Jadi Wisudawan Terbaik S3 UINSA, Ini Sosok Branch Manager BSI Eric Kurniawan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Branch Manager Bank Syariah Indonesia (BSI), Eric Kurniawan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik jenjang S3 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya periode 104. Eric Kurniawan berhasil lulus dengan IPK 3,91 dalam program Ekonomi Syariah.
Meski memiliki aktivitas yang super padat menjadi Branch Manager di BSI, aktif di lembaga sosial nasional menjadi Ketua Dewan Pengurus LAZ LMI, dan aktivitas lainnya, Eric tetap bisa menjalankan perannya dengan gigih. Berkat kegigihannya itulah Eric, sapaan akrabnya, dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Menurutnya, prestasi itu merupakan prestasi bersama. “Bersyukur karena prestasi ini merupakan pencapaian yang tidak serta merta prestasi pribadi. Ada doa orang tua, guru, istri, anak, dan para kolega," jelasnya saat ditemui pasca menerima penghargaan wisuda, Jumat 18 Agustus 2023.
Eric bercerita bahwa bekerja dan kuliah bukan sesuatu yang tidak mungkin dijalankan bersamaan, melainkan sangat bisa. Hanya saja perlu mengatur waktu yang tepat, manajemen baik, dan dukungan keluarga. Meski demikian kondisi pembelajaran secara daring saat pandemi Covid-19 kala itu menjadikannya sedikit lebih mudah.
"Tantangannya itu saat semua amanah dihadapkan dengan deadline dan semuanya harus tuntas dengan baik. Tapi karena pembelajaran saat Covid-19 secara online jadi bisa belajar dimanapun Dan tidak harus di kampus,” terangnya.
"Yang lebih sulit tentu saja saat menyelesaikan disertasi. Harus mencari data, mengolah data, menelaahanya, kemudian membandingkan dengan disertasi sebelumnya, jarang istirahat, waktu malam harus terus bergelut dengan data dan secepat mungkin merampungkannya, karena paginya sudah harus bekerja lagi," tutur salah satu wisudawan tercepat di angkatannya tersebut.
Pria asal Banyuwangi yang saat ini berumur 40 itu mengaku bahwa menyelesaikan doktor di usia 40 tahun tidaklah mudah. Perlu kerja ekstra untuk mereview setiap pembelajaran yang diberikan dosen,
"Terlebih saya ini seorang praktisi, bukan akademisi. Ilmu-ilmu di dunia pekerjaan, terkadang sedikit berbeda dengan teori di bangku kuliah, akhirnya saya perlu membaca ulang teori-teori yang digunakan untuk menunjang pembelajaran," kenangnya.
Kerja ekstra dan istiqomah itu tidak lahir dari beberapa tahun belakangan, melainkan ia pupuk sejak kecil. Pasalnya anak dari kedua orangtua yaitu Siswanto dan Triwahyuni Setyaningsih itu sudah mandiri sejak S1.
"Saya sejak kecil sudah dilatih mandiri oleh orang tua. Mengenyam Pendidikan Menengah Pertama di Ponpes Al-Amien Prenduan Sumenep. Kemudian saat S1 nyambi-nyambi jualan majalah, menjadi trainer, menjadi tentor bimbel. Ini yang melatih karakter saya hingga hari ini," katanya.
Nanti ke depan Eric akan mengabdi untuk negara dan mengembangkan ilmu perbangkannya, “Saya akan mengabdi sebaik-baiknya dan terus meningkatkan kapasitas keilmuan saya untuk ummat, bangsa dan negara," pungkasnya.
Meski memiliki aktivitas yang super padat menjadi Branch Manager di BSI, aktif di lembaga sosial nasional menjadi Ketua Dewan Pengurus LAZ LMI, dan aktivitas lainnya, Eric tetap bisa menjalankan perannya dengan gigih. Berkat kegigihannya itulah Eric, sapaan akrabnya, dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Menurutnya, prestasi itu merupakan prestasi bersama. “Bersyukur karena prestasi ini merupakan pencapaian yang tidak serta merta prestasi pribadi. Ada doa orang tua, guru, istri, anak, dan para kolega," jelasnya saat ditemui pasca menerima penghargaan wisuda, Jumat 18 Agustus 2023.
Tantangan Bekerja Sekaligus Kuliah
Eric bercerita bahwa bekerja dan kuliah bukan sesuatu yang tidak mungkin dijalankan bersamaan, melainkan sangat bisa. Hanya saja perlu mengatur waktu yang tepat, manajemen baik, dan dukungan keluarga. Meski demikian kondisi pembelajaran secara daring saat pandemi Covid-19 kala itu menjadikannya sedikit lebih mudah.
"Tantangannya itu saat semua amanah dihadapkan dengan deadline dan semuanya harus tuntas dengan baik. Tapi karena pembelajaran saat Covid-19 secara online jadi bisa belajar dimanapun Dan tidak harus di kampus,” terangnya.
"Yang lebih sulit tentu saja saat menyelesaikan disertasi. Harus mencari data, mengolah data, menelaahanya, kemudian membandingkan dengan disertasi sebelumnya, jarang istirahat, waktu malam harus terus bergelut dengan data dan secepat mungkin merampungkannya, karena paginya sudah harus bekerja lagi," tutur salah satu wisudawan tercepat di angkatannya tersebut.
Pria asal Banyuwangi yang saat ini berumur 40 itu mengaku bahwa menyelesaikan doktor di usia 40 tahun tidaklah mudah. Perlu kerja ekstra untuk mereview setiap pembelajaran yang diberikan dosen,
"Terlebih saya ini seorang praktisi, bukan akademisi. Ilmu-ilmu di dunia pekerjaan, terkadang sedikit berbeda dengan teori di bangku kuliah, akhirnya saya perlu membaca ulang teori-teori yang digunakan untuk menunjang pembelajaran," kenangnya.
Kerja ekstra dan istiqomah itu tidak lahir dari beberapa tahun belakangan, melainkan ia pupuk sejak kecil. Pasalnya anak dari kedua orangtua yaitu Siswanto dan Triwahyuni Setyaningsih itu sudah mandiri sejak S1.
"Saya sejak kecil sudah dilatih mandiri oleh orang tua. Mengenyam Pendidikan Menengah Pertama di Ponpes Al-Amien Prenduan Sumenep. Kemudian saat S1 nyambi-nyambi jualan majalah, menjadi trainer, menjadi tentor bimbel. Ini yang melatih karakter saya hingga hari ini," katanya.
Nanti ke depan Eric akan mengabdi untuk negara dan mengembangkan ilmu perbangkannya, “Saya akan mengabdi sebaik-baiknya dan terus meningkatkan kapasitas keilmuan saya untuk ummat, bangsa dan negara," pungkasnya.
(wyn)