Kuliah Umum, Hasto Ajak Mahasiswa Belajar Pemikiran Para Pendiri Bangsa dari Sekarang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dosen Universitas Pertahanan ( Unhan ) Hasto Kristiyanto sudah berkunjung ke setidaknya 21 perguruan tinggi di berbagai wilayah di Indonesia dalam satu dua tahun terakhir. Ia ingin mengajak mahasiswa dan anak muda Indonesia menggali semangat perjuangan dari para pendiri negara Indonesia.
Berawal dari teori geopolitik Soekarno yang merupakan hasil disertasi program doktoralnya di Unhan, Hasto menemukan tradisi intelektual Bung Karno dan pemimpin bangsa lainnya yang kental dengan tradisi akademis.
Menurutnya, kepemimpinan intektual dibangun melalui dialektika melalui buku yang dibaca dari pemikiran tokoh-tokoh yang membangun peradaban dunia, dan dibumikan dengan persoalan bangsa dan negara, hingga muncullah sintesa berupa konsepsi keindonesiaan dan arah bagi masa depan bangsa dan negara.
"Karena itulah saya datang ke kampus-kampus di seluruh Indonesia untuk menggelorakan semangat tersebut. Sebab ilmu geopolitik Bung Karno tidak hanya berbicara tentang konstelasi geografis atas cara pandang politik, namun juga kepemimpinan bangsa," kata Hasto dalam kuliah umum bertema Manifestasi Pemikiran Bung Karno tentang Agama dan Kebangsaan di Era Kekinian yang diikuti ratusan mahasiswa UIN Alauddin di Kota Makassar, Selasa (7/3/2023).
Hasto menegaskan, dengan spirit yang sama, mahasiswa harus banyak membaca buku, berdiskusi, agar memiliki kepemimpinan intelektual serta meretas jalan migrasi terpendek bagi kemajuan. Dengan menggelorakan semangat membaca, Hasto berharap mahasiswa dan anak muda Indonesia akan punya daya imajinasi tentang apa yang harus mereka lakukan di 20 hingga 45 tahun ke depan.
Dari tradisi intelektual itu, kata Hasto, ia harapkan mahasiswa banyak belajar sejarah Nusantara dan kemudian melihat korelasinya dengan sejarah dunia. Dipadukan dengan membaca kondisi masyarakat Indonesia dan kemudian merancang cita-cita bagi masa depan.
"Jika sebagai mahasiswa, Anda tidak punya cita-cita masa depan artinya Anda kurang membaca. Saya berharap membaca buku, diskusi, dan mengkontemplasikannya dalam problem rakyat Indonesia, juga menjadi tradisi seluruh mahasiswa di UIN Alauddin," katanya.
Hasto mengajak mahasiswa dan anak muda yang ingin menjadi pemimpin 15 tahun mendatang untuk memulai mempelajari pemikiran para pendiri bangsa dari sekarang. Sebab, tidak ada bangsa besar tanpa kekuatan moral atas dasar nilai-nilai agama, spritualitas, nasionalisme, dan patriotisme yang menjadi daya gerak suatu bangsa.
Kampus juga didorong menjadi sumber kaderisasi kepemimpinan nasional Indonesia. Tidak ada pemimpin lahir tanpa dunia kampus. "Karena itu peran UIN Alauddin dengan fakultas yang sangat lengkap menjadi UIN terbesar di Indonesia sangat penting untuk berdialog bersama," katanya.
Hadir dalam kuliah umum itu, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Johannis yang memimpin ratusan mahasiswa, Ketua DPD PDIP Sulsel Andi Ridwan Wittiri, Sekretaris Rudi Pieter Goni, dan jajarannya, serta Anggota DPR dari Fraksi PDIP dapil Sulsel Samsu Niang.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
Berawal dari teori geopolitik Soekarno yang merupakan hasil disertasi program doktoralnya di Unhan, Hasto menemukan tradisi intelektual Bung Karno dan pemimpin bangsa lainnya yang kental dengan tradisi akademis.
Menurutnya, kepemimpinan intektual dibangun melalui dialektika melalui buku yang dibaca dari pemikiran tokoh-tokoh yang membangun peradaban dunia, dan dibumikan dengan persoalan bangsa dan negara, hingga muncullah sintesa berupa konsepsi keindonesiaan dan arah bagi masa depan bangsa dan negara.
"Karena itulah saya datang ke kampus-kampus di seluruh Indonesia untuk menggelorakan semangat tersebut. Sebab ilmu geopolitik Bung Karno tidak hanya berbicara tentang konstelasi geografis atas cara pandang politik, namun juga kepemimpinan bangsa," kata Hasto dalam kuliah umum bertema Manifestasi Pemikiran Bung Karno tentang Agama dan Kebangsaan di Era Kekinian yang diikuti ratusan mahasiswa UIN Alauddin di Kota Makassar, Selasa (7/3/2023).
Hasto menegaskan, dengan spirit yang sama, mahasiswa harus banyak membaca buku, berdiskusi, agar memiliki kepemimpinan intelektual serta meretas jalan migrasi terpendek bagi kemajuan. Dengan menggelorakan semangat membaca, Hasto berharap mahasiswa dan anak muda Indonesia akan punya daya imajinasi tentang apa yang harus mereka lakukan di 20 hingga 45 tahun ke depan.
Dari tradisi intelektual itu, kata Hasto, ia harapkan mahasiswa banyak belajar sejarah Nusantara dan kemudian melihat korelasinya dengan sejarah dunia. Dipadukan dengan membaca kondisi masyarakat Indonesia dan kemudian merancang cita-cita bagi masa depan.
"Jika sebagai mahasiswa, Anda tidak punya cita-cita masa depan artinya Anda kurang membaca. Saya berharap membaca buku, diskusi, dan mengkontemplasikannya dalam problem rakyat Indonesia, juga menjadi tradisi seluruh mahasiswa di UIN Alauddin," katanya.
Hasto mengajak mahasiswa dan anak muda yang ingin menjadi pemimpin 15 tahun mendatang untuk memulai mempelajari pemikiran para pendiri bangsa dari sekarang. Sebab, tidak ada bangsa besar tanpa kekuatan moral atas dasar nilai-nilai agama, spritualitas, nasionalisme, dan patriotisme yang menjadi daya gerak suatu bangsa.
Kampus juga didorong menjadi sumber kaderisasi kepemimpinan nasional Indonesia. Tidak ada pemimpin lahir tanpa dunia kampus. "Karena itu peran UIN Alauddin dengan fakultas yang sangat lengkap menjadi UIN terbesar di Indonesia sangat penting untuk berdialog bersama," katanya.
Hadir dalam kuliah umum itu, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Johannis yang memimpin ratusan mahasiswa, Ketua DPD PDIP Sulsel Andi Ridwan Wittiri, Sekretaris Rudi Pieter Goni, dan jajarannya, serta Anggota DPR dari Fraksi PDIP dapil Sulsel Samsu Niang.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
(mpw)