Kisah Putri, Anak Petani Asal NTB yang Bisa Kuliah Gratis di UGM Lewat SNBP 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan dambaan setiap orang. Bagi Putri Atmawan Pujaningsih yang diterima dan kuliah gratis di UGM melalui SNBP 2023, ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan.
Putri adalah anak dari Kiswanto dan Hadiatullah. Kedua orang tuanya hidup mennjadi petani jagung di Desa Tambaksari, Pototano, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Meski kondisi ekonomi pas-pasan, Kiswanto dan Hadia menuturkan ia selalu memotivasi ketiga putrinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Putri mengaku ia mafhum dengan kondisi keluarganya. Ia tidak pernah meminta banyak akan keinginan dan keperluannya selama menginjak bangku sekolah.
Baca juga: Apa Itu Cumlaude Dalam Kuliah dan Bagaimana Cara Mendapatkan? Ini Bocorannya
Putri pun turut membantu kedua orang tuanya mengupas jagung sehabis panen. Pada saat panen, keluarganya dan 4 ibu-ibu tetangga dekat rumah mengupas jagung hasil panen dari keluarga Kiswanto dari lahan GHU milik perusahan seluas kurang dari satu hektare.
Hadia menuturkan, jika cuaca bagus dan musim hujan mendukung, ia bisa turun nanam hingga dua kali setahun. Rata-rata sekali panen ia mendapat panen sekitar 5-6 ton per hektare. Sekali panen ia mengantongi uang sekitar Rp10-Rp12 juta.
“Uang hasil panen tergantung harga, bisa bawa pulang Rp12 juta dibagi buat bayar buruh, bayar hutang karena kita sudah ambil duluan utang beli bibit dan pupuk,” katanya, dikutip dari laman UGM, Selasa (25/7/2023).
Dikarenakan musim tanam jagung tidak menentu, selain mengurusi kebun jagung, kata Hadia, ia bersama sang suami menggembala kambing milik tetangga.
“Dulu pelihara dua, lima tahun jadi lima ekor. Sekarang sudah puluhan ekor. Bagi dua dengan pemilik. Jika ada kebutuhan mendesak kita izin jual ke pemiliknya,” jelasnya.
Tidak jarang ia meminta Putri menjaga kambing dari sepulang sekolah sebelum bapaknya pulang kerja sebagai pegawai tidak tetap pendamping penyuluh pertanian. “Kadang saya suruh nunggu di bawah pohon asam sambil belajar,” kenangnya.’
Hadia menuturkan, penghasilan dari bertani jagung memang tidak menentu, namun tetap mereka bersyukur apalagi ada tambahan honor dari suaminya sebagai pegawai tidak tetap di kantor dinas pertanian Sumbawa Barat.
Baca juga: Gandeng PLN, Fakultas Teknik UI Kembangkan Isu Strategis Ketenagalistrikan
Kiswanto bercerita ia sudah menjadi tenaga pegawai tidak tetap sejak tahun 2008 setelah tidak lagi menjadi karyawan di perusahaan tambak udang di dekat pelabuhan Poto Tano.
Di awal bekerja honor Rp400 ribu lalu naik Rp700 ribu tiga tahun kemudian. Selanjutnya empat tahun setelahnya naik sekitar satu jutaan. “Kalau dibilang cukup atau tidak cukup, manusia itu merasa tidak pernah cukup. Tapi jika bicara sisi agama kita harus pandai mensyukuri saja,” ungkapnya.
Meski ia sempat khawatir saat Putri berniat untuk mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada lewat jalur prestasi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Sempat sedikit ragu takut nggak lolos beasiswa (KIP), takutnya nggak bisa biayain karena ada kakak saya yang masih kuliah. Bapak pesan kalau tidak lolos di negeri (PTN) tidak bisa lanjut kuliah dulu. Saya tetap berani daftar lewat jalur SNBP. Saya rajin salat dan berdoa agar bisa lolos,” kata Putri.
Setiap pagi ia diantar oleh ayahnya ke sekolah SMAN 1 Poto Tano. Ia banyak ikut kegiatan di sekolah mulai dari kegiatan OSIS, Pramuka, dan Pasukan Baris Berbaris.
Dalam kegiatan akademik, Putri selalu mendapat langganan juara satu di kelas. “Selama di SMA selalu juara satu. Kalau ada PR saya serahkan paling duluan,” katanya.
Sepulang sekolah Putri mengaku sering banyak belajar di kamar, bahkan saat diminta ibunya untuk menggembala kambing yang dilepas di sekitar, ia tidak segan-segan membawa buku atau belajar menggunakan internet di ponselnya.
Menurut Putri, menjadi penggembala kambing atau sapi sudah menjadi kegiatan tambahan bagi penduduk Tambaksari yang hanya mengandalkan pertanian tadah hujan. “Jika tidak bertani ya gembala sapi dan gembala kambing di sini,” paparnya.
Beruntung bagi Putri, ia diterima di program studi Hygiene Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi. “Sejak dulu sudah pengin kuliah di UGM. Kampus terfavorit dan peminatnya banyak. Siapa juga yang tidak mau kuliah di kampus terbaik di Indonesia,” ungkapnya.
Putri memiliki harapan setelah selesai kuliah dirinya berkeinginan untuk mengabdikan diri di tanah kelahiran menjadi tenaga medis perawatan gigi.”Mau kerja di rumah sakit. Mengabdi di daerah sendiri nantinya,” pungkasnya.
Putri merupakan salah satu mahasiswa baru UGM yang diterima lolos bisa diterima kuliah gratis dari UGM dengan Uang Kuliah Tunggal ( UKT) Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0). Hal ini tentu disyukuri oleh Putri karena bisa membantu beban ekonomi keluarganya.
Putri adalah anak dari Kiswanto dan Hadiatullah. Kedua orang tuanya hidup mennjadi petani jagung di Desa Tambaksari, Pototano, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Meski kondisi ekonomi pas-pasan, Kiswanto dan Hadia menuturkan ia selalu memotivasi ketiga putrinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Putri mengaku ia mafhum dengan kondisi keluarganya. Ia tidak pernah meminta banyak akan keinginan dan keperluannya selama menginjak bangku sekolah.
Baca juga: Apa Itu Cumlaude Dalam Kuliah dan Bagaimana Cara Mendapatkan? Ini Bocorannya
Putri pun turut membantu kedua orang tuanya mengupas jagung sehabis panen. Pada saat panen, keluarganya dan 4 ibu-ibu tetangga dekat rumah mengupas jagung hasil panen dari keluarga Kiswanto dari lahan GHU milik perusahan seluas kurang dari satu hektare.
Hadia menuturkan, jika cuaca bagus dan musim hujan mendukung, ia bisa turun nanam hingga dua kali setahun. Rata-rata sekali panen ia mendapat panen sekitar 5-6 ton per hektare. Sekali panen ia mengantongi uang sekitar Rp10-Rp12 juta.
“Uang hasil panen tergantung harga, bisa bawa pulang Rp12 juta dibagi buat bayar buruh, bayar hutang karena kita sudah ambil duluan utang beli bibit dan pupuk,” katanya, dikutip dari laman UGM, Selasa (25/7/2023).
Dikarenakan musim tanam jagung tidak menentu, selain mengurusi kebun jagung, kata Hadia, ia bersama sang suami menggembala kambing milik tetangga.
“Dulu pelihara dua, lima tahun jadi lima ekor. Sekarang sudah puluhan ekor. Bagi dua dengan pemilik. Jika ada kebutuhan mendesak kita izin jual ke pemiliknya,” jelasnya.
Tidak jarang ia meminta Putri menjaga kambing dari sepulang sekolah sebelum bapaknya pulang kerja sebagai pegawai tidak tetap pendamping penyuluh pertanian. “Kadang saya suruh nunggu di bawah pohon asam sambil belajar,” kenangnya.’
Hadia menuturkan, penghasilan dari bertani jagung memang tidak menentu, namun tetap mereka bersyukur apalagi ada tambahan honor dari suaminya sebagai pegawai tidak tetap di kantor dinas pertanian Sumbawa Barat.
Baca juga: Gandeng PLN, Fakultas Teknik UI Kembangkan Isu Strategis Ketenagalistrikan
Kiswanto bercerita ia sudah menjadi tenaga pegawai tidak tetap sejak tahun 2008 setelah tidak lagi menjadi karyawan di perusahaan tambak udang di dekat pelabuhan Poto Tano.
Di awal bekerja honor Rp400 ribu lalu naik Rp700 ribu tiga tahun kemudian. Selanjutnya empat tahun setelahnya naik sekitar satu jutaan. “Kalau dibilang cukup atau tidak cukup, manusia itu merasa tidak pernah cukup. Tapi jika bicara sisi agama kita harus pandai mensyukuri saja,” ungkapnya.
Meski ia sempat khawatir saat Putri berniat untuk mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada lewat jalur prestasi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Sempat sedikit ragu takut nggak lolos beasiswa (KIP), takutnya nggak bisa biayain karena ada kakak saya yang masih kuliah. Bapak pesan kalau tidak lolos di negeri (PTN) tidak bisa lanjut kuliah dulu. Saya tetap berani daftar lewat jalur SNBP. Saya rajin salat dan berdoa agar bisa lolos,” kata Putri.
Setiap pagi ia diantar oleh ayahnya ke sekolah SMAN 1 Poto Tano. Ia banyak ikut kegiatan di sekolah mulai dari kegiatan OSIS, Pramuka, dan Pasukan Baris Berbaris.
Dalam kegiatan akademik, Putri selalu mendapat langganan juara satu di kelas. “Selama di SMA selalu juara satu. Kalau ada PR saya serahkan paling duluan,” katanya.
Sepulang sekolah Putri mengaku sering banyak belajar di kamar, bahkan saat diminta ibunya untuk menggembala kambing yang dilepas di sekitar, ia tidak segan-segan membawa buku atau belajar menggunakan internet di ponselnya.
Menurut Putri, menjadi penggembala kambing atau sapi sudah menjadi kegiatan tambahan bagi penduduk Tambaksari yang hanya mengandalkan pertanian tadah hujan. “Jika tidak bertani ya gembala sapi dan gembala kambing di sini,” paparnya.
Diterima di Fakultas Kedokteran Gigi UGM dengan UKT 0
Kuliah di kampus UGM sudah menjadi impian Putri sejak dari bangku SMP. Ia pun selalu giat belajar dan berprestasi di kelas agar bisa mewujudkan impiannya tersebut.Beruntung bagi Putri, ia diterima di program studi Hygiene Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi. “Sejak dulu sudah pengin kuliah di UGM. Kampus terfavorit dan peminatnya banyak. Siapa juga yang tidak mau kuliah di kampus terbaik di Indonesia,” ungkapnya.
Putri memiliki harapan setelah selesai kuliah dirinya berkeinginan untuk mengabdikan diri di tanah kelahiran menjadi tenaga medis perawatan gigi.”Mau kerja di rumah sakit. Mengabdi di daerah sendiri nantinya,” pungkasnya.
Putri merupakan salah satu mahasiswa baru UGM yang diterima lolos bisa diterima kuliah gratis dari UGM dengan Uang Kuliah Tunggal ( UKT) Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0). Hal ini tentu disyukuri oleh Putri karena bisa membantu beban ekonomi keluarganya.
(nnz)