Kemendikbudristek Dukung Kemitraan Strategis Pendidikan Vokasi dengan Industri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemendikbudristek terus mendorong pendidikan vokasi untuk semakin relevan dengan kebutuhan dunia industri. Kemitraan strategis antara keduanya pun perlu dibangun.
Salah satunya melalui kegiatan Business Matching 2024 Indonesia Education-China Industri Talk yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek berkolaborasi dengan GoStudy, sebanyak 31 industri investasi dari China di Indonesia berhasil didatangkan untuk menginisiasi kemitraan dengan 77 pendidikan tinggi vokasi yang menjadi partisipan kegiatan.
Potensi kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak meliputi rekrutmen lulusan, kesempatan magang, up skilling, joint research, dan lain sebagainya.
Baca juga: Antisipasi Perubahan iklim, Program API Sarpras PTV Sasar 12 Perguruan Tinggi Vokasi
Pada penyelenggaraan business matching kali ini, perguruan tinggi vokasi yang hadir perlu berupaya meyakinkan industri untuk sama-sama memiliki itikad baik untuk bermitra lebih lanjut, yaitu melalui penandatanganan letter if intent.
Dalam kurun waktu 1,5 jam, total terdapat 160 letter of intent yang berarti menunjukkan jumlah potensi kerja sama yang nanti bisa ditindaklanjuti dalam bentuk MoU/PKS.
Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, business matching diselenggarakan sebagai salah satu ikhtiar mencari ruang kelas baru, yaitu di industri itu sendiri. Menurutnya, baik industri maupun satuan pendidikan vokasi pertama harus mau saling terbuka untuk dapat berkolaborasi.
Baca juga: Menuju Green Campus, Kemendikbud Luncurkan Program API Sarpras PTV
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati menjelaskan, pendidikan vokasi dibangun untuk relevan dengan kebutuhan industri.
Kiki mengakui masih terjadi beberapa tantangan yang dialami satuan pendidikan vokasi dalam bermitra dengan DUDI. Ia menyebut, biasanya hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangpahaman pendidikan vokasi terhadap calon mitranya.
"Pendidikan vokasi membutuhkan kemitraan yang strategis. Bahkan strategis pun tidak cukup karena kemitraan yang dibangun antar-kedua belah pihak harus bermakna sehingga keduanya dapat merasakan manfaatnya," tutur Kiki dalam sambutannya.
Industri asal China yang hadir dalam acara business matching perlu dijajaki serius oleh perguruan tinggi vokasi. Pasalnya, Kiki mengatakan China saat ini menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi.
"Beberapa waktu lalu saya sempat berkunjung ke salah satu industri maju yang ada di Eropa. Saya bertanya apakah teknologi yang mereka kembangkan adalah yang pertama di dunia? Ternyata jawabannya yang kedua karena yang pertama dikembangkan di China," tutur Kiki.
Saat ini China sendiri dapat disebut sebagai hub inovasi yang memiliki perkembangan yang cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi di sana sebagian besar karena tumbuhnya industri teknologi dan manufaktur.
Bahkan dalam Future of Jobs Survey 2023 World Economic Forum (WEF), China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri digital paling cepat karena memiliki kemungkinan besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di bidang akses dan perdagangan digital.
Sebagian besar responden memperkirakan pertumbuhan tranformasi digital di industri China sampai 32% dengan tingkat adaptasi teknologi mutakhir sampai 45%. Data WEF ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di Asia Selatan.
"Ini menunjukkan bahwa industri China merupakan salah satu industri yang unggul di dunia dalam menciptakan peluang kerja di masa depan," tandas Kiki.
Sementara itu Executive Director of International Affairs GoStudy, Echo Qin mengungkapkan, potensi kerja sama pada kegiatan tersebut sangat besar karena industri yang hadir masih membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk menjalankan bisnisnya.
Selain itu para dosen juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya dengan praktisi industri dari China.
Lihat Juga: Upaya Tingkatkan Kualitas SDM, Cagub Sulteng Ahmad Ali Berencana Bangun Sekolah Vokasi di Parimo
Salah satunya melalui kegiatan Business Matching 2024 Indonesia Education-China Industri Talk yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek berkolaborasi dengan GoStudy, sebanyak 31 industri investasi dari China di Indonesia berhasil didatangkan untuk menginisiasi kemitraan dengan 77 pendidikan tinggi vokasi yang menjadi partisipan kegiatan.
Potensi kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak meliputi rekrutmen lulusan, kesempatan magang, up skilling, joint research, dan lain sebagainya.
Baca juga: Antisipasi Perubahan iklim, Program API Sarpras PTV Sasar 12 Perguruan Tinggi Vokasi
Pada penyelenggaraan business matching kali ini, perguruan tinggi vokasi yang hadir perlu berupaya meyakinkan industri untuk sama-sama memiliki itikad baik untuk bermitra lebih lanjut, yaitu melalui penandatanganan letter if intent.
Dalam kurun waktu 1,5 jam, total terdapat 160 letter of intent yang berarti menunjukkan jumlah potensi kerja sama yang nanti bisa ditindaklanjuti dalam bentuk MoU/PKS.
Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, business matching diselenggarakan sebagai salah satu ikhtiar mencari ruang kelas baru, yaitu di industri itu sendiri. Menurutnya, baik industri maupun satuan pendidikan vokasi pertama harus mau saling terbuka untuk dapat berkolaborasi.
Baca juga: Menuju Green Campus, Kemendikbud Luncurkan Program API Sarpras PTV
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati menjelaskan, pendidikan vokasi dibangun untuk relevan dengan kebutuhan industri.
Kiki mengakui masih terjadi beberapa tantangan yang dialami satuan pendidikan vokasi dalam bermitra dengan DUDI. Ia menyebut, biasanya hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangpahaman pendidikan vokasi terhadap calon mitranya.
"Pendidikan vokasi membutuhkan kemitraan yang strategis. Bahkan strategis pun tidak cukup karena kemitraan yang dibangun antar-kedua belah pihak harus bermakna sehingga keduanya dapat merasakan manfaatnya," tutur Kiki dalam sambutannya.
Industri asal China yang hadir dalam acara business matching perlu dijajaki serius oleh perguruan tinggi vokasi. Pasalnya, Kiki mengatakan China saat ini menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi.
"Beberapa waktu lalu saya sempat berkunjung ke salah satu industri maju yang ada di Eropa. Saya bertanya apakah teknologi yang mereka kembangkan adalah yang pertama di dunia? Ternyata jawabannya yang kedua karena yang pertama dikembangkan di China," tutur Kiki.
Saat ini China sendiri dapat disebut sebagai hub inovasi yang memiliki perkembangan yang cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi di sana sebagian besar karena tumbuhnya industri teknologi dan manufaktur.
Bahkan dalam Future of Jobs Survey 2023 World Economic Forum (WEF), China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri digital paling cepat karena memiliki kemungkinan besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di bidang akses dan perdagangan digital.
Sebagian besar responden memperkirakan pertumbuhan tranformasi digital di industri China sampai 32% dengan tingkat adaptasi teknologi mutakhir sampai 45%. Data WEF ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di Asia Selatan.
"Ini menunjukkan bahwa industri China merupakan salah satu industri yang unggul di dunia dalam menciptakan peluang kerja di masa depan," tandas Kiki.
Sementara itu Executive Director of International Affairs GoStudy, Echo Qin mengungkapkan, potensi kerja sama pada kegiatan tersebut sangat besar karena industri yang hadir masih membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk menjalankan bisnisnya.
Selain itu para dosen juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya dengan praktisi industri dari China.
Lihat Juga: Upaya Tingkatkan Kualitas SDM, Cagub Sulteng Ahmad Ali Berencana Bangun Sekolah Vokasi di Parimo
(nnz)