Cerita 2 Wisudawan Perempuan yang Lulus Cum Laude Pascasarjana UGM dan Meraih IPK 4
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wisuda Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) periode IV TA 2023-2023 menghadirkan keunikan tersendiri. Pasalnya 56,38 persen dari total wisudawan pascasarjana UGM sebanyak 713 orang adalah wisudawan perempuan.
Jumlah itu menandakan ada 402 wisudawan perempuan yang dinyatakan lulus pada periode tersebut. Hal yang membuat kagum lainnya adalah tidak sedikit dari wisudawan perempuan ini lulus dengan predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3.
Salah satu mahasiswi pascasarjana yang telah diwisuda, Rabu (26/7/2023) lalu adalah Liza Angeliya. Liza termasuk salah satu wisudawan program Doktor yang berhasil lulus dengan IPK tertinggi, 4,0. Liza juga merasakan perjuangan berat dalam menyelesaikan studinya. Namun, perempuan penerima beasiswa Kementerian Pertanian ini berhasil membuktikannya.
Bagi Liza membagi waktu antara keluarga dan studi itu sangat penting karena dari memulai studi saya sudah berkeluarga dengan 2 anak.
"Saya melanjutkan studi S3 di UGM merupakan tugas belajar beasiswa dari Kementerian Pertanian sehingga harus lebih fokus untuk studi dan keluarga. Dan saat studi selama 4 tahun di UGM, saya memboyong 2 anak laki-laki ikut pindah sekolah ke Jogja, namun suami tetap di Lampung,” katanya, dikutip dari laman UGM, Minggu (6/8/2023).
Baca juga: Terbaru, IPB Buka Penerimaan Mahasiswa Kedokteran, Cek Syarat dan Biaya Kuliahnya
Agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga lulus dengan predikat cum laude, Liza menerapkan strategi belajar dengan menetapkan target yang harus diselesaikan di setiap semesternya.
”Kuncinya, istiqomah, meski sedikit dan pelan, harus tetap dikerjakan satu demi satu dan tak lupa tentunya ridho dan doa dari suami yang selalu mendukung saya untuk melanjutkan studi,” imbuh Ibu dua anak berusia 4 dan 8 tahun ini.
Dalam menyelesaikan studi, tentu saja Liza menghadapi banyak tantangan karena mengalami masa pandemi Covid-19. Perjuangannya pun membuahkan hasil, dengan disertasi berjudul: Molekuler dan Biologis Gen Fusion Hemagglutinin-Neuraminidase Disease yang Diisolasi dari Ayam dan Burung Liar, Liza berhasil lulus dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan dan penelitian selama 2 tahun.
Berbeda dengan Liza, wisudawan Magister Teknik Sipil dengan IPK 4,0, Aisya Galuh Laksita juga mengalami tempaan yang tidak mudah dalam menempuh pendidikannya. Meskipun belum berkeluarga, Aisya mengaku mengalami naik turunnya ritme membagi waktu antara kerja dan studi.
Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran Mahal? Tenang, IPB Sediakan Beasiswa untuk Mahasiswa Tak Mampu
Namun, dukungan keluarga, membuatnya fokus pada belajar dan bekerja agar bisa lulus tepat waktu. Di sela-sela kesibukan jadwal kuliah, Aisya harus menyelesaikan pekerjaan di Departemen Fakultas Teknik sebagai asisten dalam bidang akademik, mempersiapkan akreditasi maupun penyusunan kurikulum serta menjadi asisten project dosen dan asisten mata kuliah.
”Saya akan benar-benar memperhatikan dosen pada saat di kelas, dengan mencatat, merekam layar (saat pembelajara online), rajin bertanya dan mengerjakan latihan dari dosen. Di luar itu, saya banyak berdiskusi dengan teman-teman kuliah,” ungkapnya.
Aisya Galuh Laksita juga menetapkan deadline untuk dirinya supaya bisa lulus tepat waktu. ”Saya menyusun deadline major yang kemudian dirinci menjadi deadline minor. Deadline major akan memberikan saya gambaran waktu supaya tidak terlambat, baik untuk mengerjakan pekerjaan dari departemen, studi kasus, publikasi, tesis, batas yudisium, maupun wisuda dan sebagainya,” tuturnya.
Langkah pengerjaan akan dipecah menjadi dateline minor, bahkan dalam target spesifik dalam bentuk jam. ”Ini membantu saya untuk fokus,” imbuh penerima beasiswa Peningkatan Suasana Akademik (PSA) Departemen MTS, Fakultas Teknik UGM.
Metode yang diterapkan Aisya Galuh Laksita ini pun terbukti sehingga dia bisa lulus dengan predikat pujian, tepat waktu.
Jumlah itu menandakan ada 402 wisudawan perempuan yang dinyatakan lulus pada periode tersebut. Hal yang membuat kagum lainnya adalah tidak sedikit dari wisudawan perempuan ini lulus dengan predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3.
Salah satu mahasiswi pascasarjana yang telah diwisuda, Rabu (26/7/2023) lalu adalah Liza Angeliya. Liza termasuk salah satu wisudawan program Doktor yang berhasil lulus dengan IPK tertinggi, 4,0. Liza juga merasakan perjuangan berat dalam menyelesaikan studinya. Namun, perempuan penerima beasiswa Kementerian Pertanian ini berhasil membuktikannya.
Bagi Liza membagi waktu antara keluarga dan studi itu sangat penting karena dari memulai studi saya sudah berkeluarga dengan 2 anak.
"Saya melanjutkan studi S3 di UGM merupakan tugas belajar beasiswa dari Kementerian Pertanian sehingga harus lebih fokus untuk studi dan keluarga. Dan saat studi selama 4 tahun di UGM, saya memboyong 2 anak laki-laki ikut pindah sekolah ke Jogja, namun suami tetap di Lampung,” katanya, dikutip dari laman UGM, Minggu (6/8/2023).
Baca juga: Terbaru, IPB Buka Penerimaan Mahasiswa Kedokteran, Cek Syarat dan Biaya Kuliahnya
Agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga lulus dengan predikat cum laude, Liza menerapkan strategi belajar dengan menetapkan target yang harus diselesaikan di setiap semesternya.
”Kuncinya, istiqomah, meski sedikit dan pelan, harus tetap dikerjakan satu demi satu dan tak lupa tentunya ridho dan doa dari suami yang selalu mendukung saya untuk melanjutkan studi,” imbuh Ibu dua anak berusia 4 dan 8 tahun ini.
Dalam menyelesaikan studi, tentu saja Liza menghadapi banyak tantangan karena mengalami masa pandemi Covid-19. Perjuangannya pun membuahkan hasil, dengan disertasi berjudul: Molekuler dan Biologis Gen Fusion Hemagglutinin-Neuraminidase Disease yang Diisolasi dari Ayam dan Burung Liar, Liza berhasil lulus dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan dan penelitian selama 2 tahun.
Berbeda dengan Liza, wisudawan Magister Teknik Sipil dengan IPK 4,0, Aisya Galuh Laksita juga mengalami tempaan yang tidak mudah dalam menempuh pendidikannya. Meskipun belum berkeluarga, Aisya mengaku mengalami naik turunnya ritme membagi waktu antara kerja dan studi.
Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran Mahal? Tenang, IPB Sediakan Beasiswa untuk Mahasiswa Tak Mampu
Namun, dukungan keluarga, membuatnya fokus pada belajar dan bekerja agar bisa lulus tepat waktu. Di sela-sela kesibukan jadwal kuliah, Aisya harus menyelesaikan pekerjaan di Departemen Fakultas Teknik sebagai asisten dalam bidang akademik, mempersiapkan akreditasi maupun penyusunan kurikulum serta menjadi asisten project dosen dan asisten mata kuliah.
”Saya akan benar-benar memperhatikan dosen pada saat di kelas, dengan mencatat, merekam layar (saat pembelajara online), rajin bertanya dan mengerjakan latihan dari dosen. Di luar itu, saya banyak berdiskusi dengan teman-teman kuliah,” ungkapnya.
Aisya Galuh Laksita juga menetapkan deadline untuk dirinya supaya bisa lulus tepat waktu. ”Saya menyusun deadline major yang kemudian dirinci menjadi deadline minor. Deadline major akan memberikan saya gambaran waktu supaya tidak terlambat, baik untuk mengerjakan pekerjaan dari departemen, studi kasus, publikasi, tesis, batas yudisium, maupun wisuda dan sebagainya,” tuturnya.
Langkah pengerjaan akan dipecah menjadi dateline minor, bahkan dalam target spesifik dalam bentuk jam. ”Ini membantu saya untuk fokus,” imbuh penerima beasiswa Peningkatan Suasana Akademik (PSA) Departemen MTS, Fakultas Teknik UGM.
Metode yang diterapkan Aisya Galuh Laksita ini pun terbukti sehingga dia bisa lulus dengan predikat pujian, tepat waktu.
(nnz)