Cerita Apia, Anak Petani Gunung Lawu yang Mendapat Beasiswa S1 hingga S3 di UGM

Rabu, 06 September 2023 - 16:22 WIB
loading...
Cerita Apia, Anak Petani...
Apia Dewi Agustin, anak petani dari pedesaan Gunung Lawu mendapat beasiswa S1 hingga S3 di UGM. Foto/UGM.
A A A
JAKARTA - Kisah Apia Dewi Agustin (23) anak petani dari pedesaan Gunung Lawu, Magetan mematahkan stigma anak kampung dengan perekonomian terbatas sulit untuk kuliah. Tak tanggung-tanggung, Apia mendapat beasiswa S1 hingga S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dengan tekad kuat dan semangat yang tak pernah redup Apia berhasil lulus dari prodi S1 akuntansi FEB UGM dengan predikat cumlaude tahun 2022 silam.

Dia berhasil menyelesaikan kuliah jenjang sarjananya tanpa dipungut biaya pendidikan dengan memanfaatkan beasiswa Bidikmisi dan beasiswa KAFEGAMA (Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM).

Kelar S1, kini Apia berkesempatan melanjutkan studi pascasarjananya di UGM kembali tanpa bayar alias gratis. Tidak hanya di jenjang S2, wanita yang sempat bekerja sebagai Project Management Analyst di salah satu Multi National Company yang ada di Indonesia ini bahkan mendapatkan kesempatan emas untuk langsung melanjutkan studi hingga jenjang S3.

Baca juga: Riwayat Pendidikan Arsjad Rasjid, Anggota Kehormatan MWA Unpad yang Jadi Ketua TPN Ganjar Pranowo

“Alhamdullilah saya bisa meneruskan pendidikan master lanjut doktor melalui beasiswa PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemendikbudristek,” katanya, dikutip dari laman UGM, Rabu (6/9/2023).

Lahir dari Keluarga Sederhana Tak Surutkan Semangat untuk Kuliah


Apia lahir dari keluarga sangat sederhana di salah satu pelosok desa yang jauh dari pusat kota di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ayahnya hanyalah seorang petani yang tidak pernah menempuh pendidikan formal, lulus SD pun tidak.

Perekonomian keluarganya sempat goyah ketika sang ayah meninggal dunia saat Apia berada di semester 5 jenjang S1. Untuk hidup sehari-hari mereka pun mengandalkan hasil jualan dari toko kelontong kecil yang dikelola sang ibu yang hanya lulusan sekolah dasar.

“Dari jualan ibu itu ya hasilnya hanya pas-pasan saja untuk hidup sehari-hari,” tuturnya.

Namun begitu, kondisi tersebut justru menjadi pelecut semangat Aipa untuk tekun belajar dan berprestasi sejak bangku sekolah. Sejak SD hingga SMA, ia selalu menjadi bintang kelas. Peringkat pertama jarang lepas dari tangannya.

Bahkan ketika SMA, Apia sering mengikuti lomba dan menjadi juara umum selama tiga tahun berturut serta menjadi lulusan terbaik di salah satu SMA terbaik di daerahnya. Saat SMA pun ia mendapatkan beasiswa penuh untuk pembayaran SPP karena prestasinya tersebut.

Sadar dengan kondisi keluarga yang serba terbatas. Saat menjalani masa kuliah Apia tidak hanya berdiam diri, ia aktif melakukan kerja paruh waktu dengan menjadi asisten dosen, kelas, penelitian, hingga laboratorium untuk menambah ilmu dan tentunya uang saku.

Dengan segala kondisi keluarganya, Apia tidak sekalipun merasa berkecil hati. Justru ia sangat bersyukur, sebab kedua orang tuanya selalu mendukung untuk anaknya bisa meraih pendidikan setinggi mungkin. Hal itu menjadi semangat Apia untuk terus belajar tekun hingga bisa menyelesaikan studi S1 dan kembali melanjutkan studi pascasarjana di Akuntansi UGM dengan beasiswa secara penuh.

Baca juga: 10 Provinsi Ini Punya Penduduk Lulusan S3 Terbanyak, Ada Wilayahmu?

“Saya selalu ingat pesan bapak ibu. Meski orang tua tidak sekolah, anak-anak harus bisa sekolah sebab dibekali harta akan ada habisnya, tetapi jika dibekali ilmu akan abadi,” jelasnya.

Jalan Terjal Meraih Beasiswa


Dia mengungkapkan, jalan mendapatkan beasiswa yang ditujukan untuk menghasilkan doktor yang bermutu, mempercepat penambahan dosen bergelar doktor, dan juga mempercepat peningkatan publikasi internasional ini berlangsung sangat ketat.

Dia mengungkapkan, beasiswa ini hanya dibuka dua tahun sekali, dengan persyaratan lulusan pendaftar maksimal satu tahun terakhir untuk program sarjana, dan usia tidak lebih 24 tahun. Tidak hanya itu, beasiswa ini biasanya dibuka dua tahun sekali dan tidak semua universitas di Indonesia dapat menjadi mitra dari program ini.

Melalui program beasiswa ini, Apia menjadi salah satu dari 300 sarjana unggul yang beruntung untuk didik menjadi doktor muda dengan menempuh pendidikan pascasarjana secara akselerasi di jenjang S2 dan S3 maksimal 4 tahun mulai tahun 2023 ini.

Saat ini Apia sedang terdaftar sebagai mahasiswa semester 1 pascasarjana di Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM di program studi Akuntansi, di bawah bimbingan promotor Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D.

Apia juga tengah fokus memenuhi target-target belajarnya selama di UGM dan menjadi awardee PMDSU. Apia memiliki minat penelitian di bidang Akuntansi Keuangan, Sistem Informasi Akuntansi, dan Akuntansi Syariah.

Penelitiannya tentang Sistem Informasi Akuntansi wakaf yang ia kerjakan bersamaan dengan proyek dosen FEB yang dibiayai oleh LPDP juga telah mendapatkan hak kekayaan intelektual dari Kemenkumham.

Selain fokus pada akademik, Apia juga masih sangat aktif di berbagai kegiatan sosial pendidikan dan organisasi kemasyarakatan.

“Sekalipun dari pelosok desa, anak dari seorang petani yang tidak mendapatkan akses pendidikan formal, ekonomi pas-pasan, orang tua pun juga sudah tidak lengkap, tetap jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Kita berhak untuk bermimpi tinggi dan meraihnya. Doakan, semoga ilmu yang diperoleh berkah dan bisa selalu bermanfaat untuk sesama,” pesan Apia yang bercita-cita ingin menjadi akademisi dan peneliti.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7034 seconds (0.1#10.140)