Produk Inovasi Vokasi Harus Disesuaikan Kebutuhan Pasar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Produk inovasi yang dihasilkan oleh pendidikan vokasi harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu diperlukan riset sehingga produk bisa terserap di masyarakat.
Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, setiap produk inovasi yang dihasilkan oleh pendidikan vokasi baik itu SMK ataupun perguruan tinggi vokasi harus melakukan riset dulu agar produk yang dihasilkan bisa sesuai dengan kebutuhan pasar.
Melalui riset ini, ujarnya, maka inovasi yang dihasilkan pun ada keselarasan dengan kebutuhan konsumen di lapangan. (Baca juga: Dirjen Dikti: Masih Ada Broken Link Antara Kampus dan Industri )
“Sebelum membuat inovasi, maka tolong mindsetnya itu harus start from the end. Artinya, konsumen itu ada atau tidak. Jangan sampai sudah kita riset sampai tingkat yang sangat top dan nanti ketika sudah jadi bingung yang beli siapa,” kata Wikan dalam Telekonferensi Daring, Jumat (21/8).
Wikan mengingatkan akan kebutuhan pasar ini karena masih ditemukan hasil produk vokasi yang tidak dilirik oleh pasar. Oleh karena itu, Wikan menuturkan, perlu ditumbuhkan pola pikir tersebut melalui kurikulum magang dan riset sehingga ada link and match. Dengan begitu, katanya, ketika sudah menjadi produk, ada konsumen yang sudah menunggu.
Selanjutnya, kendati masih ada masalah, Wikan juga mengatakan, saat ini semangat pendidikan vokasi untuk menikah dengan dunia industri terus meningkat. Meski dari sekian banyak pernikahan tersebut, belum banyak yang mencapai level pernikahan sempurna. (Baca juga: Undip Kembangkan Vokasi PSDKU di Daerah, Batang Jadi Role Model )
“Pernikahan dikatakan level sempurna jika terjalin kolaborasi antara pendidikan vokasi dengan industri untuk menciptakan produk hasil dari riset terapan vokasi. Oleh karena itu, cara berpikirnya harus diubah, tidak sekadar menikah, tetapi pernikahan harus paripurna atau mencapai level tertinggi,” kata Wikan.
Wikan juga mengatakan, pendidikan vokasi memiliki peran sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini, apabila Indonesia ingin menjadi negara maju, maka syaratnya pendidikan vokasi harus maju. Pasalnya, praktik baik ini telah dilakukan oleh negara maju seperti Jerman dan Jepang. Mereka terakselerasi kemajuannya karena pendidikan vokasi sejak awal didorong maju,
“Kalau Indonesia mau maju syaratnya apa, pendidikan vokasinya harus maju. Itu sudah terbukti, jadi agak tidak susah cari resep agar Indonesia bisa meloncat teknologinya, kemartabatannya, kepemimpinannya. Sangat mudah, salah satunya adalah memajukan pendidikan vokasi di Indonesia,” terang Wikan.
Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, setiap produk inovasi yang dihasilkan oleh pendidikan vokasi baik itu SMK ataupun perguruan tinggi vokasi harus melakukan riset dulu agar produk yang dihasilkan bisa sesuai dengan kebutuhan pasar.
Melalui riset ini, ujarnya, maka inovasi yang dihasilkan pun ada keselarasan dengan kebutuhan konsumen di lapangan. (Baca juga: Dirjen Dikti: Masih Ada Broken Link Antara Kampus dan Industri )
“Sebelum membuat inovasi, maka tolong mindsetnya itu harus start from the end. Artinya, konsumen itu ada atau tidak. Jangan sampai sudah kita riset sampai tingkat yang sangat top dan nanti ketika sudah jadi bingung yang beli siapa,” kata Wikan dalam Telekonferensi Daring, Jumat (21/8).
Wikan mengingatkan akan kebutuhan pasar ini karena masih ditemukan hasil produk vokasi yang tidak dilirik oleh pasar. Oleh karena itu, Wikan menuturkan, perlu ditumbuhkan pola pikir tersebut melalui kurikulum magang dan riset sehingga ada link and match. Dengan begitu, katanya, ketika sudah menjadi produk, ada konsumen yang sudah menunggu.
Selanjutnya, kendati masih ada masalah, Wikan juga mengatakan, saat ini semangat pendidikan vokasi untuk menikah dengan dunia industri terus meningkat. Meski dari sekian banyak pernikahan tersebut, belum banyak yang mencapai level pernikahan sempurna. (Baca juga: Undip Kembangkan Vokasi PSDKU di Daerah, Batang Jadi Role Model )
“Pernikahan dikatakan level sempurna jika terjalin kolaborasi antara pendidikan vokasi dengan industri untuk menciptakan produk hasil dari riset terapan vokasi. Oleh karena itu, cara berpikirnya harus diubah, tidak sekadar menikah, tetapi pernikahan harus paripurna atau mencapai level tertinggi,” kata Wikan.
Wikan juga mengatakan, pendidikan vokasi memiliki peran sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini, apabila Indonesia ingin menjadi negara maju, maka syaratnya pendidikan vokasi harus maju. Pasalnya, praktik baik ini telah dilakukan oleh negara maju seperti Jerman dan Jepang. Mereka terakselerasi kemajuannya karena pendidikan vokasi sejak awal didorong maju,
“Kalau Indonesia mau maju syaratnya apa, pendidikan vokasinya harus maju. Itu sudah terbukti, jadi agak tidak susah cari resep agar Indonesia bisa meloncat teknologinya, kemartabatannya, kepemimpinannya. Sangat mudah, salah satunya adalah memajukan pendidikan vokasi di Indonesia,” terang Wikan.
(mpw)