Pertukaran Budaya Indonesia-Qatar, Ditjen Kebudayaan Gelar Culinary Journey
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek menggelar pertukaran budaya bidang kuliner dengan Qatar melalui program Culinary Journey. Program ini merupakan rangkaian pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, Culinary Journey merupakan kegiatan kuliner yang mengandung unsur nilai budaya dan sosial kemasyarakatan yang tinggi dan dilestarikan secara turun temurun. Kegiatan itu juga mempertemukan dua chef ternama dari Qatar dengan satu chef ternama Indonesia.
"Keduanya bersama memperdalam pemahaman antara negara dan masyarakatnya, budaya, makanan, dan pengalaman kuliner dari bagian timur hingga barat Nusantara untuk lebih memahami budaya masing-masing melalui masyarakatnya, makanan tradisional tiap daerahnya, dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam setiap masakan," katanya, melalui siaran pers, dikutip Jumat (7/7/2023).
Baca juga: 5 Sekolah Masak Terbaik di Dunia, Nomor 3 Chef Renata Salah Satu Alumninya
Dijelaskan Hilmar, pilihan lokasi, Papua, Medan, serta Bali pada rangkaian Culinary Journey ini dipastikan bukan hanya mempunyai ragam kuliner, tetapi juga sarat akan nilai budaya.
“Ini sebuah proses saling mengenal budaya, kebudayaan Indonesia dengan ekologi yang sangat variatif dan kebudayaan Qatar. Ketika kita bicara pangan, ini tidak hanya soal makanan, namun juga tradisi-tradisi yang mengikutinya,” ucapnya.
Hilmar Farid berharap, melalui Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture masing-masing negara dapat lebih mempererat persaudaraan juga bisa menggali dan lebih memahami keunikan dan keragaman budaya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Sjamsul Hadi mengatakan, program ini diselenggarakan sebagai ajang pengenalan filosofi budaya, norma, dan kebiasaan masyarakat yang diwariskan dalam makanan, selain dari bahan-bahan utama dan cara memasaknya.
Menurutnya, keragaman kuliner dapat berperan sebagai media paling cair untuk memperkenalkan aneka budaya, adat istiadat, hingga nilai-nilai masyarakat agar mudah dipahami oleh bangsa lain.
Lanjutnya, kegiatan itu perdana dilaksanakan, terlebih mempertemukan Hassan Abdullah Alibrahim “The Captain Chef” dari Qatar yang telah menjelajahi masakan restoran dan kaki lima di 175 kota di dunia.
Chef Hassan bersama Noof Al Marri, Chef ternama Qatar dengan spesialisasi masakan lokal Timur Tengah saling bertukar ide dan mengenal masakan tradisional Papua dengan Charles Toto, Chef Indonesia yang giat melestarikan masakan tradisional Papua.
Baca juga: 6 Cara Ampuh Meningkatkan Motivasi Belajar Anak, Beri Reward Hadiah
Chef Hassan dipandu oleh Chef Charles Toto mengunjungi sebuah desa yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, Skouw Sae, di mana penduduk di sana masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka, Sagu.
Di sini, Chef Hassan ikut memanen sagu, memproses, hingga mencicipi hidangan sagu yang disiapkan menggunakan cara tradisional Bakar Batu, tradisi penting di Papua berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung.
Syamsul mengatakan kembali bahwa Kemendikbudristek sangat mengapresiasi kedatangan Chef Hassan dalam rangkaian program Culinary Journey ini ke Papua, khususnya dalam Sagu Festival.
“Hal ini lebih mendorong rasa percaya diri masyarakat Papua, khususnya generasi muda, agar lebih tahu proses bagaimana pengolahan sagu hingga proses pembuatan ragam makanan berbahan pokok sagu,” ujarnya.
Sementara Chef Hassan mengaku salut akan upaya Indonesia untuk melestarikan sagu menjadi tanaman berkelanjutan yang tepat untuk melestarikan bumi.
Chef Charles juga mengaku senang sekali melihat antusiasme Chef Hassan dalam panen sagu ini. “Beliau tak hanya memotong pohon sagu, memarut sagu hingga membantu memasak menggunakan Bakar Batu, tetapi juga mengikuti tradisi kami menggunakan alat-alat tradisional, bahkan juga ikut mencicipi ulat sagu yang biasa dikonsumsi sebagai sumber protein untuk masyarakat tradisional,” ujarnya.
Culinary Journey telah berlangsung di 3 wilayah, Kota Jayapura, Papua pada 19-24 Juni, Kota Medan, Sumatra Utara pada 24 – 27 Juni, dan Bali 27 Juni – 2 Juli 2023. Dua chef asal Qatar, yakni Hassan Abdullah Alibrahim dan Noof Al Marri, secara langsung mengikuti proses pembuatan kuliner asli tanah air secara tradisional, sekaligus mengenalkan kuliner khas dari negara mereka.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, Culinary Journey merupakan kegiatan kuliner yang mengandung unsur nilai budaya dan sosial kemasyarakatan yang tinggi dan dilestarikan secara turun temurun. Kegiatan itu juga mempertemukan dua chef ternama dari Qatar dengan satu chef ternama Indonesia.
"Keduanya bersama memperdalam pemahaman antara negara dan masyarakatnya, budaya, makanan, dan pengalaman kuliner dari bagian timur hingga barat Nusantara untuk lebih memahami budaya masing-masing melalui masyarakatnya, makanan tradisional tiap daerahnya, dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam setiap masakan," katanya, melalui siaran pers, dikutip Jumat (7/7/2023).
Baca juga: 5 Sekolah Masak Terbaik di Dunia, Nomor 3 Chef Renata Salah Satu Alumninya
Dijelaskan Hilmar, pilihan lokasi, Papua, Medan, serta Bali pada rangkaian Culinary Journey ini dipastikan bukan hanya mempunyai ragam kuliner, tetapi juga sarat akan nilai budaya.
“Ini sebuah proses saling mengenal budaya, kebudayaan Indonesia dengan ekologi yang sangat variatif dan kebudayaan Qatar. Ketika kita bicara pangan, ini tidak hanya soal makanan, namun juga tradisi-tradisi yang mengikutinya,” ucapnya.
Hilmar Farid berharap, melalui Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture masing-masing negara dapat lebih mempererat persaudaraan juga bisa menggali dan lebih memahami keunikan dan keragaman budaya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Sjamsul Hadi mengatakan, program ini diselenggarakan sebagai ajang pengenalan filosofi budaya, norma, dan kebiasaan masyarakat yang diwariskan dalam makanan, selain dari bahan-bahan utama dan cara memasaknya.
Menurutnya, keragaman kuliner dapat berperan sebagai media paling cair untuk memperkenalkan aneka budaya, adat istiadat, hingga nilai-nilai masyarakat agar mudah dipahami oleh bangsa lain.
Lanjutnya, kegiatan itu perdana dilaksanakan, terlebih mempertemukan Hassan Abdullah Alibrahim “The Captain Chef” dari Qatar yang telah menjelajahi masakan restoran dan kaki lima di 175 kota di dunia.
Chef Hassan bersama Noof Al Marri, Chef ternama Qatar dengan spesialisasi masakan lokal Timur Tengah saling bertukar ide dan mengenal masakan tradisional Papua dengan Charles Toto, Chef Indonesia yang giat melestarikan masakan tradisional Papua.
Baca juga: 6 Cara Ampuh Meningkatkan Motivasi Belajar Anak, Beri Reward Hadiah
Chef Hassan dipandu oleh Chef Charles Toto mengunjungi sebuah desa yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, Skouw Sae, di mana penduduk di sana masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka, Sagu.
Di sini, Chef Hassan ikut memanen sagu, memproses, hingga mencicipi hidangan sagu yang disiapkan menggunakan cara tradisional Bakar Batu, tradisi penting di Papua berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung.
Syamsul mengatakan kembali bahwa Kemendikbudristek sangat mengapresiasi kedatangan Chef Hassan dalam rangkaian program Culinary Journey ini ke Papua, khususnya dalam Sagu Festival.
“Hal ini lebih mendorong rasa percaya diri masyarakat Papua, khususnya generasi muda, agar lebih tahu proses bagaimana pengolahan sagu hingga proses pembuatan ragam makanan berbahan pokok sagu,” ujarnya.
Sementara Chef Hassan mengaku salut akan upaya Indonesia untuk melestarikan sagu menjadi tanaman berkelanjutan yang tepat untuk melestarikan bumi.
Chef Charles juga mengaku senang sekali melihat antusiasme Chef Hassan dalam panen sagu ini. “Beliau tak hanya memotong pohon sagu, memarut sagu hingga membantu memasak menggunakan Bakar Batu, tetapi juga mengikuti tradisi kami menggunakan alat-alat tradisional, bahkan juga ikut mencicipi ulat sagu yang biasa dikonsumsi sebagai sumber protein untuk masyarakat tradisional,” ujarnya.
Culinary Journey telah berlangsung di 3 wilayah, Kota Jayapura, Papua pada 19-24 Juni, Kota Medan, Sumatra Utara pada 24 – 27 Juni, dan Bali 27 Juni – 2 Juli 2023. Dua chef asal Qatar, yakni Hassan Abdullah Alibrahim dan Noof Al Marri, secara langsung mengikuti proses pembuatan kuliner asli tanah air secara tradisional, sekaligus mengenalkan kuliner khas dari negara mereka.
(nnz)