Ini Cara Kemendikbud Tumbuhkan Kecintaan Anak Muda tentang Sejarah Kemerdekaan

Senin, 02 November 2020 - 10:50 WIB
loading...
Ini Cara Kemendikbud...
Kemendikbud mengadakan Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia dengan mengunjungi tiga museum secara virtual. Foto/Dok/Humas Kemendikbud
A A A
JAKARTA - Dalam rangka menumbuhkembangkan apresiasi kaum muda terhadap sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga minat mengunjungi museum, Kemendikbud mengadakan Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia.

Tapak Tilas ini digelar oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan tema ‘Pemuda Hebat, Pemuda Berkarakter’. Sebagai rangkaian dari Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober dan disiarkan melalui kanal YouTube Puspeka Kemendikbud. (Baca juga: 4.800 Siswa Ikut Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia )

Acara Tapak Tilas virtual tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na`im. Dalam sesi pembukaan, ia memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Melalui acara ini, meskipun di dalam suasana pandemi tidak menjadi penghalang untuk kita terus belajar serta sekiranya dapat mendorong masyarakat untuk dapat mengunjungi museum,” ucapnya melalui siaran pers, Minggu (1/11).

Selanjutnya, Kepala Puspeka Hendarman Kemendikbud mengungkapkan bahwa pada awalnya peserta dibatasi sebanyak 4.000, namun melihat animo yang cukup besar, kapasitas peserta ditambah sehingga tercatat sekitar 4.800 peserta pelajar maupun mahasiswa yang mengikuti mengikuti acara ini.

Hendarman menjelaskan, rangkaian acara diisi oleh para narasumber yang luar biasa, dan para peserta diajak mengunjungi tiga museum secara virtual yaitu Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Naskah Perumusan Proklamasi. Adapun kunjungan akan didampingi oleh edukator museum yang berbeda. (Baca juga: Siapkan SDM Handal, Kemendikbud Bekali SMK Sertifikasi Bahasa Inggris )

Di akhir acara, para peserta diharapkan dapat membuat laporan akhir bertemakan “Sumpah Pemuda” berdasarkan hasil keikutsertaannya dalam acara ini.

Sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Historia, Asep Kambali sebagai narasumber pertama, memulai acara dengan menampilkan paparan bertajuk ‘Memahami Semangat Sumpah Pemuda’. Asep mengajak para peserta untuk memahami perjuangan para pemuda masa dulu terutama dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 yang menjadi tonggak awal bersatunya para pemuda Indonesia tanpa mengindahkan aspek kedaerahan masing-masing.

Setelah itu, para peserta diajak untuk melakukan tur virtual ke Museum Kebangkitan Nasional dengan dipandu oleh edukator museum, Swa Adinegoro. Museum ini sebelumnya pernah menjadi tempat kuliah jurusan kedokteran yang bernama STOVIA. Para peserta dapat melihat beragam ruangan di dalam museum, seperti contohnya ruangan kelas mahasiswa STOVIA, ruang asrama mahasiswa dan ruang kebangkitan pendidikan.

Swa Adinegoro menyampaikan bahwa Marie Thomas adalah dokter perempuan pertama yang menjadi lulusan STOVIA pada tahun 1922. “Kami merencanakan untuk mengadakan pameran khusus mengenai Marie Thomas yang akan dirilis pada tanggal 10 November mendatang,” ucapnya.

Selepas pemaparan dari narasumber pertama, moderator mengajak para peserta berpartisipasi aktif mengikuti kuis melalui platform Slido. Para peserta diuji wawasannya mengenai ruang yang ada di Museum Kebangkitan Nasional. Adapun kuis dibagi berdasarkan tiap jenjang sekolah dan perguruan tinggi.

Berikutnya, para peserta diajak mengunjungi Museum Sumpah Pemuda secara virtual bersama edukator Dwi Nurdadi. “Dulu, para pemuda mendirikan organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Java dan Jong Sumatra. Saat itu, sifat organisasi masih kedaerahan. Kemudian pada saat Kongres Pemuda II tanggal 27 – 28 Oktober 2020, sifat perjuangan pemuda sudah tidak lagi keagamaan atau kedaerahan, tapi sudah satu suara ingin merdeka,” terang Dwi.

“Selain aktif mendiskusikan politik, para pemuda juga tetap asyik beraktivitas kepemudaan, seperti kesenian, olahraga, dan kepanduan (sekarang pramuka),” katanya.

Dalam penjelasanya, Dwi menceritakan bahwa teks awal lagu ‘Indonesia Raya’ karya WR Supratman awalnya berlirik ‘Indonesia Raya, mulia, mulia. “Sebab saat itu, kata ‘merdeka’ sangat tabu diucapkan. Pada 1944, kata ‘mulia’ diganti menjadi ‘merdeka’,” tambah Dwi.

Setelah rangkaian tur virtual museum selesai, moderator mengajak peserta berpartisipasi aktif mengikuti kuis interaktif. Para siswa diuji pengetahuannya seputar Sumpah Pemuda.

Atlet muda panjat tebing nasional, Aries Susanti Rahayu pun turut hadir memotivasi para peserta didik yang hadir pada webinar ini sebagai narasumber yang ketiga. Aries mengaku bahwa ucapan negatif di sekitar yang meremehkan dirinya, justru memacu dia untuk berprestasi bahkan sampai ke tingkat nasional.

Selanjutnya, peserta kembali diajak bertualang secara digital bersama Kak Yuni dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini aslinya adalah rumah Laksamana Maeda yang kemudian dipakai para pemuda untuk berkumpul mempersiapkan kemerdekaan. Museum ini juga makin modern dengan fitur digital museum, video mapping, dan komik digital.

Sebagai penutup acara, Kepala Puspeka, Hendarman menyatakan, “Kita harus mengetahui sejarah untuk menjadi lebih baik. Kita harus bersatu, sebab tanpa persatuan kita runtuh. Mari bersatu di atas segala perbedaan dan membiasakan diri melihat perbedaan. Kita harus sama-sama berjuang untuk bangsa ini, bukan untuk diri sendiri saja, tapi untuk kita semua." pungkasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1494 seconds (0.1#10.140)