekerja, belajar bagaimana mempertahankan/meningkatkan IPK, bagaimana cara saya mengasah softskill saya, bagaimana cara saya memperluas relasi yang lebih banyak lagi,” tuturnya.
Selain itu, warga Karangbendo Kulon Banguntapan, Bantul itu juga mengikuti salah satu program Kampus Merdeka, yaitu program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) Course SDG4. Dia lolos dan diterima di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Selama 2 bulan, dia belajar dan memahami terkait SDGs 4 bersama dosen Unpad dan UNESCO. Tidak berhenti sampai di sini, Latifah juga bergabung mengikuti Program Kampus Mengajar Angkatan 3. Dia membantu para guru di SDN Caturtunggal 4 Sleman.
(nnz)