Dua Alumni Fasilkom UI Wakili HerLens di Final Hult Prize Global Accelerator Program 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua lulusan unggulan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI) yakni Andini Putri Pramudya dan Salsabila Zahra Chinanti akan mewakili perusahaan startup HerLens pada babak Global Finals kompetisi Hult Prize di London, Inggris.
Capaian HerLens hingga tembus ke tahap Global Finals kompetisi Hult Prize kali ini juga hasil dari pengembangan bersama mahasiswa Fasilkom UI dan Teknik Biomedik UI di bawah bimbingan Dr. dr. Gatot Purwoto, Sp.OG, Subskp.Onk, MPH, Prof. Laila Nuranna, Sp.OG,Subsp.Onk, dan Dr. dr. Tofan Widya Utami, Sp.OG, Subsp.Onk dari Departemen Onkologi dan Ginekologi RSCM-FKUI, dan tim Female Cancer Program FKUI-RSCM.
Menjadi tim Indonesia pertama yang lolos ke tahap final, HerLens akan bersaing dengan lima perusahaan startup global lainnya. Andini Putri Pramudya dan Salsabila Zahra Chinanti optimistis untuk bisa menggenggam gelar juara dan memenangkan 1 juta USD yang akan dialokasikan menjadi dana awal HerLens.
HerLens yang merupakan perusahaan startup binaan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) Universitas Indonesia (UI) dan Apple Developer Academy @ BINUS ini sebelumnya juga ikut berkompetisi dalam Hult Prize Global Summit 2024 di Mumbai India pada Juni 2024 lalu dan berhasil lolos menjadi 16 semi-finalis yang berangkat ke Inggris.
HerLens juga merupakan pionir pengembangan solusi inovatif untuk pencegahan kanker serviks yang menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) guna mendeteksi penyakit tersebut dengan target akurasi sebesar 95%.
Melalui aplikasi yang tersedia di iOS dan Android ini, HerLens memastikan seluruh wanita mendapatkan akses inklusif untuk mendeteksi dan mencegah kanker serviks sejak dini.
Seluruh ahli medis yang terlibat memastikan bahwa teknologi yang dimiliki HerLens berakar pada landasan ilmiah kuat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama daerah dengan akses terbatas fasilitas kesehatan.
"Deteksi dini kanker serviks sangatlah penting, salah satu metode deteksi dini yang mudah dan murah dan dapat dilakukan oleh semua nakes ialah pemeriksaan melihat serviks, IVA-DoIVA. Dengan adanya aplikasi HerLens diharapkan akan sangat membantu sehingga pemeriksaan IVA-DoIVA dapat dilaksanakan di seluruh tempat di Indonesia," ujar Prof. Laila Nuranna, Sp.OG, Subsp.Onk dalam keterangan resminya, Rabu (9/4/2024).
Sementara Dr. dr. Gatot Purwoto, Sp.OG, Subsp.Onk, MPH. sangat mengapresiasi tim HerLens atas pencapaiannya dalam seleksi inovasi kompetisi Hult Prize Global Accelerator Program 2024.
Gatot berharap terobosan inovasi Artificial Intelligence HerLens akan menjadi kekuatan bersama dalam mendukung program skrining kanker serviks dengan metode Documented Visual Inspection with Acetic Acid (DoVIA).
Program skrining kanker serviks metode DoVIA ini diprakarsai oleh Female Cancer Program Divisi Onkologi Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, bersama Female Cancer Foundation Leiden University Medical Center sesuai dengan tujuan eradikasi dan eliminasi kanker serviks yang dicanangkan oleh WHO untuk masyarakat dunia.
HerLens telah melalui sejumlah rangkaian hingga lolos sebagai finalis. Perjalanan diawali pada babak eliminasi Hult Prize Global Summit hingga menyisihkan 16 tim termasuk HerLens.
Kemudian, 16 tim terpilih dari babak eliminasi mendapat pelatihan dan mentoring untuk menyiapkan project bisnis yang matang di Hult Prize Global Accelerator di Ashridge House, UK selama tiga minggu sejak pertengahan Agustus 2024.
Pada 2 September 2024, HerLens menjadi salah satu peserta terpilih dari enam tim yang melaju ke babak final yang diselenggarakan pada 6 September 2024 mendatang. Keenam finalis akan memperebutkan hadiah sebesar USD1 juta pada tahap Global Finals.
Kompetisi dan hadiah ini didanai oleh yayasan Hult, pendiri dan pemilik EF Education First. "The Hult Prize has been a catalyst for student innovation for fifteen years," ujar Lori van Dam, CEO dari Hult Prize Foundation.
Hult Prize merupakan suatu ajang yang menginspirasi mahasiswa wirausahawan untuk menyelesaikan masalah global melalui social entrepreneurship. Kompetisi ini berjalan selama satu tahun, dengan sekitar 10.000 tim dari 110 negara saling berusaha untuk merintis usaha yang berdampak sosial, sesuai dengan UN Sustainable Development Goals.
Para finalis akan mempresentasikan bisnisnya kepada juri, dengan nominal juara yang akan diberikan adalah sejumlah USD1 juta untuk mewujudkan ide bisnis tersebut.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
Capaian HerLens hingga tembus ke tahap Global Finals kompetisi Hult Prize kali ini juga hasil dari pengembangan bersama mahasiswa Fasilkom UI dan Teknik Biomedik UI di bawah bimbingan Dr. dr. Gatot Purwoto, Sp.OG, Subskp.Onk, MPH, Prof. Laila Nuranna, Sp.OG,Subsp.Onk, dan Dr. dr. Tofan Widya Utami, Sp.OG, Subsp.Onk dari Departemen Onkologi dan Ginekologi RSCM-FKUI, dan tim Female Cancer Program FKUI-RSCM.
Menjadi tim Indonesia pertama yang lolos ke tahap final, HerLens akan bersaing dengan lima perusahaan startup global lainnya. Andini Putri Pramudya dan Salsabila Zahra Chinanti optimistis untuk bisa menggenggam gelar juara dan memenangkan 1 juta USD yang akan dialokasikan menjadi dana awal HerLens.
HerLens yang merupakan perusahaan startup binaan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) Universitas Indonesia (UI) dan Apple Developer Academy @ BINUS ini sebelumnya juga ikut berkompetisi dalam Hult Prize Global Summit 2024 di Mumbai India pada Juni 2024 lalu dan berhasil lolos menjadi 16 semi-finalis yang berangkat ke Inggris.
HerLens juga merupakan pionir pengembangan solusi inovatif untuk pencegahan kanker serviks yang menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) guna mendeteksi penyakit tersebut dengan target akurasi sebesar 95%.
Melalui aplikasi yang tersedia di iOS dan Android ini, HerLens memastikan seluruh wanita mendapatkan akses inklusif untuk mendeteksi dan mencegah kanker serviks sejak dini.
Seluruh ahli medis yang terlibat memastikan bahwa teknologi yang dimiliki HerLens berakar pada landasan ilmiah kuat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama daerah dengan akses terbatas fasilitas kesehatan.
"Deteksi dini kanker serviks sangatlah penting, salah satu metode deteksi dini yang mudah dan murah dan dapat dilakukan oleh semua nakes ialah pemeriksaan melihat serviks, IVA-DoIVA. Dengan adanya aplikasi HerLens diharapkan akan sangat membantu sehingga pemeriksaan IVA-DoIVA dapat dilaksanakan di seluruh tempat di Indonesia," ujar Prof. Laila Nuranna, Sp.OG, Subsp.Onk dalam keterangan resminya, Rabu (9/4/2024).
Sementara Dr. dr. Gatot Purwoto, Sp.OG, Subsp.Onk, MPH. sangat mengapresiasi tim HerLens atas pencapaiannya dalam seleksi inovasi kompetisi Hult Prize Global Accelerator Program 2024.
Gatot berharap terobosan inovasi Artificial Intelligence HerLens akan menjadi kekuatan bersama dalam mendukung program skrining kanker serviks dengan metode Documented Visual Inspection with Acetic Acid (DoVIA).
Program skrining kanker serviks metode DoVIA ini diprakarsai oleh Female Cancer Program Divisi Onkologi Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, bersama Female Cancer Foundation Leiden University Medical Center sesuai dengan tujuan eradikasi dan eliminasi kanker serviks yang dicanangkan oleh WHO untuk masyarakat dunia.
HerLens telah melalui sejumlah rangkaian hingga lolos sebagai finalis. Perjalanan diawali pada babak eliminasi Hult Prize Global Summit hingga menyisihkan 16 tim termasuk HerLens.
Kemudian, 16 tim terpilih dari babak eliminasi mendapat pelatihan dan mentoring untuk menyiapkan project bisnis yang matang di Hult Prize Global Accelerator di Ashridge House, UK selama tiga minggu sejak pertengahan Agustus 2024.
Pada 2 September 2024, HerLens menjadi salah satu peserta terpilih dari enam tim yang melaju ke babak final yang diselenggarakan pada 6 September 2024 mendatang. Keenam finalis akan memperebutkan hadiah sebesar USD1 juta pada tahap Global Finals.
Kompetisi dan hadiah ini didanai oleh yayasan Hult, pendiri dan pemilik EF Education First. "The Hult Prize has been a catalyst for student innovation for fifteen years," ujar Lori van Dam, CEO dari Hult Prize Foundation.
Hult Prize merupakan suatu ajang yang menginspirasi mahasiswa wirausahawan untuk menyelesaikan masalah global melalui social entrepreneurship. Kompetisi ini berjalan selama satu tahun, dengan sekitar 10.000 tim dari 110 negara saling berusaha untuk merintis usaha yang berdampak sosial, sesuai dengan UN Sustainable Development Goals.
Para finalis akan mempresentasikan bisnisnya kepada juri, dengan nominal juara yang akan diberikan adalah sejumlah USD1 juta untuk mewujudkan ide bisnis tersebut.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
(wyn)