Diskusi Literasi Digital: Pelajar Diingatkan Bahaya Kejahatan Scamming

Senin, 19 Agustus 2024 - 14:38 WIB
loading...
Diskusi Literasi Digital:...
Dengan penduduk 185 juta, warga Indonesia dan juga pelajar diingatkan tentang bahaya kejahatan scamming. Foto ilustrasi/Ist
A A A
JAKARTA - Pengguna internet yang terus meningkat menjadikan target sasaran scamming semakin banyak. Beberapa pelaku, ada yang memang sudah mengincar korban yang dirasa memiliki banyak uang. Namun ada juga yang secara acak memilih korban untuk ditipu. Scammer merupakan sebutan bagi pelaku kejahatan scamming.

Pegiat literasi digital Yusran Razikun mengungkapkan Yusran mengatakan, scamming merupakan istilah kejahatan siber yang dilakukan untuk mendapatkan uang atau data dari target korbannya dengan cara melakukan penipuan.

”Dengan pengguna internet individu 185 juta, dan pemilik akun media sosial 139 juta, Indonesia merupakan lahan subur bagi pelaku kejahatan scamming,”tegasnya dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara, di Kota Bitung, Sulut, Senin (19/8/2024).



Dalam diskusi online bertajuk ”Cermati Praktik Scamming di Dunia Online”, Yusran menyebut beberapa jenis scamming di dunia online. Di antaranya phising (pengelabuan), romance scam atau berpura-pura menjalin hubungan romantis untuk menipu korban.

”Lalu, investment scam (penipuan investasi), online shoping scam (penipuan belanja online), tech support scam (penipuan dengan mengaku sebagai teknisi), loterry or prize scam (penipuan hadiah), dan fake charity scam (penipuan amal palsu),” jelas Yusran Razikun.

Yusran menambahkan, agar terhindar dari kejahatan scamming pengguna hendaknya tidak memberikan informasi pribadi atau keuangan kepada pihak yang tidak dikenal atau melalui link yang tidak terpercaya, dan selalu memverifikasi keaslian situs web atau layanan sebelum melakukan transaksi.

”Waspadai tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, gunakan metode pembayaran yang aman dan terverifikasi saat berbelanja online, dan jangan langsung mempercayai permintaan uang dari seseorang yang baru dikenal secara online,” pesan Yusran Razikun kepada pelajar peserta diskusi virtual yang mengikuti acara lewat nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.

Sejumah sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di wilayah Kota Bitung dan sekitarnya, antara lain: SMP Kristen Bitung, SMP Katholik Don Bon Bosco, SMP Muhammadiyah, SMPN 1, SMPN 2, SMPN 6, SMPN 7, SMPN 8, SMPN 11, SMPN 12, dan SMPN 19 Bitung, dan SMP Majutex Nusantara.

Dari sudut pandang berbeda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bitung Fonny Tumundo mengingatkan pelajar agar berperilaku positif (etika) saat berada di dunia online. Apalagi, dengan menerapkan etika digital di media sosial, pelajar akan mendapatkan banyak manfaat positifnya.

”Dampak positif media sosial yaitu kemudahan memperoleh kabar terbaru, menghubungkan dan menjaga silaturahmi keluarga dan teman, sarana meningkatkan kreativitas, sarana wirausaha, beradaptasi dan bersosialisasi, membantu proses pembelajaran, dan hiburan di waktu luang,” rinci Fonny Tumundo.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci Jafar Ahmad, literasi digital menjadi sangat penting untuk menavigasi dunia digital dengan aman dan cerdas terhindar dari penipuan (scamming).

”Dampak dari scamming dapat merugikan baik secara finansial maupun psikologis. Korban dapat kehilangan uang, aset berharga, dan bahkan identitas digitalnya,” jelas Jafar Ahmad.
(wyn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1478 seconds (0.1#10.140)