Miris, Rata-rata Lulusan SDN di Cipanas Hanya 20 Persen yang Lanjut ke Jenjang SMP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rona gembira terpancar dari wajah murid-murid SD Negeri Selaawi di Cianjur, Jawa Barat. Pagi itu mereka kedatangan 8 orang tamu dari Jepang, Rabu (29/3/2023). Mereka menyanyi bersama, belajar kaligrafi Jepang, juga belajar menari.
Kedatangan para tamu Jepang itu didampingi langsung oleh Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko . Kepada para siswa, Moeldoko membagi kisah hidupnya sewaktu kecil.
“Saya dulu waktu kecil lebih susah dari kalian. Sekolah sering banjir, belajarnya ngungsi di balai desa. Tapi semangat untuk sekolah terus saya lakukan,” kata Moeldoko yang disambut tepuk tangan anak-anak.
Kehadiran Moeldoko ke sekolah itu memang mengejutkan. Apalagi dia membawa para tamu dari Jepang yang tergabung dalam yayasan Sakuranesia Society. Yayasan ini sebelumnya menghadap Moeldoko untuk menyampaikan keinginan berpartisipasi memberikan donasi bagi pendidikan Indonesia.
Menurut Moeldoko, Indonesia saat ini terus mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan. Presiden selalu mengingatkan pentingnya pembangunan SDM untuk masa depan Indonesia.
Moeldoko kemudian menggandeng Sakuranesia untuk bekerja bersama dengan Yayasan Koes Moeldoko. Yayasan Koes Moeldoko merupakan yayasan yang dibentuk untuk mengenang almarhumah Koesni Moeldoko, istrinya yang baru meninggal tiga pekan lalu.
“Yayasan ini saya dedikasikan untuk almarhumah istri saya tercinta, yang kebetulan punya kepedulian yang sama dengan Sakuranesia,” kata Moeldoko.
SD Negeri Salaawi dipilih karena menurut catatan, lulusan dari sekolah ini hanya 20 persen yang melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama. Sisanya memilih putus sekolah. Sekolah ini berada di kawasan Cipanas dan hanya berjarak 5 kilometer dari Istana Cipanas, atau sekitar 50 kilometer dari Ibu kota Jakarta.
“Ini ironis. Sekolah yang cukup dekat dengan pusat pemerintahan, namun partisipasi pendidikannya sangat rendah,” kata Tofik Rustam, pembina di Yayasan Sakuranesia Society.
SDN Salaawi merupakan satu potret dari puluhan SD lain di sekitar kawasan Puncak, Jawa Barat, yang mungkin kondisinya sama.
Program di SDN Salaawi ini merupakan bagian dari program Maaaru bersama Nippon Donation Foundation di mana pelaksananya di Indonesia ditangani Sakuranesia. Program kali ini mereka wujudkan dalam bentuk kerja sama dengan komite sekolah yang terdiri dari para orang tua siswa.
Dalam waktu dekat, mereka akan membentuk koperasi yang menjual bahan kebutuhan pokok dengan harga murah. Koperasi ini hanya akan melayani anggota yaitu para guru dan orang tua siswa yang anaknya tetap melanjutkan sekolah.
Jika siswa tidak melanjutkan sekolah, maka mereka tidak bisa menjadi anggota koperasi. “Ini bentuk upaya kami dengan memberdayakan orang tua agar mereka tetap menyekolahkan anak-anaknya,” kata Tofik.
Untuk tahap pertama, Sakuranesia menyerahkan bantuan sebesar Rp150 juta sebagai modal koperasi. Pada kesempatan yang sama, Moeldoko juga memberikan donasi secara pribadi sebesar Rp50 juta.
Kedatangan para tamu Jepang itu didampingi langsung oleh Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko . Kepada para siswa, Moeldoko membagi kisah hidupnya sewaktu kecil.
“Saya dulu waktu kecil lebih susah dari kalian. Sekolah sering banjir, belajarnya ngungsi di balai desa. Tapi semangat untuk sekolah terus saya lakukan,” kata Moeldoko yang disambut tepuk tangan anak-anak.
Kehadiran Moeldoko ke sekolah itu memang mengejutkan. Apalagi dia membawa para tamu dari Jepang yang tergabung dalam yayasan Sakuranesia Society. Yayasan ini sebelumnya menghadap Moeldoko untuk menyampaikan keinginan berpartisipasi memberikan donasi bagi pendidikan Indonesia.
Menurut Moeldoko, Indonesia saat ini terus mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan. Presiden selalu mengingatkan pentingnya pembangunan SDM untuk masa depan Indonesia.
Moeldoko kemudian menggandeng Sakuranesia untuk bekerja bersama dengan Yayasan Koes Moeldoko. Yayasan Koes Moeldoko merupakan yayasan yang dibentuk untuk mengenang almarhumah Koesni Moeldoko, istrinya yang baru meninggal tiga pekan lalu.
“Yayasan ini saya dedikasikan untuk almarhumah istri saya tercinta, yang kebetulan punya kepedulian yang sama dengan Sakuranesia,” kata Moeldoko.
SD Negeri Salaawi dipilih karena menurut catatan, lulusan dari sekolah ini hanya 20 persen yang melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama. Sisanya memilih putus sekolah. Sekolah ini berada di kawasan Cipanas dan hanya berjarak 5 kilometer dari Istana Cipanas, atau sekitar 50 kilometer dari Ibu kota Jakarta.
“Ini ironis. Sekolah yang cukup dekat dengan pusat pemerintahan, namun partisipasi pendidikannya sangat rendah,” kata Tofik Rustam, pembina di Yayasan Sakuranesia Society.
SDN Salaawi merupakan satu potret dari puluhan SD lain di sekitar kawasan Puncak, Jawa Barat, yang mungkin kondisinya sama.
Program di SDN Salaawi ini merupakan bagian dari program Maaaru bersama Nippon Donation Foundation di mana pelaksananya di Indonesia ditangani Sakuranesia. Program kali ini mereka wujudkan dalam bentuk kerja sama dengan komite sekolah yang terdiri dari para orang tua siswa.
Dalam waktu dekat, mereka akan membentuk koperasi yang menjual bahan kebutuhan pokok dengan harga murah. Koperasi ini hanya akan melayani anggota yaitu para guru dan orang tua siswa yang anaknya tetap melanjutkan sekolah.
Jika siswa tidak melanjutkan sekolah, maka mereka tidak bisa menjadi anggota koperasi. “Ini bentuk upaya kami dengan memberdayakan orang tua agar mereka tetap menyekolahkan anak-anaknya,” kata Tofik.
Untuk tahap pertama, Sakuranesia menyerahkan bantuan sebesar Rp150 juta sebagai modal koperasi. Pada kesempatan yang sama, Moeldoko juga memberikan donasi secara pribadi sebesar Rp50 juta.
(mpw)