Mahasiswa Program Doktor UGM Kembangkan Pandemic Burnout Inventory
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa Program Doktor UGM mengembangkan Pandemic Burnout Inventory sebagai instrumen penilaian burnout dalam situasi pandemi Covid-19 pada tenaga kesehatan. Risiko burnout semakin meningkat 2 kali lipat karena beban pekerjaan yang meningkat saat pandemi.
Hasil penelitian survei pada akhir 2020 menyimpulkan 83% tenaga kesehatan di Indonesia mengalami kelelahan pada tingkat sedang hingga tinggi. Sisca Mayang Phuspa, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mempresentasikan hasil penelitiannya itu pada Ujian Terbuka Program Doktor, Selasa (7/3/2023).
Sisca mengatakan, ketidakpastian situasi akibat naik dan turunnya kasus Covid-19 di Indonesia yang memengaruhi beban dan prosedur kerja inilah yang kemudian menguras energi dan memberikan tekanan psikologis.
"Khususnya pada tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19,” kata Sisca, dikutip dari laman UGM, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Diperingati 8 Maret, Begini Sejarah Perjalanan Hari Perempuan Internasional dari Masa ke Masa
Menurutnya, burnout pada awal didefinisikan sebagai manifestasi kelelahan emosional dan sinisme yang sering terjadi pada pekerja-pekerja di bidang pelayanan sosial. Kondisi ini merupakan respons terhadap stressor interpersonal terkait dengan pekerjaan.
Namun berjalannya waktu, berkembanglah istilah baru di berbagai bidang yang mengiringinya, seperti parental burnout, student burnout, bahkan yang teranyar adalah pandemic burnout.
Hal ini terjadi karena burnout dianggap tidak hanya terjadi dalam konteks pekerjaan di bidang pelayanan/jasa namun juga relevan di berbagai jenis pekerjaan dan populasi.
Instrumen yang dirancang nya memiliki 14 item pertanyaan yang mencakup lima aspek, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, penurunan capaian diri, gejala psikosomatis, serta kecemasan akibat situasi pandemi.
Bunyi item pertanyaan di antaranya “saya lebih sering merasa sedih sejak pandemi”, “saya lebih sering mengalami sakit pada lambung sejak pandemi”, dan “pasien/keluarga pasien sering menyalahkan saya atas masalah mereka”.
Baca juga: Mengenal Jurusan Kuliah Filologi, Minim Peminat Karier Menjanjikan
Hasil penelitian survei pada akhir 2020 menyimpulkan 83% tenaga kesehatan di Indonesia mengalami kelelahan pada tingkat sedang hingga tinggi. Sisca Mayang Phuspa, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mempresentasikan hasil penelitiannya itu pada Ujian Terbuka Program Doktor, Selasa (7/3/2023).
Sisca mengatakan, ketidakpastian situasi akibat naik dan turunnya kasus Covid-19 di Indonesia yang memengaruhi beban dan prosedur kerja inilah yang kemudian menguras energi dan memberikan tekanan psikologis.
"Khususnya pada tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19,” kata Sisca, dikutip dari laman UGM, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Diperingati 8 Maret, Begini Sejarah Perjalanan Hari Perempuan Internasional dari Masa ke Masa
Menurutnya, burnout pada awal didefinisikan sebagai manifestasi kelelahan emosional dan sinisme yang sering terjadi pada pekerja-pekerja di bidang pelayanan sosial. Kondisi ini merupakan respons terhadap stressor interpersonal terkait dengan pekerjaan.
Namun berjalannya waktu, berkembanglah istilah baru di berbagai bidang yang mengiringinya, seperti parental burnout, student burnout, bahkan yang teranyar adalah pandemic burnout.
Hal ini terjadi karena burnout dianggap tidak hanya terjadi dalam konteks pekerjaan di bidang pelayanan/jasa namun juga relevan di berbagai jenis pekerjaan dan populasi.
Instrumen yang dirancang nya memiliki 14 item pertanyaan yang mencakup lima aspek, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, penurunan capaian diri, gejala psikosomatis, serta kecemasan akibat situasi pandemi.
Bunyi item pertanyaan di antaranya “saya lebih sering merasa sedih sejak pandemi”, “saya lebih sering mengalami sakit pada lambung sejak pandemi”, dan “pasien/keluarga pasien sering menyalahkan saya atas masalah mereka”.
Baca juga: Mengenal Jurusan Kuliah Filologi, Minim Peminat Karier Menjanjikan