Ini Cara Kemendikbud Tumbuhkan Kecintaan Anak Muda tentang Sejarah Kemerdekaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka menumbuhkembangkan apresiasi kaum muda terhadap sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga minat mengunjungi museum, Kemendikbud mengadakan Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia.
Tapak Tilas ini digelar oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan tema ‘Pemuda Hebat, Pemuda Berkarakter’. Sebagai rangkaian dari Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober dan disiarkan melalui kanal YouTube Puspeka Kemendikbud. (Baca juga: 4.800 Siswa Ikut Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia )
Acara Tapak Tilas virtual tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na`im. Dalam sesi pembukaan, ia memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Melalui acara ini, meskipun di dalam suasana pandemi tidak menjadi penghalang untuk kita terus belajar serta sekiranya dapat mendorong masyarakat untuk dapat mengunjungi museum,” ucapnya melalui siaran pers, Minggu (1/11).
Selanjutnya, Kepala Puspeka Hendarman Kemendikbud mengungkapkan bahwa pada awalnya peserta dibatasi sebanyak 4.000, namun melihat animo yang cukup besar, kapasitas peserta ditambah sehingga tercatat sekitar 4.800 peserta pelajar maupun mahasiswa yang mengikuti mengikuti acara ini.
Hendarman menjelaskan, rangkaian acara diisi oleh para narasumber yang luar biasa, dan para peserta diajak mengunjungi tiga museum secara virtual yaitu Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Naskah Perumusan Proklamasi. Adapun kunjungan akan didampingi oleh edukator museum yang berbeda. (Baca juga: Siapkan SDM Handal, Kemendikbud Bekali SMK Sertifikasi Bahasa Inggris )
Di akhir acara, para peserta diharapkan dapat membuat laporan akhir bertemakan “Sumpah Pemuda” berdasarkan hasil keikutsertaannya dalam acara ini.
Sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Historia, Asep Kambali sebagai narasumber pertama, memulai acara dengan menampilkan paparan bertajuk ‘Memahami Semangat Sumpah Pemuda’. Asep mengajak para peserta untuk memahami perjuangan para pemuda masa dulu terutama dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 yang menjadi tonggak awal bersatunya para pemuda Indonesia tanpa mengindahkan aspek kedaerahan masing-masing.
Setelah itu, para peserta diajak untuk melakukan tur virtual ke Museum Kebangkitan Nasional dengan dipandu oleh edukator museum, Swa Adinegoro. Museum ini sebelumnya pernah menjadi tempat kuliah jurusan kedokteran yang bernama STOVIA. Para peserta dapat melihat beragam ruangan di dalam museum, seperti contohnya ruangan kelas mahasiswa STOVIA, ruang asrama mahasiswa dan ruang kebangkitan pendidikan.
Swa Adinegoro menyampaikan bahwa Marie Thomas adalah dokter perempuan pertama yang menjadi lulusan STOVIA pada tahun 1922. “Kami merencanakan untuk mengadakan pameran khusus mengenai Marie Thomas yang akan dirilis pada tanggal 10 November mendatang,” ucapnya.
Selepas pemaparan dari narasumber pertama, moderator mengajak para peserta berpartisipasi aktif mengikuti kuis melalui platform Slido. Para peserta diuji wawasannya mengenai ruang yang ada di Museum Kebangkitan Nasional. Adapun kuis dibagi berdasarkan tiap jenjang sekolah dan perguruan tinggi.
Tapak Tilas ini digelar oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan tema ‘Pemuda Hebat, Pemuda Berkarakter’. Sebagai rangkaian dari Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober dan disiarkan melalui kanal YouTube Puspeka Kemendikbud. (Baca juga: 4.800 Siswa Ikut Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia )
Acara Tapak Tilas virtual tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na`im. Dalam sesi pembukaan, ia memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Melalui acara ini, meskipun di dalam suasana pandemi tidak menjadi penghalang untuk kita terus belajar serta sekiranya dapat mendorong masyarakat untuk dapat mengunjungi museum,” ucapnya melalui siaran pers, Minggu (1/11).
Selanjutnya, Kepala Puspeka Hendarman Kemendikbud mengungkapkan bahwa pada awalnya peserta dibatasi sebanyak 4.000, namun melihat animo yang cukup besar, kapasitas peserta ditambah sehingga tercatat sekitar 4.800 peserta pelajar maupun mahasiswa yang mengikuti mengikuti acara ini.
Hendarman menjelaskan, rangkaian acara diisi oleh para narasumber yang luar biasa, dan para peserta diajak mengunjungi tiga museum secara virtual yaitu Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Naskah Perumusan Proklamasi. Adapun kunjungan akan didampingi oleh edukator museum yang berbeda. (Baca juga: Siapkan SDM Handal, Kemendikbud Bekali SMK Sertifikasi Bahasa Inggris )
Di akhir acara, para peserta diharapkan dapat membuat laporan akhir bertemakan “Sumpah Pemuda” berdasarkan hasil keikutsertaannya dalam acara ini.
Sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Historia, Asep Kambali sebagai narasumber pertama, memulai acara dengan menampilkan paparan bertajuk ‘Memahami Semangat Sumpah Pemuda’. Asep mengajak para peserta untuk memahami perjuangan para pemuda masa dulu terutama dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 yang menjadi tonggak awal bersatunya para pemuda Indonesia tanpa mengindahkan aspek kedaerahan masing-masing.
Setelah itu, para peserta diajak untuk melakukan tur virtual ke Museum Kebangkitan Nasional dengan dipandu oleh edukator museum, Swa Adinegoro. Museum ini sebelumnya pernah menjadi tempat kuliah jurusan kedokteran yang bernama STOVIA. Para peserta dapat melihat beragam ruangan di dalam museum, seperti contohnya ruangan kelas mahasiswa STOVIA, ruang asrama mahasiswa dan ruang kebangkitan pendidikan.
Swa Adinegoro menyampaikan bahwa Marie Thomas adalah dokter perempuan pertama yang menjadi lulusan STOVIA pada tahun 1922. “Kami merencanakan untuk mengadakan pameran khusus mengenai Marie Thomas yang akan dirilis pada tanggal 10 November mendatang,” ucapnya.
Selepas pemaparan dari narasumber pertama, moderator mengajak para peserta berpartisipasi aktif mengikuti kuis melalui platform Slido. Para peserta diuji wawasannya mengenai ruang yang ada di Museum Kebangkitan Nasional. Adapun kuis dibagi berdasarkan tiap jenjang sekolah dan perguruan tinggi.