12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
loading...

12 contoh puisi pendek dengan berbagai tema. Mulai dari tema islami hingga keluarga. Foto/Freepik.
A
A
A
JAKARTA - Puisi adalah susunan tulisan dan pemikiran yang terikat dengan rima, irama, larik, dan bait. Puisi juga bisa disusun berdasarkan tema tertentu, seperti cinta, kerinduan, kehidupan, dan rohani.
Puisi terdiri dari kumpulan kata dalam bentuk baris untuk menyampaikan kondisi atau perasaan yang sedang dipikirkan oleh penulisnya.
Pada tiap baris terakhir puisi berbunyi kata vokal, dan terkadang berupa konsonan. Ditulis dengan berbagai tema, puisi termasuk salah satu karya sastra yang memiliki berbagai makna.
Berikut 12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Adalah kamu bunyi bait-baitku
Kamulah warna syairku
Ruh semua puisiku
Piranti inspirasiku
Kaulah kesadaran limpahan karunia Allah padaku
Tiupan iman makin kencang menerpa kalbu
Hadirmu sulut tekad dunia akhiratku
Bidadari surgaku
Baca juga: 5 Channel YouTube yang Bikin Kamu Pintar Bahasa Inggris
Langit di kaca jendela
Bergoyang terarah
Ke mana wajah di kaca jendela
Yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Baru perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
Waktu henti ia tiada
Aku hanya sebutir debu
Yang memburamkan kilau
Tak pantas berada diatas suci
Tak bisa menghindar
Saat angin hembuskan aku untukmu
Lalu terbang
Aku hanya kecewa bagai hampa mengharap udara
Atau debu ditengah gersang mengharap hujan
Hentikan angin membawaku terbang
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercayai mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
Sendiri beralas sedu
Jalan senada riak air mendayu
Tunjuk langit pandang seribu
Kisah lampau kembali ke panca ibu
Rumpai daun genggam tangan
Langkah kaki terdengar tetes garam
Peluk hangat di jutawan rasa
Melesat pandangan dua insan
Genang kota adipura
Renang mentari ke pangkuan
Tugu sambut senyuman
Berbalik arah lingkaran kekhawatiran
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Berpijaklah di atas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lepaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalanmu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli saat itu itu mau telah siap atau tidak
Maka raihlah mimpi mu
Tak harus bergantung pada siapapun
Kamu adalah kamu
Jadilah dirimu sendiri
Tanpa bayangan siapapun
Biru si raga yang berisik
Simpan hal sampai jiwanya terusik
Bak tenggelam dalam malam
Mengais nafas terbit terbenam
Biru si raga yang ceria
Raib lekuk bibirnya
Melangkah bingung
Menetap kadung
Terkunci di bilik emosi
Harapkan tangan mengulur kemari
Ratusan hari sia-sia
Mimpinya terbakar realita
Malang
Puisi terdiri dari kumpulan kata dalam bentuk baris untuk menyampaikan kondisi atau perasaan yang sedang dipikirkan oleh penulisnya.
Pada tiap baris terakhir puisi berbunyi kata vokal, dan terkadang berupa konsonan. Ditulis dengan berbagai tema, puisi termasuk salah satu karya sastra yang memiliki berbagai makna.
Berikut 12 Contoh Puisi Pendek dengan Berbagai Tema
1. Tema Islami
Sajadah Panjang - Taufiq Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Bidadari Surga - Pencilspirit
Adalah kamu bunyi bait-baitku
Kamulah warna syairku
Ruh semua puisiku
Piranti inspirasiku
Kaulah kesadaran limpahan karunia Allah padaku
Tiupan iman makin kencang menerpa kalbu
Hadirmu sulut tekad dunia akhiratku
Bidadari surgaku
Baca juga: 5 Channel YouTube yang Bikin Kamu Pintar Bahasa Inggris
2. Tema Kehidupan
Dalam Bis - Sapardi
Langit di kaca jendela
Bergoyang terarah
Ke mana wajah di kaca jendela
Yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Baru perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
Waktu henti ia tiada
Sebutir Debu - Florizty Anshari
Aku hanya sebutir debu
Yang memburamkan kilau
Tak pantas berada diatas suci
Tak bisa menghindar
Saat angin hembuskan aku untukmu
Lalu terbang
Aku hanya kecewa bagai hampa mengharap udara
Atau debu ditengah gersang mengharap hujan
Hentikan angin membawaku terbang
Sia-Sia - Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi
Senja di Pelabuhan Kecil - Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercayai mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
Sendiri Beralas Sedu - Zuhair Hafizh
Sendiri beralas sedu
Jalan senada riak air mendayu
Tunjuk langit pandang seribu
Kisah lampau kembali ke panca ibu
Rumpai daun genggam tangan
Langkah kaki terdengar tetes garam
Peluk hangat di jutawan rasa
Melesat pandangan dua insan
Genang kota adipura
Renang mentari ke pangkuan
Tugu sambut senyuman
Berbalik arah lingkaran kekhawatiran
Perjalanan Abadi - Nia Bayu Apriani
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Jadilah Dirimu Sendiri - Siti Linda
Berpijaklah di atas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lepaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalanmu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli saat itu itu mau telah siap atau tidak
Maka raihlah mimpi mu
Tak harus bergantung pada siapapun
Kamu adalah kamu
Jadilah dirimu sendiri
Tanpa bayangan siapapun
Malang - Na28
Biru si raga yang berisik
Simpan hal sampai jiwanya terusik
Bak tenggelam dalam malam
Mengais nafas terbit terbenam
Biru si raga yang ceria
Raib lekuk bibirnya
Melangkah bingung
Menetap kadung
Terkunci di bilik emosi
Harapkan tangan mengulur kemari
Ratusan hari sia-sia
Mimpinya terbakar realita
Malang
Lihat Juga :