Berkah Doa Ibu, Ini Kisah Mujab, Alumnus UI Penerima Beasiswa LPDP ke Inggris
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beasiswa LPDP telah banyak mengantarkan anak bangsa untuk melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi dunia . Ini salah satu kisah penerimanya, Muhammad Syaeful Mujab.
Muhammad Syaeful Mujab atau akrab disapa Mujab lahir dan tumbuh di keluarga prasejahtera. Namun lahir dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya patah arang untuk menempuh studi setinggi-tingginya.
Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN
Dikutip dari Instagram LPDP. Mujab mengatakan, meski selalu mendapatkan beasiswa dari #UangKita saat dia sekolah, namun ibunya tetap bekerja di Malaysia demi memenuhi kebutuhan hidup.
Tak ingin ibunda tercintanya berjuang sendiri, Mujab pun mencari penghasilan tambahan semasa dia kuliah di Universitas Indonesia (UI).
Foto/Instagram @mujabms
"Buat bantu survive, apalagi pas kuliah di UI aku dikit-dikit ngajar les, ikutan lomba sana-sini biar dapet uang, sama jadi MC acara-acara sampe wedding," kata Mujab.
Ya Mujab adalah alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI. Baginya, memilih kuliah di UI bukan juga hal yang mulus. Sebab para anggota keluarganya lebih mendorong Mujab untuk kuliah di sekolah kedinasan yang kuliahnya gratis.
Namun hanya perlu restu Sang Ibu untuk menguatkan hati dan menuntaskan pilihannya untuk studi itu. Ibunya pun terus bekerja walau di negeri orang demi alasan sederhana, agar anaknya bisa terus sekolah.
"Bicara soal pendidikan, ibu jujur ga knowledgeable. Pas aku pamer IPK semester 1 aja beliau malah nanya balik "kok nilainya dikit sekali mas" alias ngertinya IPK itu paling gede itu 100 atau 10, bukan 4," cerita Mujab.
Baca juga: Kemenag Siapkan Beasiswa Bantuan Penyelesaian Pendidikan S2 dan S3
Bagi Mujab, untuk memilih berkuliah di FISIP-UI bukan juga hal yang mulus. Banyak di antara para keluarga lebih mengarahkan Mujab untuk bersekolah di kedinasan agar tak banyak biaya, namun hanya perlu restu Sang Ibu untuk menguatkan hati dan menuntaskan pilihannya.
Kesempatan berkuliah di Kampus Perjuangan itu tak pernah disia-siakan Mujab. Berbagai tantangan ia jajal termasuk menjadi Presiden BEM UI. Meskipun berpotensi memundurkan timeline kuliahnya, lagi-lagi restu Ibu menguatkan pilihannya.
Pengorbanan yang harus Mujab lakukan demi nyalon sebagai Ketua BEM UI adalah harus kehilangan kesempatan lulus cumlaude. Namun dia tetap melaju karena ingin belajar memimpin dan mengabdi meskipun dia harus menambah semester kuliah untuk mencalonkan diri.
Foto/Instagram @mujabms
Muhammad Syaeful Mujab atau akrab disapa Mujab lahir dan tumbuh di keluarga prasejahtera. Namun lahir dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya patah arang untuk menempuh studi setinggi-tingginya.
Ditinggal Ibu Merantau menjadi PMI di Malaysia sejak Kelas 1 SMP
Awalnya Mujab tak pernah berani bermimpi bisa kuliah ke luar negeri. Sebab untuk menyekolahkan anaknya saja, sang ibunda mesti terbang ke negeri jiran, menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN
Dikutip dari Instagram LPDP. Mujab mengatakan, meski selalu mendapatkan beasiswa dari #UangKita saat dia sekolah, namun ibunya tetap bekerja di Malaysia demi memenuhi kebutuhan hidup.
Tak ingin ibunda tercintanya berjuang sendiri, Mujab pun mencari penghasilan tambahan semasa dia kuliah di Universitas Indonesia (UI).
Foto/Instagram @mujabms
"Buat bantu survive, apalagi pas kuliah di UI aku dikit-dikit ngajar les, ikutan lomba sana-sini biar dapet uang, sama jadi MC acara-acara sampe wedding," kata Mujab.
Ya Mujab adalah alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI. Baginya, memilih kuliah di UI bukan juga hal yang mulus. Sebab para anggota keluarganya lebih mendorong Mujab untuk kuliah di sekolah kedinasan yang kuliahnya gratis.
Namun hanya perlu restu Sang Ibu untuk menguatkan hati dan menuntaskan pilihannya untuk studi itu. Ibunya pun terus bekerja walau di negeri orang demi alasan sederhana, agar anaknya bisa terus sekolah.
Dukungan Seorang Ibu adalah Privilese Buat Mujab
"Bicara soal pendidikan, ibu jujur ga knowledgeable. Pas aku pamer IPK semester 1 aja beliau malah nanya balik "kok nilainya dikit sekali mas" alias ngertinya IPK itu paling gede itu 100 atau 10, bukan 4," cerita Mujab.
Baca juga: Kemenag Siapkan Beasiswa Bantuan Penyelesaian Pendidikan S2 dan S3
Bagi Mujab, untuk memilih berkuliah di FISIP-UI bukan juga hal yang mulus. Banyak di antara para keluarga lebih mengarahkan Mujab untuk bersekolah di kedinasan agar tak banyak biaya, namun hanya perlu restu Sang Ibu untuk menguatkan hati dan menuntaskan pilihannya.
Kesempatan berkuliah di Kampus Perjuangan itu tak pernah disia-siakan Mujab. Berbagai tantangan ia jajal termasuk menjadi Presiden BEM UI. Meskipun berpotensi memundurkan timeline kuliahnya, lagi-lagi restu Ibu menguatkan pilihannya.
Pengorbanan yang harus Mujab lakukan demi nyalon sebagai Ketua BEM UI adalah harus kehilangan kesempatan lulus cumlaude. Namun dia tetap melaju karena ingin belajar memimpin dan mengabdi meskipun dia harus menambah semester kuliah untuk mencalonkan diri.
Foto/Instagram @mujabms