Limbah Filter Rokok Jadi Bahan Modifikasi Aspal? Begini Hasil Penelitian Mahasiswa ITS
loading...
A
A
A
SURABAYA - Mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memanfaatkan limbah filter rokok untuk mengurangi dampak kerusakan jalan aspal.
Pada penelitian tugas akhirnya, Kornelius Sofinner Ndruru menggunakan kandungan selulosa asetat yang tinggi pada filter rokok untuk dijadikan polimer jalan aspal.
Penambahan polimer pada campuran jalan aspal sendiri berperan sebagai bahan pengikat antara aspal dengan agregat. “Selain kandungannya, filter rokok juga dipilih karena keberadaannya yang melimpah,” ujarnya.
Dalam proses penerapannya, filter rokok perlu melewati beberapa tahapan sebelum dicampurkan dengan agregat jalan aspal lainnya.
Pertama, filter rokok dibersihkan dan dikeringkan agar kandungan bakteri dan airnya hilang, serta rongga pada filter rokok berkurang dan tertutup. Pada tahapan ini, filter rokok akan mengalami penyusutan ukuran dan menjadi lebih kuat.
Tahap selanjutnya, pemuda asal Nias, Sumatera Utara ini menjelaskan bahwa filter rokok yang sudah kering dan kaku akan dilapisi dengan aspal atau disebut sebagai proses enkapsulasi.
Pada tahap ini, mahasiswa yang biasa disapa Kornel tersebut menggunakan takaran aspal sebanyak 20 persen dari berat total filter rokok yang digunakan. “Proses enkapsulasi ini berfungsi untuk melapisi dan menutup rongga pada filter rokok,” tambahnya.
Setelah filter rokok dienkapsulasi dengan sempurna, maka hasilnya akan dicampurkan dengan aspal dan agregat lain sebagai bahan campuran jalan aspal. Namun, Kornel menekankan untuk mencapai kualitas jalan aspal yang stabil diperlukan takaran filter rokok yang tepat. “Karakteristik filter rokok yang berongga perlu diperhatikan karena akan memengaruhi jumlah aspal yang digunakan,” papar Kornel.
Maka, dalam penelitian untuk Tugas Akhir (TA) berjudul Analisis Pengaruh Penggunaan Limbah Filter Rokok Enkapsulasi sebagai Campuran Aspal HRS-WC terhadap Nilai Stabilitas Marshall, Kornel melakukan pengujian enkapsulasi aspal terhadap delapan variasi jumlah filter rokok untuk dua metode berbeda.
Pada penelitian tugas akhirnya, Kornelius Sofinner Ndruru menggunakan kandungan selulosa asetat yang tinggi pada filter rokok untuk dijadikan polimer jalan aspal.
Penambahan polimer pada campuran jalan aspal sendiri berperan sebagai bahan pengikat antara aspal dengan agregat. “Selain kandungannya, filter rokok juga dipilih karena keberadaannya yang melimpah,” ujarnya.
Dalam proses penerapannya, filter rokok perlu melewati beberapa tahapan sebelum dicampurkan dengan agregat jalan aspal lainnya.
Pertama, filter rokok dibersihkan dan dikeringkan agar kandungan bakteri dan airnya hilang, serta rongga pada filter rokok berkurang dan tertutup. Pada tahapan ini, filter rokok akan mengalami penyusutan ukuran dan menjadi lebih kuat.
Tahap selanjutnya, pemuda asal Nias, Sumatera Utara ini menjelaskan bahwa filter rokok yang sudah kering dan kaku akan dilapisi dengan aspal atau disebut sebagai proses enkapsulasi.
Pada tahap ini, mahasiswa yang biasa disapa Kornel tersebut menggunakan takaran aspal sebanyak 20 persen dari berat total filter rokok yang digunakan. “Proses enkapsulasi ini berfungsi untuk melapisi dan menutup rongga pada filter rokok,” tambahnya.
Setelah filter rokok dienkapsulasi dengan sempurna, maka hasilnya akan dicampurkan dengan aspal dan agregat lain sebagai bahan campuran jalan aspal. Namun, Kornel menekankan untuk mencapai kualitas jalan aspal yang stabil diperlukan takaran filter rokok yang tepat. “Karakteristik filter rokok yang berongga perlu diperhatikan karena akan memengaruhi jumlah aspal yang digunakan,” papar Kornel.
Maka, dalam penelitian untuk Tugas Akhir (TA) berjudul Analisis Pengaruh Penggunaan Limbah Filter Rokok Enkapsulasi sebagai Campuran Aspal HRS-WC terhadap Nilai Stabilitas Marshall, Kornel melakukan pengujian enkapsulasi aspal terhadap delapan variasi jumlah filter rokok untuk dua metode berbeda.