Ahli Gizi Unair, Risiko Stunting Disebabkan Anemia Saat Hamil dan Asap Rokok

Rabu, 12 Agustus 2020 - 08:40 WIB
loading...
Ahli Gizi Unair, Risiko...
Stunting atau rendahnya pertumbuhan bayi dapat disebabkan oleh kombinasi anemia dan asap rokok saat masa kehamilan. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
SURABAYA - Ancaman stunting masih menjadi teror yang bisa datang di tengah pandemi COVID-19. Selama ini stunting erat kaitannya dengan kekurangan gizi pada anak, namun sebenarnya faktor pemicu stunting begitu beragam.

Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Siti Rahayu Nadhiroh menuturkan, stunting atau rendahnya pertumbuhan bayi dapat disebabkan oleh kombinasi anemia dan asap rokok saat masa kehamilan.

Bayi dengan paparan kombinasi tersebut memiliki skor pertumbuhan linier atau panjang badan lebih rendah. Kondisi itu terjadi jika dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar sama sekali atau terpapar asap rokok saja serta mengalami anemia kehamilan saja. (Baca juga: 2021, Indonesia Target Miliki Vaksin Merah Putih )

“Bayi dengan paparan kombinasi asap rokok dan anemia kehamilan juga memiliki skor perkembangan motorik paling rendah dibandingkan bayi non paparan dan paparan tunggal. Kondisi ini bila berlangsung terus-menerus, maka bayi berisiko mengalami stunting,” kata Nadhiroh, Selasa (11/8).

Dalam penelitiannya, lanjutnya, bayi dengan paparan kombinasi anemia kehamilan dan asap rokok memiliki skor pertumbuhan linier lebih rendah secara signifikan sebesar 11,4 poin. Lalu, panjang badan menurut umur juga lebih rendah secara signifikan 0,8 poin dibandingkan bayi tanpa paparan.

Sedangkan pada perkembangan motorik, katanya, bayi memiliki skor motorik lebih rendah 6,8 poin dibandingkan bayi tanpa paparan. “Semua ini terjadi pada bayi yang terpapar asap rokok saat kehamilan hingga usia enam bulan dan ditambah ibu mengalami anemia saat kehamilan,” ucapnya. (Baca juga: Positif Covid-19 Bertambah 1.693 Kasus, Total Meninggal 5.824 orang )

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 163 ibu hamil di tujuh puskesmas di Jakarta, diketahui sepertiga ibu hamil mengalami anemia. Sedangkan sepertiga bayi terpapar asap rokok dan kurang dari 10 persen bayi terpapar keduanya. Selain itu, seperempat bayi juga mengalami risiko perkembangan motorik yang lambat.

Hasil penelitian ini tentu saja menjadi sinyal kurang baik bagi upaya penurunan stunting yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Pihaknya menyarankan perlunya integrasi program pengendalian rokok dengan program kesehatan ibu anak. Khususnya pada ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun dalam upaya memenuhi target penurunan stunting di Indonesia.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1666 seconds (0.1#10.140)