Cerita Faza, Lulus Kuliah akan Raih Gelar Ganda dari ITB dan Coventry University Inggris
loading...
A
A
A
JAKARTA - ITB membuka program double degree dengan Coventry University Inggris. Program studi yang dibuka salah satunya jurusan Aerospace Engineering dan Mechanical Engineering di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.
Salah satu mahasiswanya adalah Muhammad Faza Abel Jonggara Marpaung. Jalur ini memungkinkan Faza untuk mendapatkan gelar ganda dari FTMD ITB dan Coventry University.
Saat ini Faza sedang sibuk membuat tugas akhir. Tema yang ia ambil adalah Simulation of Aircraft Safety Strategies for Vicinity Drone Operations". Faza meneliti untuk mencari solusi pencegahan terjadinya intrusi drone ke daerah terlarang di bandara.
Baca juga: Lulus S2 ITB dengan IPK 4,00, Ini Kisah Carissa Tibia Walidayni
Penelitian untuk tugas akhirnya itu sejatinya bukan hal yang baru baginya. Sebab Faza sebelumnya berhasil memublikasikan dua publikasi internasional di IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technology (ICARES) 2022 dan 2023.
Paper pertamanya berjudul Evaluation of Wing Gap Variation on Box Wing UAV with Computational Fluid Dynamics. Dan kedua bertajuk CFD-Based Evaluation of Wingtip Device by Trailing Edge Curve Variation on Low Reynolds UAV.
Berkesempatan kuliah di luar negeri tentunya memberi pengalaman hidup tersendiri. Begitupun dengan Faza yang sebagai seorang muslim perbedaan terbesar yang ia alami adalah tidak ada azan yang kerap dia dengarkan saat di Tanah Air.
Masjid terdekat untuk Salat Jumat berjarak 3 kilometer dari apartemennya. Biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit untuk menuju masjid. Oleh karena itu, lapangan basket pun menjadi lokasi untuk dia dan umat muslim lain di Inggris untuk melakukan salat Jumat.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Selain itu, dia dapat menikmati berbagai fasilitas transportasi publik sehingga dapat bepergian ke kota lain. Faza memberikan saran kepada teman-temannya yang akan datang ke Inggris untuk membeli Railcard agar bisa mendapatkan diskon hingga 50 persen untuk perjalanan kereta.
Dia pun menyampaikan kerap adanya keterlambatan maupun pembatalan perjalanan menggunakafn kereta di Inggris. Hal ini perlu menjadi perhatian jika kelak akan melanjutkan pendidikan di sana.
Dia juga menyampaikan bahwa di tempatnya tinggal, cuaca sangat dingin. "Di sini (Coventry) dingin banget, hanya 7 derajat Celsius sekarang," ujarnya, dikutip dari laman ITB, Rabu (6/3/2024).
Selain itu, dari segi budaya, dia bersyukur karena sebagai seorang muslim berdarah Jawa Batak, dia belum pernah mengalami rasisme. “Justru orang Inggris itu ternyata toleran juga. Tidak selalu buruk seperti yang diberitakan,” tuturnya.
Dia bahkan sempat akrab dengan owner kafe yang sangat ramah di Stasiun Inverness.
Dari segi bahasa, Faza mengakui terkadang sulit menangkap sejumlah aksen yang berbeda di Inggris. Meski begitu, berbagai hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan pengalaman berharga selama tinggal dan belajar di Inggris.
Salah satu mahasiswanya adalah Muhammad Faza Abel Jonggara Marpaung. Jalur ini memungkinkan Faza untuk mendapatkan gelar ganda dari FTMD ITB dan Coventry University.
Tugas Akhir tentang Drone
Saat ini Faza sedang sibuk membuat tugas akhir. Tema yang ia ambil adalah Simulation of Aircraft Safety Strategies for Vicinity Drone Operations". Faza meneliti untuk mencari solusi pencegahan terjadinya intrusi drone ke daerah terlarang di bandara.
Baca juga: Lulus S2 ITB dengan IPK 4,00, Ini Kisah Carissa Tibia Walidayni
Penelitian untuk tugas akhirnya itu sejatinya bukan hal yang baru baginya. Sebab Faza sebelumnya berhasil memublikasikan dua publikasi internasional di IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technology (ICARES) 2022 dan 2023.
Paper pertamanya berjudul Evaluation of Wing Gap Variation on Box Wing UAV with Computational Fluid Dynamics. Dan kedua bertajuk CFD-Based Evaluation of Wingtip Device by Trailing Edge Curve Variation on Low Reynolds UAV.
Pengalaman Kuliah di Negeri Orang
Berkesempatan kuliah di luar negeri tentunya memberi pengalaman hidup tersendiri. Begitupun dengan Faza yang sebagai seorang muslim perbedaan terbesar yang ia alami adalah tidak ada azan yang kerap dia dengarkan saat di Tanah Air.
Masjid terdekat untuk Salat Jumat berjarak 3 kilometer dari apartemennya. Biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit untuk menuju masjid. Oleh karena itu, lapangan basket pun menjadi lokasi untuk dia dan umat muslim lain di Inggris untuk melakukan salat Jumat.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Selain itu, dia dapat menikmati berbagai fasilitas transportasi publik sehingga dapat bepergian ke kota lain. Faza memberikan saran kepada teman-temannya yang akan datang ke Inggris untuk membeli Railcard agar bisa mendapatkan diskon hingga 50 persen untuk perjalanan kereta.
Dia pun menyampaikan kerap adanya keterlambatan maupun pembatalan perjalanan menggunakafn kereta di Inggris. Hal ini perlu menjadi perhatian jika kelak akan melanjutkan pendidikan di sana.
Dia juga menyampaikan bahwa di tempatnya tinggal, cuaca sangat dingin. "Di sini (Coventry) dingin banget, hanya 7 derajat Celsius sekarang," ujarnya, dikutip dari laman ITB, Rabu (6/3/2024).
Selain itu, dari segi budaya, dia bersyukur karena sebagai seorang muslim berdarah Jawa Batak, dia belum pernah mengalami rasisme. “Justru orang Inggris itu ternyata toleran juga. Tidak selalu buruk seperti yang diberitakan,” tuturnya.
Dia bahkan sempat akrab dengan owner kafe yang sangat ramah di Stasiun Inverness.
Dari segi bahasa, Faza mengakui terkadang sulit menangkap sejumlah aksen yang berbeda di Inggris. Meski begitu, berbagai hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan pengalaman berharga selama tinggal dan belajar di Inggris.
(nnz)