Cerita Amadea, Lulus dengan IPK Tertinggi Pendidikan Dokter UIN Jakarta, Belajar 14 Jam Sehari!
loading...
A
A
A
JAKARTA - UIN Jakarta menggelar Wisuda Profesi Dokter ke-47 pekan ini. Salah satu mahasiswa yang diambil sumpahnya sebagai dokter adalah Amadea Azzahra Sonia Pertiwi.
Amadea, begitu ia dipanggil tak menyangka ia akan menjadi pemilik IPK tertinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) Profesi dokter di momen sakral tersebut. Sejujurnya, ia pun mengaku haru dan bangga akan pencapaiannya pada wisuda tersebut.
Baca juga: Kisah Inspirasi 2 Wisudawan Difabel UB, Keterbatasan Fisik Bukan Halangan untuk Berprestasi
"Tentunya sangat bahagia dan bersyukur karena yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh selama ini membuahkan hasil yang indah. Hal ini dapat menjadi hadiah yang dapat saya berikan orang-orang yang dengan tulus mendoakan dan mendukung saya selama ini," ujar peraih IPK 3,70 ini dikutip dari laman UIN Jakarta, Minggu (28/1/2024).
Perempuan kelahiran Ponorogo, Jawa Timur ini memang terkenanl aktif dalam mengikuti organisasi ataupun event di luar kampus. Seperti saat masih kuliah sarjana ia mengikuti organisasi CIMSA divisi SCOPH yang fokus pada kegiatan Public Health. Mengangkat isu-isi non communicable disease, seperti masalah mental, gizi, rokok, diabetes dan lain-lain.
Ia pun menulis jurnal-jurnal isu kesehatan mental internasional yang diterbitkan oleh Malaysian Journal of Medicine and Health Science
"Kemudian terjun langsung di masyarakat, bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti UNICEF Indonesia dan sebagainya," tuturnya.
Hal ini membuktikan bahwa aktif dalam organisasi tidak menghalangi untuk mencapai IPK tinggi.
Amadea mengaku tidak membatasi pengetahuan bahan bacanya. Selama ia penasaran, ia akan terus mencari jawaban dari rasa penasarannya hingga dapat.
Baca juga: Menginspirasi, Wisudawan Terbaik UMM yang Jadi Atlet Balap hingga Berbisnis Kopi
Walaupun harus merelakan jam tidur 3 atau 4 jam ataupun terpaksa harus menunda momen penting keluarga dan teman-teman. Ia juga mengaku rutin belajar 14 jam dalam sehari.
"Saya merasa, ilmu adalah kebutuhan masing-masing insan manusia. Saya tidak membatasi apa yang saya baca dan pelajari. Sehingga, selama saya merasa belum tahu dan ingin tahu saya akan mencari jawabannya hingga ketemu. Masuk IGD semalam langsung pulang untuk menjalani koas," terangnya.
"Belajar 14 jam dalam sehari dalam mempersiapkan ujian nasional dokter. Banyak sekali yg terlewatkan sebagai manusia dalam menjalani pendidikan dokter. Namun dengan niat untuk selalu memberikan yang terbaik, maka Allah yang akan memberikan balasannya tersendiri," ujarnya
Amadea mengingatkan bahwa mendapatkan ilmu tidak terbatas pada ruang dan waktu. Ia berharap mahasiswalainnya memiliki rasa penasaran, haus ilmu serta melakukan yang terbaik adalah kunci, maka Allah SWT akan memberikannya.
Amadea, begitu ia dipanggil tak menyangka ia akan menjadi pemilik IPK tertinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) Profesi dokter di momen sakral tersebut. Sejujurnya, ia pun mengaku haru dan bangga akan pencapaiannya pada wisuda tersebut.
Baca juga: Kisah Inspirasi 2 Wisudawan Difabel UB, Keterbatasan Fisik Bukan Halangan untuk Berprestasi
"Tentunya sangat bahagia dan bersyukur karena yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh selama ini membuahkan hasil yang indah. Hal ini dapat menjadi hadiah yang dapat saya berikan orang-orang yang dengan tulus mendoakan dan mendukung saya selama ini," ujar peraih IPK 3,70 ini dikutip dari laman UIN Jakarta, Minggu (28/1/2024).
Mahasiswa yang Aktif Organisasi
Perempuan kelahiran Ponorogo, Jawa Timur ini memang terkenanl aktif dalam mengikuti organisasi ataupun event di luar kampus. Seperti saat masih kuliah sarjana ia mengikuti organisasi CIMSA divisi SCOPH yang fokus pada kegiatan Public Health. Mengangkat isu-isi non communicable disease, seperti masalah mental, gizi, rokok, diabetes dan lain-lain.
Ia pun menulis jurnal-jurnal isu kesehatan mental internasional yang diterbitkan oleh Malaysian Journal of Medicine and Health Science
"Kemudian terjun langsung di masyarakat, bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti UNICEF Indonesia dan sebagainya," tuturnya.
Hal ini membuktikan bahwa aktif dalam organisasi tidak menghalangi untuk mencapai IPK tinggi.
Rutin Belajar 14 Jam Sehari
Amadea mengaku tidak membatasi pengetahuan bahan bacanya. Selama ia penasaran, ia akan terus mencari jawaban dari rasa penasarannya hingga dapat.
Baca juga: Menginspirasi, Wisudawan Terbaik UMM yang Jadi Atlet Balap hingga Berbisnis Kopi
Walaupun harus merelakan jam tidur 3 atau 4 jam ataupun terpaksa harus menunda momen penting keluarga dan teman-teman. Ia juga mengaku rutin belajar 14 jam dalam sehari.
"Saya merasa, ilmu adalah kebutuhan masing-masing insan manusia. Saya tidak membatasi apa yang saya baca dan pelajari. Sehingga, selama saya merasa belum tahu dan ingin tahu saya akan mencari jawabannya hingga ketemu. Masuk IGD semalam langsung pulang untuk menjalani koas," terangnya.
"Belajar 14 jam dalam sehari dalam mempersiapkan ujian nasional dokter. Banyak sekali yg terlewatkan sebagai manusia dalam menjalani pendidikan dokter. Namun dengan niat untuk selalu memberikan yang terbaik, maka Allah yang akan memberikan balasannya tersendiri," ujarnya
Amadea mengingatkan bahwa mendapatkan ilmu tidak terbatas pada ruang dan waktu. Ia berharap mahasiswalainnya memiliki rasa penasaran, haus ilmu serta melakukan yang terbaik adalah kunci, maka Allah SWT akan memberikannya.
(nnz)