Kisah Syarif dan Desi, 2 Sosok yang Konsisten Memajukan Pendidikan Guru di Samarinda
loading...
A
A
A
SAMARINDA - “Pantak paku di papan” menjadi pepatah dari bahasa Melayu Kutai yang tepat bagi para guru yang senantiasa bersikap tegas dan konsisten ketika menghadapi tantangan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar bersama para siswa, maupun kualitas dirinya sebagai guru.
Ibarat paku yang sudah menancap kuat, setiap ilmu dan tindak-tanduk para guru yang diamalkan kepada murid-muridnya akan membentuk kualitas diri mereka di masa depan. Begitu pula dengan kompetensi seorang guru yang harus diasah secara konsisten dengan mengikuti pelatihan agar para murid mendapatkan akses pendidikan yang sama rata.
Oleh karena itu, tak jarang para guru melakukan berbagai upaya untuk memajukan kualitas pengajarannya untuk berkontribusi kepada kemajuan pendidikan, seperti pengalaman dari dua guru sekolah yang menjadi penggawa pendidikan asal Samarinda berikut ini.
Demi tekadnya menjadi seorang pendidik, Rachmad Syarif rela merantau ke Samarinda yang jauhnya 12 jam perjalanan dari Berau, kota asalnya. Sehari-hari, Syarif, begitu sapaannya, mengajar sebagai guru bahasa Indonesia di SMPN 4 yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Samarinda.
Mengajar di sekolah unggulan bukan berarti Syarif tidak menemui tantangan, apalagi berhadapan dengan ratusan remaja yang sedang giat-giatnya menggali potensi diri sesuai minat masing-masing.
Keberagaman minat para murid inilah yang membuat Syarif harus mencari jalan tengah agar materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik tanpa menghalangi cara para siswa berekspresi di sekolah.
Salah satu contohnya adalah murid Syarif yang sudah sering menjuarai turnamen sepak bola, tentu sepak bolalah yang menjadi ketertarikan utamanya, maka Syarif memasukkan banyak perumpamaan sepak bola saat menyampaikan pelajarannya.
Syarif pun berusaha memotivasi siswanya agar terus konsisten mengejar prestasi sesuai ketertarikan mereka. Dengan begitu, Syarif berharap, cara semacam ini akan lebih mudah diterima dan dipahami.
Ibarat paku yang sudah menancap kuat, setiap ilmu dan tindak-tanduk para guru yang diamalkan kepada murid-muridnya akan membentuk kualitas diri mereka di masa depan. Begitu pula dengan kompetensi seorang guru yang harus diasah secara konsisten dengan mengikuti pelatihan agar para murid mendapatkan akses pendidikan yang sama rata.
Oleh karena itu, tak jarang para guru melakukan berbagai upaya untuk memajukan kualitas pengajarannya untuk berkontribusi kepada kemajuan pendidikan, seperti pengalaman dari dua guru sekolah yang menjadi penggawa pendidikan asal Samarinda berikut ini.
Demi tekadnya menjadi seorang pendidik, Rachmad Syarif rela merantau ke Samarinda yang jauhnya 12 jam perjalanan dari Berau, kota asalnya. Sehari-hari, Syarif, begitu sapaannya, mengajar sebagai guru bahasa Indonesia di SMPN 4 yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Samarinda.
Mengajar di sekolah unggulan bukan berarti Syarif tidak menemui tantangan, apalagi berhadapan dengan ratusan remaja yang sedang giat-giatnya menggali potensi diri sesuai minat masing-masing.
Keberagaman minat para murid inilah yang membuat Syarif harus mencari jalan tengah agar materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik tanpa menghalangi cara para siswa berekspresi di sekolah.
Salah satu contohnya adalah murid Syarif yang sudah sering menjuarai turnamen sepak bola, tentu sepak bolalah yang menjadi ketertarikan utamanya, maka Syarif memasukkan banyak perumpamaan sepak bola saat menyampaikan pelajarannya.
Syarif pun berusaha memotivasi siswanya agar terus konsisten mengejar prestasi sesuai ketertarikan mereka. Dengan begitu, Syarif berharap, cara semacam ini akan lebih mudah diterima dan dipahami.