12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puisi adalah susunan tulisan dan pemikiran yang terikat dengan rima, irama, larik, dan bait. Puisi juga bisa disusun berdasarkan tema tertentu, seperti cinta, kerinduan, kehidupan, dan rohani.
Puisi terdiri dari kumpulan kata dalam bentuk baris untuk menyampaikan kondisi atau perasaan yang sedang dipikirkan oleh penulisnya.
Pada tiap baris terakhir puisi berbunyi kata vokal, dan terkadang berupa konsonan. Ditulis dengan berbagai tema, puisi termasuk salah satu karya sastra yang memiliki berbagai makna.
Berikut 12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Adalah kamu bunyi bait-baitku
Kamulah warna syairku
Ruh semua puisiku
Piranti inspirasiku
Kaulah kesadaran limpahan karunia Allah padaku
Tiupan iman makin kencang menerpa kalbu
Hadirmu sulut tekad dunia akhiratku
Bidadari surgaku
Baca juga: 5 Channel YouTube yang Bikin Kamu Pintar Bahasa Inggris
Langit di kaca jendela
Bergoyang terarah
Ke mana wajah di kaca jendela
Yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Baru perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
Waktu henti ia tiada
Aku hanya sebutir debu
Yang memburamkan kilau
Tak pantas berada diatas suci
Tak bisa menghindar
Saat angin hembuskan aku untukmu
Lalu terbang
Aku hanya kecewa bagai hampa mengharap udara
Atau debu ditengah gersang mengharap hujan
Hentikan angin membawaku terbang
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercayai mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
Sendiri beralas sedu
Jalan senada riak air mendayu
Tunjuk langit pandang seribu
Kisah lampau kembali ke panca ibu
Rumpai daun genggam tangan
Langkah kaki terdengar tetes garam
Peluk hangat di jutawan rasa
Melesat pandangan dua insan
Genang kota adipura
Renang mentari ke pangkuan
Tugu sambut senyuman
Berbalik arah lingkaran kekhawatiran
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Berpijaklah di atas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lepaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalanmu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli saat itu itu mau telah siap atau tidak
Maka raihlah mimpi mu
Tak harus bergantung pada siapapun
Kamu adalah kamu
Jadilah dirimu sendiri
Tanpa bayangan siapapun
Biru si raga yang berisik
Simpan hal sampai jiwanya terusik
Bak tenggelam dalam malam
Mengais nafas terbit terbenam
Biru si raga yang ceria
Raib lekuk bibirnya
Melangkah bingung
Menetap kadung
Terkunci di bilik emosi
Harapkan tangan mengulur kemari
Ratusan hari sia-sia
Mimpinya terbakar realita
Malang
Baca juga: 10 Provinsi Ini Punya Angka Putus Sekolah Jenjang SMA Tertinggi di Indonesia
Sketsa wajahmu itu selalu saja merebak
Udara menjadi sesak penaku henti mendadak
Serangkaian kosakata di benakku pun luluh-lantak
Setiap itu pula aku tak tahu harus apa selain menunda dan menyaksikan tiap imaji yang tersisa
Malihrupa jadi jelaga
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemputlah abang di teluk Napoli
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur
Ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
Menyentuh arah siapa saja
Bukankah surat cinta ini berkisah
Berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
Dilepas embun dan cahaya
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
Dan masih peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
Dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu’
Apabila cinta tidak berhasil
Bebaskan dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
Dan terbang ke alam bebas lagi
Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya
Tapi ketika cinta itu mati
Kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang
Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Susunan batu yang bulat bentuknya
Berdiri kukuh menjaga senapan tua
Peluru menggeletak di atas meja
Menanti putusan pengunjungnya
Aku tahu sudah, di dalamnya
Tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
Terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
Ibu-ibu direnggut cintanya
Dan tak pernah kembali
Bukalah tutupnya
Senapan akan kembali berbunyi
Meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati
Ingatlah, sesudah sebuah perang
Selalu pertempuran yang baru
Melawan dirimu
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan lagi
Hidup hanyalah menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
Dan sendok yang patah. Makan,
Menghabiskan hatiku yang pecah.
Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah
Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan datang
memadamkan api di matanya
Ia akan merindukan rumahnya
Dan akan sering menengoknya
Lewat mesin pencari kenangan
Sebelum malam mimpinya
Baca juga: 10 Provinsi Ini Punya Angka Putus Sekolah Jenjang SMA Tertinggi di Indonesia
Berserakan di hamparan waktu
Suara monyet di dahan-dahan
Suara kalong menghalau petang
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan
Berloncatan di semak-semak rindu
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
Membelit kenangan terjal
Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug bertalu-talu
Terlahir karena terpilih
Berada di bumi karena takdir
Melangkah dengan menebar berkat
Menjadi terang karena tuntutan
Terpilih menjadi guru teladan
Berada di sekolah karena pilihan
Memberi ilmu dengan menebar senyum
Guru teladan yang menjadi terang
Bimbinganmu berikan cahaya hidupku
Cahaya yang selalu terangi hidupku
Guru
Kau tanamkan segala pelajaran tuk hidupku
Hingga kedamaian kurasa dalam hidupku
Guru
Tanpa lelah kau mengajariku
Tanpa lelah kau membimbingku
Mengarahkanku untuk melangkah maju
Untuk menempuh hidup yang utuh
Terima kasih guru
Atas semua pengajaranmu
Semoga jasamu terbalas oleh Tuhan
Kamu perhatian dan pandai
Dan Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, kamu adalah bintang
Ki Hajar Dewantara
Pahlawan penuh jasa
Memajukan Indonesia
Dengan pendidikan senjata
Pendidikan budi pekerti
Agar menjadi manusia luhur
Pendidikan ilmu pengetahuan
Agar negeri berkemajuan
Kami teruskan cita-citamu
Mensejahterakan Nusantara
Dipenuhi dengan cahaya
Cahya ilmu di dalam dada
Di bawah langit senja yang merah membara
Aku bersimpuh di dekat ladang yang subur
Mensyukuri kuningnya hamparan padi yang menggoda
Sebagai anugerah dari Sang Pencipta yang terhampar
Aku merenung dalam keindahan alam yang sempurna
Mensyukuri rezeki yang tumbuh dari tanah ini
Kuningmu mengingatkanku pada kebesaran-Nya
Yang memberi makan jutaan jiwa dan selalu diberkati
Ribuan hari telah terlewati
Namun merelakan dan mengikhlaskanmu
Masih saja kucoba
Lihatlah, ribuan lembaran rindu yang telah usang
Namun penaku tak pernah lelah Tak berhenti menulis segala rindu untukmu
Tak mengeluh menulis segala rasa untukmu
Tahukah Ibu?
Senja selalu kuharap berlalu cepat Agar terganti malam
Kupinta pada Sang Khalik
Agar mempertemukan kita Pada bunga-bunga tidur
Ayolah Bu, jangan terlalu sibuk
Sudah sangat lama bukan, kita tak bertemu?
Menahan rindu, sungguh menyiksa bu
Hingga atma laksana lakuna
Malam nan suci dan sepi
Menarikku untuk keluar rumah
Aku pandangi langit malam
Ternyata bertaburan Bintang yang tak terhitung jumlahnya
Andaikan Aku seorang bidadari
Akan Aku bawa diriku dan sahabatku untuk menari di atas sana
Kuraih sebuah bintang terindah
Dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku
Merenda sebuah tali kasih
Kusimpul menjadi satu hati
Gambaran jiwa yang terluka
Bagai langit menatap sendu
Kala bias cinta menghilang
Sakit itu pun datang tanpa permisi Rembulan tak menyisakan senyum
Bersama malam, kudekap lirih hati kerinduan
Cinta ibu dan ayah
Dalam dinginnya malam
Aku terbangun dan menjerit
Membayangkan ketakutan itu sirna
Saat ibu dan ayah datang mendekat
Pelukan hangat keluarga
Menjadi pahlawanku
Dengan penuh cinta dan kasih sayang
Demikian tadi sejumlah puisi berbagai tema yang bisa kalian jadikan referensi. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
MG/Shandya Pricilla
Puisi terdiri dari kumpulan kata dalam bentuk baris untuk menyampaikan kondisi atau perasaan yang sedang dipikirkan oleh penulisnya.
Pada tiap baris terakhir puisi berbunyi kata vokal, dan terkadang berupa konsonan. Ditulis dengan berbagai tema, puisi termasuk salah satu karya sastra yang memiliki berbagai makna.
Berikut 12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
1. Tema Islami
Sajadah Panjang - Taufiq Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Bidadari Surga - Pencilspirit
Adalah kamu bunyi bait-baitku
Kamulah warna syairku
Ruh semua puisiku
Piranti inspirasiku
Kaulah kesadaran limpahan karunia Allah padaku
Tiupan iman makin kencang menerpa kalbu
Hadirmu sulut tekad dunia akhiratku
Bidadari surgaku
Baca juga: 5 Channel YouTube yang Bikin Kamu Pintar Bahasa Inggris
2. Tema Kehidupan
Dalam Bis - Sapardi
Langit di kaca jendela
Bergoyang terarah
Ke mana wajah di kaca jendela
Yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Baru perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
Waktu henti ia tiada
Sebutir Debu - Florizty Anshari
Aku hanya sebutir debu
Yang memburamkan kilau
Tak pantas berada diatas suci
Tak bisa menghindar
Saat angin hembuskan aku untukmu
Lalu terbang
Aku hanya kecewa bagai hampa mengharap udara
Atau debu ditengah gersang mengharap hujan
Hentikan angin membawaku terbang
Sia-Sia - Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi
Senja di Pelabuhan Kecil - Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercayai mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
Sendiri Beralas Sedu - Zuhair Hafizh
Sendiri beralas sedu
Jalan senada riak air mendayu
Tunjuk langit pandang seribu
Kisah lampau kembali ke panca ibu
Rumpai daun genggam tangan
Langkah kaki terdengar tetes garam
Peluk hangat di jutawan rasa
Melesat pandangan dua insan
Genang kota adipura
Renang mentari ke pangkuan
Tugu sambut senyuman
Berbalik arah lingkaran kekhawatiran
Perjalanan Abadi - Nia Bayu Apriani
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Jadilah Dirimu Sendiri - Siti Linda
Berpijaklah di atas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lepaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalanmu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli saat itu itu mau telah siap atau tidak
Maka raihlah mimpi mu
Tak harus bergantung pada siapapun
Kamu adalah kamu
Jadilah dirimu sendiri
Tanpa bayangan siapapun
Malang - Na28
Biru si raga yang berisik
Simpan hal sampai jiwanya terusik
Bak tenggelam dalam malam
Mengais nafas terbit terbenam
Biru si raga yang ceria
Raib lekuk bibirnya
Melangkah bingung
Menetap kadung
Terkunci di bilik emosi
Harapkan tangan mengulur kemari
Ratusan hari sia-sia
Mimpinya terbakar realita
Malang
Baca juga: 10 Provinsi Ini Punya Angka Putus Sekolah Jenjang SMA Tertinggi di Indonesia
3. Tema Cinta
Sontak - Ilham P.S
Setiap hendak menulis sajakSketsa wajahmu itu selalu saja merebak
Udara menjadi sesak penaku henti mendadak
Serangkaian kosakata di benakku pun luluh-lantak
Setiap itu pula aku tak tahu harus apa selain menunda dan menyaksikan tiap imaji yang tersisa
Malihrupa jadi jelaga
Lagu Gadis Itali - Sitor Situmorang
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemputlah abang di teluk Napoli
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur
Surat Cinta - Goenawan Mohamad
Bukankah surat cinta ini ditulisDitulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
Menyentuh arah siapa saja
Bukankah surat cinta ini berkisah
Berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
Dilepas embun dan cahaya
Aku Ingin - Sapardi Djoko Samono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Cinta yang Agung - Kahlil Gibran
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
Dan masih peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
Dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu’
Apabila cinta tidak berhasil
Bebaskan dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
Dan terbang ke alam bebas lagi
Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya
Tapi ketika cinta itu mati
Kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang
Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
4. Tema Perjuangan
Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu - Widji Thukul
Apa guna punya ilmuKalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Museum Perjuangan - Kuntowijoyo
Susunan batu yang bulat bentuknya
Berdiri kukuh menjaga senapan tua
Peluru menggeletak di atas meja
Menanti putusan pengunjungnya
Aku tahu sudah, di dalamnya
Tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
Terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
Ibu-ibu direnggut cintanya
Dan tak pernah kembali
Bukalah tutupnya
Senapan akan kembali berbunyi
Meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati
Ingatlah, sesudah sebuah perang
Selalu pertempuran yang baru
Melawan dirimu
5. Tema Kesedihan
Derai-Derai Cemara - Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauhTerasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan lagi
Hidup hanyalah menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Elegi - Joko Pinurbo
Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
Dan sendok yang patah. Makan,
Menghabiskan hatiku yang pecah.
Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah
Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan datang
memadamkan api di matanya
Ia akan merindukan rumahnya
Dan akan sering menengoknya
Lewat mesin pencari kenangan
Sebelum malam mimpinya
Baca juga: 10 Provinsi Ini Punya Angka Putus Sekolah Jenjang SMA Tertinggi di Indonesia
6. Tema Hutan
Hutan Karet - Joko Pinurbo
Daun-daun karet berserakanBerserakan di hamparan waktu
Suara monyet di dahan-dahan
Suara kalong menghalau petang
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan
Berloncatan di semak-semak rindu
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
Membelit kenangan terjal
Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug bertalu-talu
7. Tema Pendidikan
Guru - David Aribowo
Terlahir karena terpilih
Berada di bumi karena takdir
Melangkah dengan menebar berkat
Menjadi terang karena tuntutan
Terpilih menjadi guru teladan
Berada di sekolah karena pilihan
Memberi ilmu dengan menebar senyum
Guru teladan yang menjadi terang
Keikhlasan Guru - Eka Pratiwi
Bimbinganmu berikan cahaya hidupku
Cahaya yang selalu terangi hidupku
Guru
Kau tanamkan segala pelajaran tuk hidupku
Hingga kedamaian kurasa dalam hidupku
Guru
Tanpa lelah kau mengajariku
Tanpa lelah kau membimbingku
Mengarahkanku untuk melangkah maju
Untuk menempuh hidup yang utuh
Terima kasih guru
Atas semua pengajaranmu
Semoga jasamu terbalas oleh Tuhan
Bintang - Chairil Anwar
Kamu memahami muridmuKamu perhatian dan pandai
Dan Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, kamu adalah bintang
Ki Hajar Dewantara - Anna Noer Jannah
Ki Hajar Dewantara
Pahlawan penuh jasa
Memajukan Indonesia
Dengan pendidikan senjata
Pendidikan budi pekerti
Agar menjadi manusia luhur
Pendidikan ilmu pengetahuan
Agar negeri berkemajuan
Kami teruskan cita-citamu
Mensejahterakan Nusantara
Dipenuhi dengan cahaya
Cahya ilmu di dalam dada
8. Tema Alam
Hamparan Padi di Bawah Langit Senja - Mochammad Ronaldy Aji Saputra
Di bawah langit senja yang merah membara
Aku bersimpuh di dekat ladang yang subur
Mensyukuri kuningnya hamparan padi yang menggoda
Sebagai anugerah dari Sang Pencipta yang terhampar
Aku merenung dalam keindahan alam yang sempurna
Mensyukuri rezeki yang tumbuh dari tanah ini
Kuningmu mengingatkanku pada kebesaran-Nya
Yang memberi makan jutaan jiwa dan selalu diberkati
9. Tema Kerinduan pada Ayah
Rindu di Ujung Senja - Sarlota Yuspin Lolo
Ribuan hari telah terlewati
Namun merelakan dan mengikhlaskanmu
Masih saja kucoba
Lihatlah, ribuan lembaran rindu yang telah usang
Namun penaku tak pernah lelah Tak berhenti menulis segala rindu untukmu
Tak mengeluh menulis segala rasa untukmu
Tahukah Ibu?
Senja selalu kuharap berlalu cepat Agar terganti malam
Kupinta pada Sang Khalik
Agar mempertemukan kita Pada bunga-bunga tidur
Ayolah Bu, jangan terlalu sibuk
Sudah sangat lama bukan, kita tak bertemu?
Menahan rindu, sungguh menyiksa bu
Hingga atma laksana lakuna
10. Tema Persahabatan
Bintang untuk Sahabat - Siti Halimah
Malam nan suci dan sepi
Menarikku untuk keluar rumah
Aku pandangi langit malam
Ternyata bertaburan Bintang yang tak terhitung jumlahnya
Andaikan Aku seorang bidadari
Akan Aku bawa diriku dan sahabatku untuk menari di atas sana
Kuraih sebuah bintang terindah
Dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku
11. Tema Kerinduan
Kerinduan - Khalil Gibran
Merenda sebuah tali kasih
Kusimpul menjadi satu hati
Gambaran jiwa yang terluka
Bagai langit menatap sendu
Kala bias cinta menghilang
Sakit itu pun datang tanpa permisi Rembulan tak menyisakan senyum
Bersama malam, kudekap lirih hati kerinduan
12. Tema Keluarga
Ibu dan AyahCinta ibu dan ayah
Dalam dinginnya malam
Aku terbangun dan menjerit
Membayangkan ketakutan itu sirna
Saat ibu dan ayah datang mendekat
Pelukan hangat keluarga
Menjadi pahlawanku
Dengan penuh cinta dan kasih sayang
Demikian tadi sejumlah puisi berbagai tema yang bisa kalian jadikan referensi. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
MG/Shandya Pricilla
(nnz)