5 Alasan Merosotnya Pendidikan Karakter yang Jadi Perhatian Capres Nomor 3 Ganjar Pranowo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyoroti pentingnya pembentukan karakter bangsa dan pendidikan karakter dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Dalam acara Gagas RI di Universitas Airlangga, Rabu (22/11/2023), Ganjar menekankan bahwa karakter dan budi pekerti kuat dapat mencegah politik identitas, politik kelompok, black campaign, dan politik separatis.
Dalam upayanya membangun karakter bangsa, Ganjar berencana melakukan hilirisasi penelitian untuk mengembangkan hasil riset dan inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan bahwa jumlah peneliti di Indonesia masih rendah, yaitu 79.000 dengan anggaran hanya 0,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Perbandingan ini dengan negara tetangga, seperti Thailand, yang memiliki 189.000 peneliti dengan anggaran 1,1% terhadap PDB, menunjukkan kesenjangan yang perlu segera diatasi.
Menurut Ganjar, pengembangan karakter bangsa juga harus didukung oleh teladan dari pemimpin. Tanpa hal itu, masyarakat tidak akan mendapatkan lead figure yang jadi contoh atau teladan yang baik. "Harus diberikan contoh dan teladan dari pemimpinnya." ujar Ganjar dikutip dari salah satu media nasional.
Selain di Universitas Airlangga, pada dialog terbuka yang diadakan oleh Organisasi Masyarakat Islam Muhammadiyah, Rabu (23/11/2023), Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD banyak menyampaikan gagasan tentang masa depan Indonesia.
Ganjar menyoroti kemerosotan pendidikan karakter di Indonesia, menghubungkannya dengan persekusi terhadap kelompok rentan seperti perempuan, disabilitas, etnis, dan kepercayaan minoritas. "Persekusi semua berjalan, seolah-olah kita kedodoran akan hal itu. Kenapa ini bisa terjadi? karena pendidikan karakter," ujar Ganjar.
Ia menggarisbawahi perlunya perhatian serius terhadap pendidikan karakter, yang dapat membangun kesadaran akan hak dan kewajiban setiap individu. Perhatian mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode ini terhadap kemerosotan pendidikan karakter menjadi suatu urgensi bahwa harus ada mindset yang diperbaiki oleh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, sebelum solusi-solusinya harus dirancang, perlu dlihat terlebih dahulu apa saja penyebab terjadinya kemerosotan pendidikan karakter masyarakat Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber.
Pengaruh teknologi dan digitalisasi dapat memberikan dampak negatif pada karakter siswa, seperti kecanduan gawai, kurangnya interaksi sosial, dan ketidakmampuan mengelola informasi yang diperoleh dari internet.
Adanya krisis moral dan etika dalam masyarakat bisa mempengaruhi pendidikan karakter. Kondisi sosial yang tidak stabil dan kurangnya contoh positif dari lingkungan sekitar dapat merusak pembentukan karakter.
Terlalu banyak penekanan pada pendidikan formal dan kurangnya perhatian terhadap pendidikan nonformal, seperti kegiatan ekstrakurikuler, dapat mengurangi kesempatan untuk mengembangkan karakter siswa di luar lingkungan kelas.
Peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak dapat menjadi faktor yang menghambat perkembangan karakter positif.
Ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dapat menghambat pengembangan karakter karena beberapa kelompok masyarakat mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.
Demikian beberapa faktor atau alasan merosotnya pendidikan karakter di Indonesia. Dalam menghadapi tantangan kemerosotan pendidikan karakter di Indonesia, Ganjar Pranowo menyoroti perlunya perhatian serius terhadap pembentukan karakter bangsa.
Melalui inisiatif hilirisasi penelitian dan pengembangan hasil riset, serta penekanan pada teladan pemimpin, Ganjar berupaya membangun masyarakat yang memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat.
Dalam upayanya membangun karakter bangsa, Ganjar berencana melakukan hilirisasi penelitian untuk mengembangkan hasil riset dan inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan bahwa jumlah peneliti di Indonesia masih rendah, yaitu 79.000 dengan anggaran hanya 0,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Perbandingan ini dengan negara tetangga, seperti Thailand, yang memiliki 189.000 peneliti dengan anggaran 1,1% terhadap PDB, menunjukkan kesenjangan yang perlu segera diatasi.
Menurut Ganjar, pengembangan karakter bangsa juga harus didukung oleh teladan dari pemimpin. Tanpa hal itu, masyarakat tidak akan mendapatkan lead figure yang jadi contoh atau teladan yang baik. "Harus diberikan contoh dan teladan dari pemimpinnya." ujar Ganjar dikutip dari salah satu media nasional.
Selain di Universitas Airlangga, pada dialog terbuka yang diadakan oleh Organisasi Masyarakat Islam Muhammadiyah, Rabu (23/11/2023), Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD banyak menyampaikan gagasan tentang masa depan Indonesia.
Ganjar menyoroti kemerosotan pendidikan karakter di Indonesia, menghubungkannya dengan persekusi terhadap kelompok rentan seperti perempuan, disabilitas, etnis, dan kepercayaan minoritas. "Persekusi semua berjalan, seolah-olah kita kedodoran akan hal itu. Kenapa ini bisa terjadi? karena pendidikan karakter," ujar Ganjar.
Ia menggarisbawahi perlunya perhatian serius terhadap pendidikan karakter, yang dapat membangun kesadaran akan hak dan kewajiban setiap individu. Perhatian mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode ini terhadap kemerosotan pendidikan karakter menjadi suatu urgensi bahwa harus ada mindset yang diperbaiki oleh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, sebelum solusi-solusinya harus dirancang, perlu dlihat terlebih dahulu apa saja penyebab terjadinya kemerosotan pendidikan karakter masyarakat Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber.
5 Alasan Merosotnya Pendidikan Karakter di Indonesia yang Jadi Perhatian Ganjar Pranowo
1. Tantangan Teknologi dan Digitalisasi
Pengaruh teknologi dan digitalisasi dapat memberikan dampak negatif pada karakter siswa, seperti kecanduan gawai, kurangnya interaksi sosial, dan ketidakmampuan mengelola informasi yang diperoleh dari internet.
2. Krisis Moral dan Etika
Adanya krisis moral dan etika dalam masyarakat bisa mempengaruhi pendidikan karakter. Kondisi sosial yang tidak stabil dan kurangnya contoh positif dari lingkungan sekitar dapat merusak pembentukan karakter.
3. Ketidakseimbangan Pendidikan Formal dan Nonformal
Terlalu banyak penekanan pada pendidikan formal dan kurangnya perhatian terhadap pendidikan nonformal, seperti kegiatan ekstrakurikuler, dapat mengurangi kesempatan untuk mengembangkan karakter siswa di luar lingkungan kelas.
4. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua
Peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak dapat menjadi faktor yang menghambat perkembangan karakter positif.
5. Ketidaksetaraan Akses Pendidikan
Ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dapat menghambat pengembangan karakter karena beberapa kelompok masyarakat mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.
Demikian beberapa faktor atau alasan merosotnya pendidikan karakter di Indonesia. Dalam menghadapi tantangan kemerosotan pendidikan karakter di Indonesia, Ganjar Pranowo menyoroti perlunya perhatian serius terhadap pembentukan karakter bangsa.
Melalui inisiatif hilirisasi penelitian dan pengembangan hasil riset, serta penekanan pada teladan pemimpin, Ganjar berupaya membangun masyarakat yang memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat.
(wyn)