5 Mitos dan Fakta Sekolah Kedinasan, Cek Dulu Kebenarannya

Rabu, 09 Agustus 2023 - 11:25 WIB
loading...
5 Mitos dan Fakta Sekolah Kedinasan, Cek Dulu Kebenarannya
5 mitos dan fakta seputar sekolah kedinasan yang perlu diketahui calon mahasiswa. Foto/IPDN.
A A A
JAKARTA - Sekolah kedinasan menjadi salah satu alternatif untuk melanjutkan kuliah . Lulus bisa menjadi PNS merupakan salah satu alasan mengapa sekolah kedinasan ini begitu populer.

Pendaftaran sekolah kedinasan selalu dibuka setiap tahunnya. Tahun ini pendaftaran melalui situs Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara Badan Kepegawaian Negara (SSCAN BKN) dan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dimulai pada Mei hingga Juni 2023.

Tercatat ada beberapa instansi yang selalu membuka pendaftaran sekolah kedinasan. Seperti Kementerian Hukum dan HAM (Poltekim dan Poltekip), BPS (Politeknik Statistika), BSSN (Politeknik SSN), Kemendari (IPDN), BIN (STIN), Kemenkeu (PKN STAN), BMKG (STMKG), dan Kemenhub (22 sekolah perhubungan).

Sebagai persiapan menuju pendaftaran sekolah kedinasan selanjutnya, simak dulu mitos dan fakta yang beredar mengenai perguruan tinggi ini yang dikutip dari sejumlah sumber.

Baca juga: 20 Jurusan Kuliah D4 dan Kampusnya yang Paling Banyak Diminati di SNBT 2023

1. Sekolah kedinasan hanya untuk siswa SMA saja?


Banyak yang bilang sekolah kedinasan hanya membuka kesempatan untuk para lulusan SMA baik itu jurusan IPA dan IPS untuk studi di kampusnya.

Faktanya, sekolah kedinasan terbuka untuk seluruh siswa SMK. Misalnya saja di sekolah kedinasan milik Kementerian Perhubungan tak hanya menerima siswa SMA dan MA saja melainkan juga SMK.

Contohnya di Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD menerima lulusan SMK/MAK program keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti, Teknik Geomatika dan Geospasial, Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Mesin, dan lainnya.

2. Masuk Sekolah Kedinasan Sulit, Harus Punya Koneksi Orang Dalam


Anggapan masyarakat banyak mengatakan masuk sekolah kedinasan lebih susah dari pada masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) perguruan tinggi swasta (PTS).

Sebab jika masuk PTN hanya ikut UTBK atau tes mandiri, maka untuk lolos seleksi sekolah kedinasan rangkaian tesnya tak hanya tes akademik, melainkan tes fisik, juga kesehatan.

Maka jangan heran marak desas desus jika ingin tembus sekolah kedinasan harus punya koneksi orang dalam.

Faktanya, untuk mendapatkan calon aparatur sipil negara terbaik bagi bangsa seleksi sekolah kedinasan memang lebih panjang dari pada masuk perguruan tinggi.

Misalnya saja di seleksi masuk IPDN, selain Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), ada tes kesehatan tahap I, tes psikologi, integritas dan kejujuran, dan pada Pantukhir ada tes kesehatan II, tes kesamaptaan, hingga pemeriksaan penampilan.

Sementara untuk menghindari praktik calo dan meminimalisir kecurangan, tes seleksi masuk sekolah kedinasan sudah berbasis online mulai dari pendaftaran hingga SKDnya pun menggunakan Computer Assesment Test (CAT) oleh BKN.

Baca juga: Kisah Perjuangan Shasa Kuliah Kedokteran Unair, Sebelumnya 15 Kali Ditolak Kampus Lain

3. Tidak ada Drop Out


Selain itu juga masih banyak yang beranggapan jika sudah masuk sekolah kedinasan maka tidak ada istilah drop out bagi mahasiswa yang menjalani perkuliahan di perguruan tinggi kedinasan milik pemerintah ini.

Faktanya, tidak seperti itu. PKN STAN misalnya, sekolah kedinasan milik Kementerian Keuangan ini menerapkan sistem gugur atau drop out bagi mahasiswa yang tak memenuhi syarat syarat kelulusan pada setiap semester maka
secara otomatis drop out.

Sistem drop out juga bisa dikenakan bagi mahasiswa yang terkena hukuman disiplin berat. Bahkan, setiap mahasiswa yang di-drop out tidak diperkenankan untuk mendaftar kembali di PKN STAN.

Sedangkan di IPDN, mahasiswa bisa diberhentikan sebagai Praja IPDN apabila melakukan pelanggaran disiplin Praja sebagaima diatur dalam Pedoman Tata Kehidupan Praja.

4. Sekolah kedinasan membatasi mahasiswanya untuk menyalurkan kreativitas dan berekspresi

Ada anggapan pula bahwa jika kuliah di sekolah kedinasan maka tidak akan ada dukungan kegiatan atau organisasi yang tidak berhubungan dengan bidang akademik.

Kehidupan kampus hanya akan monoton karena di sekolah kedinasan hanya menjadi ajang pelatihan bagi mahasiswa yang setelah lulus nanti akan menjadi PNS.

Faktanya tak seperti itu. Sekolah kedinasan pun memiliki organisasi kemahasiswaan dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) sebagai penyalur minat dan bakat mahasiswanya.

Ambil contoh di Politeknik Statistika STIS, selain memiliki struktur senat, mahasiswa bisa memilih UKM Media Kampus bagi yang tertarik dengan dunia jurnalistik, GPA Cheby sebagai UKM pecinta alam, Komnet bagi mahasiswa yang tertarik di bidang komputasi dan IT, dan lainnya.

5. Lulusan Sekolah Kedinasan Mudah Mendapat Pekerjaan


Salah satu alasan mengapa banyak pendaftaran sekolah kedinasan selalu diserbu pendaftar setiap tahunnya adalah ini, agar mudah mendapat pekerjaan.

Bayangkan, di saat lulusan perguruan tinggi lain harus berjuang keras melamar kerja ke sana kemari usai lulus, maka lulusan sekolah kedinasan cukup menunggu panggilan dinas.

Faktanya, memang benar semua lulusan sekolah kedinasan dapat diangkat menjadi pegawai negeri sipil (CPNS) di instansi pemerintah pusat maupun daerah.

Namun sebelum mereka diangkat menjadi PNS golongan 3A, semua lulusan sekolah kedinasan akan menjadi CPNS dulu dengan harus menjalani dulu pelatihan selama satu tahun atau diklat. Setelah itu barulah mereka bisa diangkat menjadi PNS.

Demikian 5 mitos seputar sekolah kedinasan di antara banyak mitos yang mewarnai sekolah kedinasan ini. Pastikan kalian membaca semua informasi sekolah kedinasan di sumber resminya ya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca setia SINDOnews.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1955 seconds (0.1#10.140)