Cara Belajar Nurul, Peraih IPK 4.00 Program S2 UGM dari Fakultas Farmasi

Rabu, 31 Juli 2024 - 15:55 WIB
loading...
Cara Belajar Nurul,...
Ini kunci belajar salah satu mahasiswa UGM peraih IPK tertinggi program S2 dari Fakultas Farmasi, Nurul Hikmah. Foto/UGM.
A A A
JAKARTA - Bagaimana cara belajar mahasiswa UGM yang bisa meraih IPK 4.00 mungkin jadi pertanyaan banyak orang. Mari kita intip apa kunci salah satu mahasiswa UGM peraih IPK tertinggi program S2 dari Fakultas Farmasi, Nurul Hikmah.

Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar proses wisuda program Pascasarjana pada Rabu 24 Juli 2024. Ada 991 lulusan yang diwisuda dan momen yang paling ditunggu adalah siapa saja mahasiswa yang menjadi lulusan terbaik.

Baca juga: Frista Jadi Wisudawan Termuda S2 UGM, Masuk SD Usia 4 Tahun

Wisuda kali ini ada mahasiswa dari program studi Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM bernama Nurul Hikmah. Seorang mahasiswi berusia 25 tahun yang lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4.00.

Nurul memang mengaku bahagia ketika ia dinyatakan menjadi peraih IPK tertinggi di wisuda kali ini. Namun di balik itu ia mengaku deg-degan apakah nantinya ilmu yang ia gali bisa berguna di dunia farmasi.

Baca juga: Kisah Ulfa, Alumnus SMK Anak Tukang Ukir Lulus S2 UGM dengan IPK 3,89

“Deg-degan karena gelar Master of Clinical Pharmacy dan IPK tertinggi yang saya peroleh membuat saya takut apakah ilmu saya bisa bermanfaat bagi orang lain dan apakah saya bisa berkontribusi untuk kemajuan bidang farmasi klinik di Indonesia,” katanya, dikutip dari laman UGM, Rabu (31/7/2024).

Dedikasi Nurul di Dunia Farmasi


Nurul sejatinya tak perlu ragu akankah nanti berguna di dunia farmasi. Faktanya, seluruh dedikasinya dalam menekuni bidang farmasi klinik dengan berbagai pengalamannya telah membuahkan hasil yang membanggakan.

Untuk penelitian tesis, Nurul mengambil riset tentang “Cost Effectiveness Analysis Antibiotik Empiris Levofloksasin dibandingkan Kombinasi Seftriakson/Azitromisin pada Pasien Community Acquired Pneumonia Rawat Inap di RSA UGM.

Baca juga: Cerita Wayan, Anak Penjual Telur Keliling dari Bali Diterima di UGM Tanpa Tes

Riset ini berangkat dari latar belakang dari penelitiannya adalah tingginya tingkat kematian pada penderita pneumonia.
“Sebagaimana diketahui, pneumonia bahkan menjadi penyebab kematian terbesar pada anak di bawah lima tahun,” imbuhnya.

Penelitian yang dilakukan lebih ke arah membandingkan penggunaan antibiotik seftriakson/azitromisin dan levofloxacin. Kedua jenis obat ini digunakan dalam proses penyembuhan pasien pneumonia.

Kombinasi seftriakson/azitromisin menyebabkan durasi penggunaan antibiotik yang lebih lama, efek samping yang mengancam jiwa yaitu prolonged QT interval, dan biaya tambahan sebesar Rp1.114.926,54 untuk mendapatkan satu persen kesembuhan dibandingkan levofloksasin tunggal.

“Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan luaran klinis yang signifikan antara keduanya,” pungkasnya.

Menurutnya, tambahan biaya dan efek penyembuhan yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan menjadi peluang untuk meningkatkan efisiensi pengobatan bagi pasien pneumonia. Harapannya, hal ini dapat mengurangi pembiayaan yang harus ditanggung rumah sakit dan pasien, sehingga probabilitas kesembuhan dapat ditingkatkan.

Cara Belajar Nurul


Nurul menuturkan, mengenali metode belajar dan dosen yang tepat adalah dua hal penting dalam proses belajar yang ia terapkan selama menempuh kuliah.

Strategi ini akan membantu proses belajar agar lebih fokus pada kompetensi yang ingin dicapai. “Jangan terfokus pada pencapaian orang lain. Fokuslah pada yang kamu kerjakan saat ini,” pesan Nurul.

Selain kedua itu, menurut Nurul, kunci suksesnya adalah rajin membaca referensi, mengatur waktu dengan baik, serta membentuk kelompok belajar dengan sesama mahasiswa yang sudah bekerja.

Selama berkuliah, Nurul juga aktif bergabung dalam penelitian disertasi dan asisten praktikum. Meski pekerjaannya sebagai asisten praktikum terkadang membuat dirinya kewalahan, namun tidak menghambat motivasinya untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu.

“Tantangan tersebut justru membuat saya belajar memanajemen waktu dengan efektif,” ucapnya.

Ingin Jadi Dosen


Ditanya soal rencana masa depan kariernya setelah lulus S2, perempuan kelahiran Banjarmasin, 23 November 1998 ini mengungkapkan cita-citanya menjadi dosen di bidang farmasi klinik.

Kecintaannya pada bidang tersebut membuatnya sering mengikuti aktivitas lain di luar kelas kuliah untuk memperdalam ilmu farmasi.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1911 seconds (0.1#10.140)