Kolaborasi Guru dan Siswa dengan Aplikasi E-Learning Kunci Sukses Belajar Online
loading...
A
A
A
DONGGALA - Teknologi digital telah membuat kegiatan belajar mengajar makin luas dan mudah. Kelas belajar dengan aplikasi e-learning sudah menjadi keniscayaan di nyaris semua sekolah di Indonesia.
Apalagi, mengutip data Hootsuite (We Are Social), tercatat sebanyak 204,7 juta warga Indonesia alias 73 persen populasi penduduk sudah terakses internet.
”Dengan jari kita, guru dan siswa dapat berkolaborasi dengan mudah untuk mengakses link. Di antaranya, materi ajar di Rumah Belajar Kemendikbud, Google Scholar, atau portal Garuda. Dari sana guru dan siswa bisa bikin konten seru dan materi belajar menjadi visual virtual reality yang menarik,” kata aktivis literasi Andi Rizky Hardiansyah dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah di Kabupaten Donggala, dalam keterangan resminya, Rabu (28/2/2024),
Mengupas topik ”Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital”, diskusi online yang disaksikan secara nobar di belasan sekolah se-Kabupaten Donggala itu diikuti ratusan siswa dan guru. Di antaranya, SMAN 1 Sojol, SMAN 1 dan 2 Sirenja, SMAN 1 Sindue, SMAN 1 Sindue Tobata, SMPN 1 dan 2 Sirenja, SMAN 1 dan 2 Dampelas, SMAN 1 Balaesang, SMPN 1 Balaesang, dan lainnya.
Andy yang juga seorang aktivis literasi dari Jawara Internet Sehat Sulawesi Tengah menambahkan, kolaborasi guru dan siswa di kelas online sangat diperlukan, salah satunya agar tidak membuat siswa mengantuk dan bosan. ”Situasi belajar pun jadi seru. Siswa juga jadi makin kreatif dan inovatif dalam belajar,” ujar Andi.
Dari sudut pandang etika digital, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Menengah Wilayah 2 Sulawesi Tengah Syarifah Mogili menekankan, dalam belajar melalui internet, guru mesti menjaga kecakapan siswa untuk tidak asal klik dan mengakses sembarang link.
”Dampingi siswa agar selalu kritis pada materi yang hendak jadi bahasan di kelas. Banyak konten yang butuh peran kritis dan menjaga isi konten agar siswa tidak justru tercemari isi konten yang membahayakan,” kata Syarifah.
Syarifah menuturkan, guru juga mesti memberikan pengertian kepada siswa agar tak sembrono dalam mengakses materi belajar di ruang digital. Jangan pula merespons isi konten dengan kata kasar dan bahasa yang tak sopan.
”Meski belajar di kelas online, selain menambah ilmu dan pelajaran, siswa tetap harus menjaga sopan santun. Di kelas, hal itu tanggung jawab guru. Kalau di rumah, orangtua yang mesti mendampingi anak saat mengakses pelajaran di jagat digital,” pesan Syarifah, dalam webinar yang dipandu oleh host Joan Permana.
Sementara itu, influencer Dyah Hakim, yang bicara dari perspektif keamanan digital, menyebut hal penting yang tak bisa diabaikan dalam belajar di kelas online adalah keamanan akses digital perangkatnya.
”Secara periodik, kita perlu meng-upgrade aplikasi dan password dengan akun yang unik, agar aman dari ancaman penjahat siber yang berkembang maju dengan beragam jebakan,” ucap Dyah Hakim.
Terkait itu, Dyah mengingatkan, jangan sembarang berbagi data pribadi atau sembarang tergoda link yang membuat kita boncos. ”Hati-hati, jaga jarimu di ruang digital,” pesan penutup Dyah Hakim.
Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Tujuan program Kemenkominfo menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
Apalagi, mengutip data Hootsuite (We Are Social), tercatat sebanyak 204,7 juta warga Indonesia alias 73 persen populasi penduduk sudah terakses internet.
”Dengan jari kita, guru dan siswa dapat berkolaborasi dengan mudah untuk mengakses link. Di antaranya, materi ajar di Rumah Belajar Kemendikbud, Google Scholar, atau portal Garuda. Dari sana guru dan siswa bisa bikin konten seru dan materi belajar menjadi visual virtual reality yang menarik,” kata aktivis literasi Andi Rizky Hardiansyah dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah di Kabupaten Donggala, dalam keterangan resminya, Rabu (28/2/2024),
Mengupas topik ”Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital”, diskusi online yang disaksikan secara nobar di belasan sekolah se-Kabupaten Donggala itu diikuti ratusan siswa dan guru. Di antaranya, SMAN 1 Sojol, SMAN 1 dan 2 Sirenja, SMAN 1 Sindue, SMAN 1 Sindue Tobata, SMPN 1 dan 2 Sirenja, SMAN 1 dan 2 Dampelas, SMAN 1 Balaesang, SMPN 1 Balaesang, dan lainnya.
Andy yang juga seorang aktivis literasi dari Jawara Internet Sehat Sulawesi Tengah menambahkan, kolaborasi guru dan siswa di kelas online sangat diperlukan, salah satunya agar tidak membuat siswa mengantuk dan bosan. ”Situasi belajar pun jadi seru. Siswa juga jadi makin kreatif dan inovatif dalam belajar,” ujar Andi.
Dari sudut pandang etika digital, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Menengah Wilayah 2 Sulawesi Tengah Syarifah Mogili menekankan, dalam belajar melalui internet, guru mesti menjaga kecakapan siswa untuk tidak asal klik dan mengakses sembarang link.
”Dampingi siswa agar selalu kritis pada materi yang hendak jadi bahasan di kelas. Banyak konten yang butuh peran kritis dan menjaga isi konten agar siswa tidak justru tercemari isi konten yang membahayakan,” kata Syarifah.
Syarifah menuturkan, guru juga mesti memberikan pengertian kepada siswa agar tak sembrono dalam mengakses materi belajar di ruang digital. Jangan pula merespons isi konten dengan kata kasar dan bahasa yang tak sopan.
”Meski belajar di kelas online, selain menambah ilmu dan pelajaran, siswa tetap harus menjaga sopan santun. Di kelas, hal itu tanggung jawab guru. Kalau di rumah, orangtua yang mesti mendampingi anak saat mengakses pelajaran di jagat digital,” pesan Syarifah, dalam webinar yang dipandu oleh host Joan Permana.
Sementara itu, influencer Dyah Hakim, yang bicara dari perspektif keamanan digital, menyebut hal penting yang tak bisa diabaikan dalam belajar di kelas online adalah keamanan akses digital perangkatnya.
”Secara periodik, kita perlu meng-upgrade aplikasi dan password dengan akun yang unik, agar aman dari ancaman penjahat siber yang berkembang maju dengan beragam jebakan,” ucap Dyah Hakim.
Terkait itu, Dyah mengingatkan, jangan sembarang berbagi data pribadi atau sembarang tergoda link yang membuat kita boncos. ”Hati-hati, jaga jarimu di ruang digital,” pesan penutup Dyah Hakim.
Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Tujuan program Kemenkominfo menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
(wyn)