Sempat Gagal Kuliah, Anak Tukang Pijat Ini Berhasil Diterima di UM dengan KIP-K
loading...
A
A
A
JAKARTA - KIP Kuliah diberikan kepada calon mahasiswa yang juga menjadi penerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Salah satu penerima kedua program bantuan pembiayaan pendidikan ini adalah Ayu Pramitha.
Ayu Pramitha adalah mahasiswi yang saat ini kuliah semester 3 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (UM). Mitha panggilan akrabnya mengaku pernah tidak diterima di seleksi penerimaan mahasiswa baru di tahun 2021.
Anak bungsu dari tiga bersaudara itu mengaku sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk bisa kuliah. Ibunya hanya penjahit kecil-kecilan di rumahnya dan ayahnya hanya tukang pijit keliling dengan penghasilan yang tidak menentu.
Rumah orang tuanya Mitha sangat sederhana, menyatu dengan rumah neneknya dan bibinya. Sebuah ruangan berukuran kira-kira 2 x4 meter dan berdinding bata merah yang sudah kusam di pojok rumahnya dimanfaatkan ibunya untuk usaha menjahit.
Baca juga: Anak Tukang Sayur Ini Berhasil Meraih IPK Tertinggi di Unej
"Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos," katanya, dikutip dari laman Puslapdik, Selasa (7/11/2023).
Mahasiswi UM asal Desa Kebobang, Kecamatan Wonosaro, Malang ini menjatuhkan piliihan untuk menuntut ilmu Akuntansi karena senang dengan pelajaran Matematika, pelajaran yang dianggap horor oleh sebagian siswa.
Namun dia mengungkapkan, ia tertarik untuk masuk Prodi Farmasi dan mencoba daftar pada prodi Farmasi pada 2021, tapi sayangnya impiannya kandas. Oleh karena itu, pada 2022 ia mencoba lagi dengan pilihan Prodi Akuntansi dan berhasil.
“Saya bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi dengan bantuan KIP Kuliah, sebab kalau tidak ada KIP Kuliah, saya tentu tidak bisa kuliah, mungkin saya langsung kerja lulus SMA atau mencoba usaha," ujarnya.
Baca juga: Terdata di PDDikti Jadi Syarat Wajib Mahasiswa Penerima KIP Kuliah
Bantuan KIP Kuliah yang diterimanya digunakan betul oleh Mitha untuk membantu perkuliahan, termasuk membeli laptop. Beruntung, sejak di sekolah di SMAN 1 Malang, Mitha tinggal di rumah Pakliknya, di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tak begitu jauh dari kampus UM sehingga tak perlu nge-kost.
“Hanya saya yang bisa kuliah,kedua orang kakak saya hanya tamat SMA, “ujar Mitha.
Semangat untuk kuliah juga ditunjukkan dengan nilai IPKnya pada semester 2 mencapai 3,5. Menurut Mitha, bantuan KIP Kuliah yang diterimanya dituntut untuk berprestasi atau setidaknya memiliki nilai-nilai yang baik.
“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “ungkapnya.
Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa. Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa.
“Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, “ujarnya.
Ibu Mitha, Siti Arofah, merasa bersyukur dan berbahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi. Sebab di antara saudara dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang menikmati bangku perguruan tinggi.
“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif," jelas Arofah.
Namun, Arofah beruntung, keluarganya yang ikut Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah.
Ayu Pramitha adalah mahasiswi yang saat ini kuliah semester 3 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (UM). Mitha panggilan akrabnya mengaku pernah tidak diterima di seleksi penerimaan mahasiswa baru di tahun 2021.
Anak bungsu dari tiga bersaudara itu mengaku sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk bisa kuliah. Ibunya hanya penjahit kecil-kecilan di rumahnya dan ayahnya hanya tukang pijit keliling dengan penghasilan yang tidak menentu.
Rumah orang tuanya Mitha sangat sederhana, menyatu dengan rumah neneknya dan bibinya. Sebuah ruangan berukuran kira-kira 2 x4 meter dan berdinding bata merah yang sudah kusam di pojok rumahnya dimanfaatkan ibunya untuk usaha menjahit.
Baca juga: Anak Tukang Sayur Ini Berhasil Meraih IPK Tertinggi di Unej
"Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos," katanya, dikutip dari laman Puslapdik, Selasa (7/11/2023).
Mahasiswi UM asal Desa Kebobang, Kecamatan Wonosaro, Malang ini menjatuhkan piliihan untuk menuntut ilmu Akuntansi karena senang dengan pelajaran Matematika, pelajaran yang dianggap horor oleh sebagian siswa.
Namun dia mengungkapkan, ia tertarik untuk masuk Prodi Farmasi dan mencoba daftar pada prodi Farmasi pada 2021, tapi sayangnya impiannya kandas. Oleh karena itu, pada 2022 ia mencoba lagi dengan pilihan Prodi Akuntansi dan berhasil.
“Saya bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi dengan bantuan KIP Kuliah, sebab kalau tidak ada KIP Kuliah, saya tentu tidak bisa kuliah, mungkin saya langsung kerja lulus SMA atau mencoba usaha," ujarnya.
Baca juga: Terdata di PDDikti Jadi Syarat Wajib Mahasiswa Penerima KIP Kuliah
Bantuan KIP Kuliah yang diterimanya digunakan betul oleh Mitha untuk membantu perkuliahan, termasuk membeli laptop. Beruntung, sejak di sekolah di SMAN 1 Malang, Mitha tinggal di rumah Pakliknya, di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tak begitu jauh dari kampus UM sehingga tak perlu nge-kost.
“Hanya saya yang bisa kuliah,kedua orang kakak saya hanya tamat SMA, “ujar Mitha.
Semangat untuk kuliah juga ditunjukkan dengan nilai IPKnya pada semester 2 mencapai 3,5. Menurut Mitha, bantuan KIP Kuliah yang diterimanya dituntut untuk berprestasi atau setidaknya memiliki nilai-nilai yang baik.
“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “ungkapnya.
Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa. Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa.
“Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, “ujarnya.
Ibu Mitha, Siti Arofah, merasa bersyukur dan berbahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi. Sebab di antara saudara dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang menikmati bangku perguruan tinggi.
“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif," jelas Arofah.
Namun, Arofah beruntung, keluarganya yang ikut Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah.
(nnz)