Uji Klinis Vaksin COVID-19, Tim Riset FK Unpad Rekrut Puluhan Tenaga Medis
loading...
A
A
A
BANDUNG - Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) merekrut puluhan tenaga medis untuk mendukung pelaksanaan uji klinis vaksin COVID-19.
Manajer Lapangan Tim Riset FK Unpad, Dr Eddy Fadlyana SpA(K) MKes mengatakan, Unpad diberi kepercayaan melakukan uji klinis karena dinilai sudah berpengalaman dalam bidang vaksin lebih dari 20 tahun.
"Sesuai dengan protokol, jumlah subjek adalah 1.620 orang yang berusia antara 18 sampai 59 tahun. Ini usia produktif. Dengan subjek sebanyak 1.620 orang, penelitian ini akan dilakukan di Kota Bandung," kata Eddy dalam jumpa pers di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unpad, Jalan Eykman Nomor 38, Kota Bandung, Rabu (22/7/2020). (Baca juga: 6 Bulan Tak Digaji, 595 Guru Madrasah di Labuhanbatu Menjerit )
Guna mendukung pelaksanaan uji klinis tersebut, lanjut Eddy, pihaknya merekrut sekitar 30-40 tenaga medis, mulai dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter penyakit anak hingga para ahli yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
"Mereka kita rekrut untuk pelaksanaan uji klinis, termasuk memantau ketat kesehatan para relawan," katanya.
Soal teknis pelaksanaan uji klinis, Eddy menjelaskan, pada tahap awal, uji klinis akan dilakukan terhadap 540 relawan selama tiga bulan untuk memeriksa keamanan dan kekebalannya. Setelah tiga bulan sampai enam bulan, kata dia, hanya akan dipantau keamanannya. (Baca juga: Jangan Ada Mafia dalam Riset Vaksin Covid-19 )
"Jadi, nanti ada kelompok yang mendapatkan plasebo dan kelompok yang mendapat imunisasi vaksin. Pada akhir penelitian, mereka yang mendapatkan plasebo akan mendapatkan vaksin COVID-19, tentunya setelah diregistrasi di Badan POM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Jadi, tidak ada yang dirugikan dalam hal ini," katanya.
Dia menjelaskan, sejumlah relawan akan mendapat placebo atau hanya disuntik air untuk menentukan perbandingan antara orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin. Seluruh relawan dipastikan sehat melalui pemeriksaan dokter yang lengkap dan dipastikan tidak pernah tertular COVID-19.
"Jika dalam perjalanannya ada yang sakit, apapun itu, akan di-cover asuransi sebagai standar di rumah sakit di sekitar Kota Bandung,"katanya. (Baca juga: Rindu Tatap Muka, Puluhan Siswa SD di Ciamis Belajar di Masjid )
Meski begitu, dia meyakinkan, bahwa vaksin COVID-19 relatif aman karena terbuat dari virus yang sudah dimatikan, namun masih mempunyai daya untuk membuat antibodi.
"Sehingga, kalau diberikan kepada orang-orang yang sakit berat, ini tidak akan berbahaya. Berbeda Kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan. Kalau kondisi seseorang itu sedang menurun, maka virus yang lemah itu bisa menjadi aktif," jelasnya.
Menurutnya, jika dalam pemantauan ada relawan yang sakit, akan diperiksa apakah ada hubungannya dengan vaksin tersebut atau tidak. Sehingga, akan diperoleh data tentang keamanannya, kekebalannya, dan potensi vaksin ini memberikan perlindungan yang nyata terhadap COVID-19.
"Semua penelitian ini diharapkan bisa berjalan selama enam bulan bisa selesai. Akan tetapi, setelah tiga bulan penelitian, data-data yang ada di Indonesia akan digabung dengan berbagai negara, sehingga diharapkan Januari 2021 itu sudah bisa digunakan oleh masyarakat," pungkasnya.
Diketahui, Tim Riset FK Unpad bersama Biofarma dan Sinovach Biotech, China sedang menyiapkan uji klinis vaksin COVID-19. Vaksin asal China rencananya akan disuntikkan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung sesuai prosedur uji klinis vaksin.
Manajer Lapangan Tim Riset FK Unpad, Dr Eddy Fadlyana SpA(K) MKes mengatakan, Unpad diberi kepercayaan melakukan uji klinis karena dinilai sudah berpengalaman dalam bidang vaksin lebih dari 20 tahun.
"Sesuai dengan protokol, jumlah subjek adalah 1.620 orang yang berusia antara 18 sampai 59 tahun. Ini usia produktif. Dengan subjek sebanyak 1.620 orang, penelitian ini akan dilakukan di Kota Bandung," kata Eddy dalam jumpa pers di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unpad, Jalan Eykman Nomor 38, Kota Bandung, Rabu (22/7/2020). (Baca juga: 6 Bulan Tak Digaji, 595 Guru Madrasah di Labuhanbatu Menjerit )
Guna mendukung pelaksanaan uji klinis tersebut, lanjut Eddy, pihaknya merekrut sekitar 30-40 tenaga medis, mulai dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter penyakit anak hingga para ahli yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
"Mereka kita rekrut untuk pelaksanaan uji klinis, termasuk memantau ketat kesehatan para relawan," katanya.
Soal teknis pelaksanaan uji klinis, Eddy menjelaskan, pada tahap awal, uji klinis akan dilakukan terhadap 540 relawan selama tiga bulan untuk memeriksa keamanan dan kekebalannya. Setelah tiga bulan sampai enam bulan, kata dia, hanya akan dipantau keamanannya. (Baca juga: Jangan Ada Mafia dalam Riset Vaksin Covid-19 )
"Jadi, nanti ada kelompok yang mendapatkan plasebo dan kelompok yang mendapat imunisasi vaksin. Pada akhir penelitian, mereka yang mendapatkan plasebo akan mendapatkan vaksin COVID-19, tentunya setelah diregistrasi di Badan POM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Jadi, tidak ada yang dirugikan dalam hal ini," katanya.
Dia menjelaskan, sejumlah relawan akan mendapat placebo atau hanya disuntik air untuk menentukan perbandingan antara orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin. Seluruh relawan dipastikan sehat melalui pemeriksaan dokter yang lengkap dan dipastikan tidak pernah tertular COVID-19.
"Jika dalam perjalanannya ada yang sakit, apapun itu, akan di-cover asuransi sebagai standar di rumah sakit di sekitar Kota Bandung,"katanya. (Baca juga: Rindu Tatap Muka, Puluhan Siswa SD di Ciamis Belajar di Masjid )
Meski begitu, dia meyakinkan, bahwa vaksin COVID-19 relatif aman karena terbuat dari virus yang sudah dimatikan, namun masih mempunyai daya untuk membuat antibodi.
"Sehingga, kalau diberikan kepada orang-orang yang sakit berat, ini tidak akan berbahaya. Berbeda Kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan. Kalau kondisi seseorang itu sedang menurun, maka virus yang lemah itu bisa menjadi aktif," jelasnya.
Menurutnya, jika dalam pemantauan ada relawan yang sakit, akan diperiksa apakah ada hubungannya dengan vaksin tersebut atau tidak. Sehingga, akan diperoleh data tentang keamanannya, kekebalannya, dan potensi vaksin ini memberikan perlindungan yang nyata terhadap COVID-19.
"Semua penelitian ini diharapkan bisa berjalan selama enam bulan bisa selesai. Akan tetapi, setelah tiga bulan penelitian, data-data yang ada di Indonesia akan digabung dengan berbagai negara, sehingga diharapkan Januari 2021 itu sudah bisa digunakan oleh masyarakat," pungkasnya.
Diketahui, Tim Riset FK Unpad bersama Biofarma dan Sinovach Biotech, China sedang menyiapkan uji klinis vaksin COVID-19. Vaksin asal China rencananya akan disuntikkan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung sesuai prosedur uji klinis vaksin.
(mpw)