UAI Gandeng University of Edinburgh Wujudkan Kampus Ramah Disabilitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) menggandeng University of Edinburg dalam program kampus ramah disabilitas . Program ini didanai dengan dana hibah British Council.
John Ravenscroft, Professor Bidang Tunanetra yang juga merupakan Presiden The International Council for Education of People with Visual Impairment (ICEVI) Eropa bersama rekannya, Elizabeth McCann, seorang pengajar Pendidikan Inklusif untuk tunanetra dari University of Edinbrugh (UoE) hadir di UAI pada pertengahan Mei 2024.
Kehadiran tim dari UoE ke Jakarta, khususnya ke UAI dalam rangka pelaksanaan Hibah UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia tahun 2024.
Baca juga: Universitas Al-Azhar Serukan 7 Sikap Jelang Pemilu 2024, Ingatkan KPU soal Putusan MKMK dan DKPP
John dan Elizabeth hadir untuk menyempurnakan pelaksanaan proyek kerjasama UAI dan UoE yang disokong oleh dana hibah dari British Council.
Kegiatan yang berjalan yaitu melakukan observasi kampus dan pelatihan seputar materi pembelajaran yang aksesibel terhadap disabilitas, khususnya teman netra hingga diskusi bersama untuk mempersiapkan kesesuaian penerapan kampus ramah disabilitas berdasarkan pengalaman yang ada.
‘’Alhamdulillah, Profesor John dan Dr Elizabeth sangat antusias, sebagaimana kami di sini. Mereka mengobservasi lingkungan kampus, terkait persiapan kita menjadi kampus inklusif,’’ kata Gusmia Arianti, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UAI, melalui siaran pers, Jumat (31/5/2024).
Gusmia juga menjelaskan bahwa kerja sama Prodi Ilkom dan Universitas Edinbrugh ini merupakan implementasi hibah bertajuk “UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant” dari British Council Indonesia.
Baca juga: UAI Fasilitasi Mahasiswa Belajar ke China Lewat PMM dan Double Degree
Selama di Jakarta, John dan Elizabeth melakukan beberapa kegiatan di antaranya: Penilaian terhadap kesesuaian lingkungan kampus UAI, persiapan pengajar yang siap membuat materi aksesibilitas, hingga melakukan komparasi berdasarkan pengalaman mahasiswa tunanetra dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek.
Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional yang diharapkan dapat dimplementasikan di UAI sebagai universitas penggagas.
“Kami akan menilai dengan sangat objektif sesuai dengan pengalaman dan instrument yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” katanya di sela observasi.
Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung dalam dua hari berbeda dalam suasana hangat mencerahkan.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Melalui diskusi interaktif, keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran, termasuk bagaimana membuat media belajar yang mudah diakses penyandang netra.
Kegiatan diakhiri dengan video ucapan terima kasih dari para dosen yang disampaikan melalui layar dan pemberian cindera mata berupa blankon dan selendang batik.
John menyatakan, ia sangat terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini. Menurutnya, ia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang ia geluti setelah mengunjungi kampus UAI dan berdiskusi dengan para dosen.
“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terima kasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” kata John dalam sambutan akhirnya.
‘’Selama kita terbuka, bersedia menyamakan visi dan bekerjasama, Insya Allah kampus inklusif tidak sulit diwujudkan, semoga Hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif,’’ pungkas Cut.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
John Ravenscroft, Professor Bidang Tunanetra yang juga merupakan Presiden The International Council for Education of People with Visual Impairment (ICEVI) Eropa bersama rekannya, Elizabeth McCann, seorang pengajar Pendidikan Inklusif untuk tunanetra dari University of Edinbrugh (UoE) hadir di UAI pada pertengahan Mei 2024.
Kehadiran tim dari UoE ke Jakarta, khususnya ke UAI dalam rangka pelaksanaan Hibah UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia tahun 2024.
Baca juga: Universitas Al-Azhar Serukan 7 Sikap Jelang Pemilu 2024, Ingatkan KPU soal Putusan MKMK dan DKPP
John dan Elizabeth hadir untuk menyempurnakan pelaksanaan proyek kerjasama UAI dan UoE yang disokong oleh dana hibah dari British Council.
Kegiatan yang berjalan yaitu melakukan observasi kampus dan pelatihan seputar materi pembelajaran yang aksesibel terhadap disabilitas, khususnya teman netra hingga diskusi bersama untuk mempersiapkan kesesuaian penerapan kampus ramah disabilitas berdasarkan pengalaman yang ada.
‘’Alhamdulillah, Profesor John dan Dr Elizabeth sangat antusias, sebagaimana kami di sini. Mereka mengobservasi lingkungan kampus, terkait persiapan kita menjadi kampus inklusif,’’ kata Gusmia Arianti, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UAI, melalui siaran pers, Jumat (31/5/2024).
Gusmia juga menjelaskan bahwa kerja sama Prodi Ilkom dan Universitas Edinbrugh ini merupakan implementasi hibah bertajuk “UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant” dari British Council Indonesia.
Baca juga: UAI Fasilitasi Mahasiswa Belajar ke China Lewat PMM dan Double Degree
Selama di Jakarta, John dan Elizabeth melakukan beberapa kegiatan di antaranya: Penilaian terhadap kesesuaian lingkungan kampus UAI, persiapan pengajar yang siap membuat materi aksesibilitas, hingga melakukan komparasi berdasarkan pengalaman mahasiswa tunanetra dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek.
Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional yang diharapkan dapat dimplementasikan di UAI sebagai universitas penggagas.
“Kami akan menilai dengan sangat objektif sesuai dengan pengalaman dan instrument yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” katanya di sela observasi.
Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung dalam dua hari berbeda dalam suasana hangat mencerahkan.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Melalui diskusi interaktif, keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran, termasuk bagaimana membuat media belajar yang mudah diakses penyandang netra.
Kegiatan diakhiri dengan video ucapan terima kasih dari para dosen yang disampaikan melalui layar dan pemberian cindera mata berupa blankon dan selendang batik.
John menyatakan, ia sangat terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini. Menurutnya, ia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang ia geluti setelah mengunjungi kampus UAI dan berdiskusi dengan para dosen.
“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terima kasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” kata John dalam sambutan akhirnya.
‘’Selama kita terbuka, bersedia menyamakan visi dan bekerjasama, Insya Allah kampus inklusif tidak sulit diwujudkan, semoga Hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif,’’ pungkas Cut.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
(nnz)