Ditjen GTK: Guru Harus Menguatkan Kemauan Murid untuk Tekun Belajar

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 17:29 WIB
loading...
Ditjen GTK: Guru Harus Menguatkan Kemauan Murid untuk Tekun Belajar
Pemerintah sudah mulai membolehkan sekolah tatap muka di zona kuning dengan protokol kesehatan ketat. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril ingin kepala sekolah dan guru mengikuti filosofi pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai tanggung jawab sosial untuk menjadi teladan bagi siswa-siswi.

Iwan mengakui menjadi guru yang baik itu tidak mudah. Guru menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam mendidik siswa-siswi. (Baca juga: Khofifah Minta Guru Utamakan Pendidikan Karakter )

Dia mengingatkan kembali mengenai semboyan pendidikan yang digaungkan Ki Hajar Dewantara, yakni ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Pendidik itu harus memberikan contoh, semangat, dan mendorong para siswa-siswi untuk mandiri dan merdeka.

“Pendidik bukan untuk menuntas kurikulum dan hanya membuat belajar menjadi baik. Akan tetapi, ada tanggung jawab sosial harus menjadi teladan. Ini yang esensi jadi tidak hanya mekanik dan menulis kurikulum,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Peran Guru dan Kepala Sekolah Admired Dalam Difusi Inovasi Pendidikan”, Jumat (21/8/2020).

Iwan menjelaskan, pentingnya kemauan baik dari guru maupun siswa dalam dunia pendidikan. Dia menuturkan kemauan yang kuat akan menentukan keberhasilan. Sedangkan, jika siswa memiliki kepintaran tapi kemauannya lemah, akan menemui masalah di kemudian hari. (Baca juga: Tanpa Cetak Biru, Kebijakan Pendidikan Selalu Berganti Seiring Pergantian Rezim )

“Kita harus menguatkan kemauan murid untuk tekun belajar. Barulah tut wuri handayani, untuk memberdayakan dan membentuk anak didik yang mandiri,” katanya.

Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, setiap anak memiliki keunikannya masing-masing. Iwan memaparkan keunikan itu tidak bisa dijadikan seragam. Maka, proses pendidikan yang menyeragamkan semuanya itu tidak tepat.

Kemudian, mendidik itu harus holistik dan relevan. Saat ini telah tiba masa revolusi digital 4.0. Perubahan terjadi begitu cepat. Perubahan itu kekal dan akan terus terjadi.

“Yang lebih penting bukan kita. Lebih penting itu anak-anak kita yang akan menghadapi zaman yang memiliki kecepatan luar biasa ini. Bagaimana kita mempersiapkan anak-anak di masa yang penuh ketidakpastian ini,” pungkasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2248 seconds (0.1#10.140)